Hari Pertama

35 9 0
                                    

- BASWARA POV -

"Makasih Ning," aku menyerahkan handuk lembab pada Nirmala. Jam sudah larut, masuk sepertiga malam. Aku berada di kediaman Nirmala, mendekam di dalam kamar almarhum Kakaknya dengan kaos oblong dan celana pendek milik almarhum Kakaknya. Bajuku yang basah karena hujan sudah masuk kedalam mesin cuci. Nirmala dengan senang hati menaruhnya di sana.

Aku bingung, malu, dan sedih. Bisa-bisanya sekarang duduk di atas ranjang rumah orang lain. Selepas memayungiku, Nirmala langsung memaksaku untuk ikut dengannya. Aku sebenarnya enggan. Mau disimpan di mana muka ini? sudah lepek, menyedihkan, menangis pula di depannya. Tapi sepertinya Nirmala takut aku melakukan hal yang buruk pada diriku sendiri. Jadi dia berteriak pada supir taksi yang tidak sengaja lewat, membawaku ke rumahnya dan membayar si sopir lebih dari yang seharusnya, karena jok mobilnya basah akibat bajuku.

Sepertinya bukan ide bagus untuk tetap di sini, meskipun orangtua Nirmala tidak berkata apapun, malahan dengan baiknya mereka memberiku sepotong roti bakar dan susu putih hangat. Kalau aku menolak, aku akan lebih buruk, jadi ku terima jamuan Nirmala. Tapi tetap saja, menenangkan diri di tempat orang lain tidak begitu nyaman.

"Ning, kayaknya aku pulang aja deh, gak enak repotin dan udah malem juga,"

"Pulang? kamu mau pulang kemana emangnya?" Nirmala menoleh, handuk yang dipegangnya sudah terlipat rapi.

"Yaa.. aku pamit aja maksudnya."

"Bas, aku gatau apa yang lagi kamu alamin, aku juga gak mau maksa kamu buat cerita. Aku cuman kebetulan aja ada di sana karena niat aku emang mau kerumahmu balikin makalah. Tapi Kakak kamu bilang, kamu belum pulang dan aku gak sengaja ketemu Lukas sama pacarnya di deket rumah kamu. Sambil nunggu kamu pulang, Widuri ngajak aku ke rumahnya,"

Nirmala menjeda kalimatnya, mengambil napas sejenak dan aku mulai berkeringat.

"Gak lama hujan, tapi pas hujan itu Lukas udah ke rumah kamu buat liat kamu udah pulang apa belum karena dia kasihan, takut aku terlalu kemaleman nunggu. Sampe sepuluh menit Lukas gak dateng-dateng dan Widuri kira dia lupa bawa payung. Jadi kita inisiatif nyusul. Terus kamu tau pas kita mau sampe rumah kamu? aku udah liat kamu bergulat aja sama temen-temenmu itu. Apalah masalahnya aku gak mau ikut campur. Gak lama Lukas balik, aku juga pamit sama mereka mau pulang, tapi nyatanya aku nyamperin kamu. Aku tau situasi kamu lagi gak baik. Terus kamu mau pamit, kamu mau kemana aku tanya?!"

Tanganku membentuk kepalan, sedikit terpancing dengan kata-katanya yang kembali membuat aku mengingat adegan dimana Deri memukulku untuk kedua kalinya.

"Kan aku udah pernah bilang Bas, kalau kamu mau cerita aku siap dengerin."

"Aku gamau dikasihanin,!" ucapku tegas.

"Siapa yang ngasihanin kamu Bas? aku gamau debat, kamu juga pasti lagi sedih. Kalau kamu mau ninggiin harga diri kamu buat pamit cepet-cepet, silahkan. Tapi selepas subuh aja. Ini jam tiga pagi, diluar sepi." Nirmala menatapku, aku tau dia tidak marah. Aku tau Nirmala hanya khawatir, dia kemudian mengeluarkan sesuatu dari saku celananya. Lembaran uang.

"Pake ini selagi kamu gak ada pegangan." Dia menarik tanganku dan meletakan lembaran uang itu untuk aku genggam. Jelas aku akan menolak.

"Gak usah Ning, aku masih punya uang kok."

"Kamu cuman bawa handphone, tuh handphone kamu basah. Masih untung layarnya gak nyala-mati kaya lampu disko." Dia melirik benda pipih yang di maksud di atas meja belajarnya.

"Kamu kenapa baik banget Ning? jangan sampe suka sama aku Ning. Aku gak baik." Dengan pedenya aku berucap, padahal belum tentu Nirmala betulan menyukaiku, bisa saja dia memang betul-betul kasihan.

Elegi BaswaraWhere stories live. Discover now