20. Final Chapter 3 - Terlalu lama menjadi buta

8.5K 466 94
                                    


Sesuai instruksi dari Radit, hari ini gue tetep ngantor seperti biasa. Gue yang selalu polos tanpa make-up hari ini sedikit memberi sentuhan blush on di pipi kanan kiri, tipis banget tapi cukup kelihatan lebih fresh dari biasanya.

Sejak kemarin, tidak ada satupun whatsapp dari Alvin. Gue sempat check profilnya masih ada foto dia berarti gue masih belum di blokir. Di Sosmed lain pun gue juga masih belum di blokir. Belum, karena gue yakin suatu saat pasti bakalan di blokir. Gue yakin karena kemarin putus dari Farah doi juga melakukan hal yang sama. Agak childish sih, tapi orang orang punya caranya sendiri untuk moving dari masa lalunya, kan.

Gue memasuki ruangan IT agak telat dari biasanya, semua orang sudah ada di mejanya masing-masing. Seperti biasanya gue salam dulu sebelum menuju meja dan kali ini berhubung gue tumben banget telat, beberapa orang jadi lebih interest dan menyapa gue

"Sudah sehat April?" Sapa SPV gue

"Sudah Pak, maaf kemarin saya terpaksa izin setengah hari"

"Ngak papa, kerjaanmu di cover sama Radit, kamu harus berterimakasih sama dia"

"Baik pak" Gue melihat kearah Radit, doi membuka jempol dan jari telunjuknya di bawah dagu sambil menaik-turunkan alisnya. Gaya paling sok yang dia andalkan.

"Btw, seger banget hari ini...." Celetuk SPV gue membuat beberapa orang jadi menoleh ke sumber suara termasuk Alvin yang sejak tadi berusaha fokus dengan layar laptopnya

"Baru mandi kembang pak, buang sial" ucap gue sekenanya dan ditimpali tawa oleh beberapa orang. Fine, satu langkah balas dendam berhasil gue lalui.

 'Terlihat lebih baik dari biasanya, [Done], [Checked]'

Akses tercepat dari pintu ruangan menuju meja gue adalah lewat samping mejanya Alvin. Sesuai instruksi dari Radit, gue harus memberikan sapaan hangat ke Alvin nggak peduli seberapa kuat keinginan gue buat bunuh dia.

Gue mengetuk ujung meja Alvin "Pagi Vin...seger banget hari ini lagi bahagia ya" sapa gue sedikit lebih keras. Beberapa mata kembali menatap gue. Hanya Beniqno yang menatap gue dengan tatapan yang aneh, gue langsung paham disini ada dua kubu yang sedang perang dingin. Gue dan Radit. Alvin dan Ben.

"Pagi April" katanya singkat tanpa menatap gue. Gue menoleh kearah Radit dan doi mengedipkan sebelah matanya.

Sampai di meja, gue langsung setting laptop dan segala macam keperluan buat kerjaan gue hari ini. Semua baik-baik saja sampai ada satu chat di whatsapp desktop gue dari Radit

Radit : gue udah dapet kontaknya Desca semalem dan udah mulai intens chatingan
April : dapet dari mana?
Radit : masih perlu ditanya ya?

Gue menepuk jidat setelah membaca pesan terakhir dari Radit.

April : what's next?
Radit : Desca punya cowo tapi gue heran sih, dia nanggepin terus chat gue dari semalem lo tau
April : lo main pelet kali....
Radit : yang bener aja Pril -_____- gue lumayan terkenal diluar divisi. Lo mau tau sebutan gue apa?
April : pa an ?
Radit : mas mas IT yang ganteng dan pendiem

Gue menoleh dan menatap tajam ke Radit di meja sebelah gue.

Gue kembali bekerja dengan tenang karena banyak banget kerjaan yang gue tinggal dari kemarin. Jari jari gue mari dengan teratur diatas keyboard menulis bahasa alien yang cuma bisa dipahami oleh orang-orang macam gue dan Radit. Ponsel gue ada di sebelah laptop dengan posisi terbalik, gue beneran menjauh dari sosial media dan lainnya. 

Jam makan siang, Radit melewati meja gue dan sempat memberikan tepukan kecil di pundak. Ruangan sepi bahkan Alvin juga tidak ada di mejanya. Gue membuka ponsel, ada beberapa pesan masuk dari Radit dan Alvin... wait, who? Alvin?

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 26, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Love IssueWhere stories live. Discover now