Setitik Ketakutan Baswara

61 6 0
                                    

-BASWARA POV-


"Thanks Der, gue pinjem dulu ya btw," aku mengambil setumpuk buku-buku dan portofolio yang baru saja Hendri sodorkan. Minggu depan ada tugas aplikasi program. Tertarik dengan desain yang Deri buat untuk lukisan pemerannya, aku meminjam beberapa sampel dan referensi, ya .. hitung-hitung bahan risetku untuk membuat tugas program satu ini. Program Editing, khusus untuk sahabatku. Kurang apa coba aku ini?

"Nih, bikin yang bagus ya. Kalo udah jadi itu aplikasi, rekrut gue jadi karyawan startup lo. Lumayan kan," ujar Hendri sambil mengangkat sebelah alisnya dan tersenyum jenaka.

"Apa sih Der? lagian kan ini cuman tugas semesteran Der, belom kepikiran juga buat perusahaan startup."

"Tuh, tuh... mulai lu pesimis Bas. Lu tuh pinter, cuman emang kadang agak loading aja di saat-saat tertentu."

"Maksud lo? gue lemot?" Aku menggerutu, sambil berpura-pura ingin melayangkan tinju pada Deri.

"Yee.. ye ngambek Babas. Jangan ngambek dong ganteng, nanti jomblo makin lama kalo kamu ambekan," ucap Deri, lalu mencolek daguku mencoba menggoda.

"Ishh, geli ngab!" Aku menghindar dan Hendri hanya tertawa melihat reaksiku. Aku tidak bisa menahannya, melihat tingkah Hendri yang selalu berhasil memancing tawa, aku ikut tergelak bersama Hendri di depan pintu pagar rumahku.

"Udah deh gue balik dulu ya, mau bantuin Ibu bikin bumbu pecel." Hendri melambaikan tangannya lalu melangkah meninggalkanku yang memeluk buku serta portofolionya.

"Siapp," ujarku sambil memperhatikan langkahnya yang terus menjauh. Hingga di seberang jalan Hendri sudah menghilang, memasuki pagar rumahnya yang sederhana. Aku menghela nafas sejenak, menatap langit cerah hari ini. Lumayan panas.

Dari dalam rumah terdengar bisik-bisik percakapan. Ya, lagi ada Mas Teguh. Tunangannya Kak Kinan. Mobilnya sudah diparkir dari pagi tadi di dalam garasi rumah yang gak terlalu lebar. Kayaknya sih, mereka berdua lagi seru quality time. Sedari tadi terdengar suara tawa. Aku ikut seneng kok, kalau Kak Kinan juga seneng.

Panas juga, berdiri di depan pagar hampir 15 menit. Jadi langsung saja aku menggeser pagar depan dan menutup slot kuncinya ke tempat semula. Berjalan menuju beranda rumah dan meletakkan alas kakiku dengan rapi di sana.

"Eh.. Baswara udah pulang, tadi di rumah Deri ngapain?" ini adalah Mas Teguh, yang baru saja menegurku. Tangannya memegang sepiring lauk pauk. Tampaknya dia baru sempat makan siang, sedangkan tangannya yang bebas mendarat di atas kepalaku, mengusap helaian rambutku dengan lembut.

"Minjem buku Mas, sama beberapa referensi buat tugas programku." Aku hendak berlalu menuju kamar, namun Mas Teguh menahannya dengan menyuruhku duduk di atas sofa bersebelahan dengannya.

"Mau kemana? di sini aja temenin Mas makan. Udah lama juga kan gak ketemu Baswara. Kata Kinara kamu makin sibuk nih." Terdengar suara renyah saat Mas Teguh menggigit kerupuk dan mengunyahnya. Aku menaruh alat tempur tugasku mau tidak mau, di samping piring Mas Teguh tentunya.

"Ya, sibuk kuliah sama part time aja sih Mas. Kak Kinan lebay dia emang suka gitu," ujarku sedikit berbisik di telinga Mas Teguh sambil cekikikan.

"Heyy.. Kak Kinan denger yaaa. Siapa yang lebay siapa?" Sontak aku dan Mas Teguh tertawa, melihat wajah Kak Kinan yang tidak terima sambil membawa segelas air putih.

"Emang kamu sibuk kok. Kak Kinan aja jarang liat kamu dirumah. Kalau hari biasa sibuk di kampus, kalau weekend kamu kerja part time." Kak Kinan menaruh gelas kaca berisi air mineral kearah Mas Teguh.

Elegi BaswaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang