16. AND I'M HERE

7.8K 407 20
                                    

Main Cast : Robby (self-center)
Ficlet 1k
================================

Author POV.

Berbaring di atas ranjang rumah sakit. Hidupnya ditopang hanya dari cairan selang infus serta alat bantu pernapasan. Tubuh kurusnya yang di balut piama rumah sakit terbujur lemah, mengkhawatirkan. Wajahnya pucat. Lingkaran matanya hitam pekat. Cekung di kedua sisi pipinya sangat dalam, menodai ketampanannya.

Dia tak tertolong. Menunggu waktu. Bertahan hanya untuk pergi.

Luka di hatinya, yang ia pendam kian tahun, perlahan namun pasti menghancurkannya. Sedikit demi sedikit membunuhnya.

Dia menderita seorang diri.

Kebaikan hati serta rasa tanggung jawabnya yang besar, mencegah dia membawa orang lain untuk menderita bersamanya. Dia mengorbankan diri. Berlapang dada, rela menjadi tumbal dari orang serakah yang menentukan garis hidupnya atas nama cinta.

Tidak ada yang tahu, tak seorangpun. Bahkan adik-adiknya, sahabatnya, maupun orangtuanya, tak terkecuali kekasih yang di tinggalkannya dengan kejam.

Dia seorang diri.

Mencoba bangkit dari keterpurukan yang sia-sia. Mencoba mengobati luka, yang menyebabkan kematiannya. Dia menyambut kematian itu dengan tangan terbuka. Tak ada yang lebih diharapkannya dari pada kematian yang akan membebaskannya. Melepaskan dia dari beban serta rasa rindu yang kian menyiksa hidupnya.

Dia hancur tak bersisa. Tak meninggalkan jejak, tak sedikitpun kenangan.

.

.

"Tidak! Aku tidak mempercayainya." Suara itu berbisik parau. "Robby bukan seorang pencandu alkohol. Dia sehat."

"Dia menjadi pencandu sejak 5 tahun lalu, maafkan aku."

"Aku tidak percaya." Suara itu menyangkal keras, dia menggeleng, meringis, melirik ke arah kakak yang disayanginya berbaring tak sadarkan diri di atas ranjang rumah sakit.

"Aku sudah memperingatinya. Dia harus berhenti. Tapi dia tak mengindahkannya."

"Robby selalu terlihat normal. Tak ada tanda-tanda dia seorang pencandu. Bahkan di acara keluarga atau saat berkumpul bersama kami dia tak pernah mabuk, dia tak pernah mengkonsumsi alkohol berlebih." Satu suara lagi menginterupsi.

"Dia aktor yang sangat baik." Sesal dokter yang menangani Robby. "Dia mungkin melakukannya ketika sendirian. Aku yakin jika kalian melihat lemari simpanannya. Kalian akan menemukan koleksinya."

Ketiga saudara lelaki Robby berjengit.

Ketiga-tiganya syok. Dihadapkan pada kondisi yang tak akan pernah mereka sangka-sangka. Saudara tertua mereka adalah seorang pencandu alhokol dan parahnya keadaannya sudah tak tertolongkan kecuali mereka mendapatkan donor lever untuknya.

Tidak ada yang menyangkanya. Masih tidak ada yang mempercayainya.

Di hari yang biasa, ketiganya menerima kabar dari ibu mereka. Jika Robby yang kuat, pahlawan mereka, jatuh pingsan di kantornya. Berbondong-bondong mereka memadati ruangan VIP Robby yang luas. Menerima penjelasan yang meruntuhkan pondasi kepercayaan mereka terhadap Robby.

"Aku rasa dia sengaja melakukannya." Kata Dokter itu memecahkan keheningan. "Ketika pertama kali dia menemuiku, kondisinya sudah cukup parah. Aku sudah menasehatinya keras. Tapi dia tidak peduli, dan hanya meminta obat pereda sakit. Dia sudah menjadi pasienku selama 2 tahun dan tak ada perubahan berarti."

Romance Suspense Short Story Collection [END]Where stories live. Discover now