12. HATRED

28.7K 846 19
                                    

Main Cast: Rebecca, Stephen

===========================

Author POV.

"Kau mengincar hartanya saja, kan?"

Rebecca menaikan sebelah alis dan menaruh gelas kaca berisi gin dan tonic. Dia menyapu poni dengan gaya yang sombong, "apa aku harus jujur?"

"Tentu saja." suara yang terdengar menyahut menyentak galak, namun bukannya takut Rebecca hanya tertawa mencemooh.

"Santai saja. Kau terlalu tegang. Apa kau tahu nanti otot wajahmu akan memberimu keriput yang mengerikan?"

"Jawab saja pertanyaanku, jalang."

Rebecca sekali lagi terkekeh, kali ini dengan kedinginan yang tampak jelas. Dia sengaja.

"Apa lagi yang menarik dari seorang pria jika bukan hartanya?" katanya santai kembali meraih gelas di atas meja dan meneguknya, menegak habis isinya.

"Kau benar-benar wanita jalang."

Rebecca mengangkat bahu, "Jalang, jika memang itu maumu menyebutku. Aku tidak peduli. Terima kasih."

"Aku tidak mengerti apa yang menarik darimu. Tapi jangan harap jika aku akan diam saja karena sekarang dia memilihmu."

"Well, aku menunggu kalau begitu. Ku harap kau berhasil mempengaruhinya untuk meninggalkanku. Tapi sepertinya itu sulit, mengingat aku..." Rebecca mengelus perutnya dengan kentara sekali ingin memamerkan apa yang ada di sana. Dia mendongak, dan bersenandung sangat riang melihat wanita di depannya memucat, bibir wanita itu bergetar, menahan tangis. Ini sangat menyenangkan.

"Pasti bukan bayinya."

"Hahahaha, entahlah. Yang jelas Stephen menginginkannya."

"Sialan, SIALAN! AKU AKAN MEMBERITAHUNYA!"

"Silahkan. Aku tidak peduli. Apa kau sudah selesai? Aku harus mengunjungi dokter kandunganku. Sebentar lagi Stephen akan menjemputku."

Tuk, Tuk, Rebecca mengetuk permukaan kaca jam tangan di pergelangannya yang bertahtakan berlian. "5 menit lagi, atau kau ingin menyapa Stephen sebelum pergi?"

Cengiran di wajahnya melebar, wanita di depannya jelas merahasiakan kunjungannya ke apartemen ini untuk melabraknya.

"Sekarang kau bisa tersenyum. Tapi tidak akan lama lagi kau akan menangis."

"Aku menantikannya."

.

.

Rebecca jelas menangis, tapi bukan karena Stephen memutuskan untuk meninggalkan dia, tetapi bayinyalah yang memutuskan untuk meninggalkan dia.

"Jangan, sayang. Kumohon." Rintih Stephen sedih, menatap istri yang baru dinikahinya 3 minggu lalu. "Jangan seperti ini."

Rebecca meraung.

Kelelahan bahkan tidak bisa membuatnya berhenti. Dia baru saja kehilangan permatanya. Bayinya. Dia mencintai bayi di dalam rahimnya. Lebih cinta dari harta yang dia puja-puja.

"Aku ingin bayiku, Stephen. KEMBALIKAN BAYIKU."

Pria itu menitikan air mata. Jelas itu permintaan yang mustahil.

Stephen tidak bisa mengembalikan apa yang telah pergi. Sebuah nyawa yang begitu rapuh. Bahkan jika Stephen selalu bisa mewujudkan semua permintaan Rebecca, sesulit atau semahal apapun. Kali ini dia hanya bisa membisu, bayi mereka tidak akan kembali.

Kecelakaan yang menimpa Rebecca. Sebuah truck pengangkut air bersih yang menabrak Volvonya. Membuatnya kehilangan satu-satunya hal yang membuat dia percaya bahwa mimpi itu ada. Jika dia berhak untuk sedikit berbahagia dan mendapat sebuah keajaiban. Rebecca pingsan. Terbangun dengan luka memar dan tulang rusuk patah. Serta berita duka yang mengalahkan segala rasa sakit yang pernah dia rasakan, yang terburuk sekalipun.

Romance Suspense Short Story Collection [END]Where stories live. Discover now