9. CRAZY - Guilty Pleasure part 2 END

38.2K 1.4K 81
                                    

Mendinginkan kepalaku. Kukucurkan air dari keran, menikmati sentuhan dinginnya yang menyapu kepala dan mengaliri tubuhku yang masih mengenakan pakaian.

Baru kali ini, -mungkin karena aku yang hidup sebatang kara tidak mengenal arti memiliki-, aku merasa aneh mendapat serangan mendadak akan rasa menakutkan yang tidak ingin berbagi, tamak. Rasanya aneh bercampur ketakutan. Semakin hari, dengan bertambahnya waktu yang kujalani dengan Logan, obsesiku padanya membuncah hingga wadah yang kusiapkan hampir tidak cukup lagi.

Aku menumpu tanganku pada dinding kamar mandi, mendongak, membiarkan air mengucuri wajahku.

Aku ingin meledak.

Aku ingin menuntaskan semua kegilaan ini sekarang juga. Kalau tidak, aku bisa gila. Kewarasanku sudah hampir memudar.

Semua terasa gelap dan sesak.

Rasanya aku ingin kembali. Memutar waktu dimana aku tidak mengenal Logan. Hidup tidak terhormat lebih nyaman daripada hidup menjadi lintah yang tidak mengenal kata puas begitu merasakan nikmatnya darah.

Setelah merasa cukup, kumatikan keran dan meraih handuk kering bertengger dibalik pintu dan menaruhnya di atas kepala. Kubuka baju, menelanjangi diri, kemudian menaruh baju kotor ke dalam keranjang dan mulai mengeringkan rambut.

Nafasku masih memburu. Mataku masih panas.

Aku keluar dari kamar mandi dengan rasa yang campur aduk. Ragu-ragu, aku bahkan ingin memilih menegak alkohol begitu membuka pintu kulkas untuk melepaskan dahagaku.

Butuh konsentrasi penuh bagiku untuk meraih ponsel diatas kusen di samping sofa di ruang tengah. Aku nyaris menghancurkan gadget mahal itu karena luapan emosi yang kurasa. Sambil mengetuk telunjukku di dagu aku menunggu panggilanku tersambut.

"Mira ..." Aku menarik nafas mendengar suaranya.

"....."

"Mira ?"

"....."

"Mira kau baik-baik saja. Kenapa kau tak menyahut?"

"Aku tidak apa-apa." Suaraku terdengar aneh.

Aku mencoba duduk dan kusadari aku terlalu kencang menggenggam ponsel di tanganku hingga membuat jemariku sakit.

"Kau yakin?"

Aku mengangguk pada kekosongan. "Yah, aku seratus persen baik-baik saja."

"Lalu? Kau butuh sesuatu? Tidak biasanya kau menghubungiku di jam-jam seperti ini."

"Aku hanya...." Suaraku perlahan menghilang. Kujernihkan pikiranku dan mencoba fokus agar tidak mempermalukan diriku didepannya. "Aku hanya merindukanmu."

Kudengar suara merdunya tergelak.

"Aku akan mengunjungimu malam ini. Tunggulah sayang."

"Aku tahu. Aku hanya tidak bisa menahannya. Aku benar-benar merindukanmu. Apa yang kau lakukan sekarang? Kau berada dimana? Dengan siapa?"

Idiot. Aku tidak bisa menahan perasaanku. Kucengkram tangan sofa. Kuku jemariku melangsak masuk dengan bebas.

"Wow, sayang. Kau mengagetkanku. Pertanyaanmu banyak sekali." Suara Logan terdengar mengejek. Aku bernafas lega dia tidak terdengar jengkel. Aku tidak ingin dia merasa jengah denganku.

"Maaf, aku... lupakan! Bersenang-senanglah. Aku akan menunggumu dengan manis."

"Kau aneh sayang."

"Yah, sepertinya aku terkena demam dan..."

"Apa??" dia menyelaku. "Kau demam?" Logan panik, "berbaringlah dan minum obat, aku akan datang secepatnya begitu urusanku selesai. Tidur sekarang!!! Miranda?? Kau mendengarku? Istirahat sayang. Aku akan datang secepatnya."

Romance Suspense Short Story Collection [END]Where stories live. Discover now