15. Manusia pembawa prahara

6.9K 271 11
                                    

Hubungan gue sama Alvin tau tau udah jalan 3 bulan penuh. Gue sengaja nggak ngasih detailnya kepada kalian wahai para pembaca karena April yang baik hati ini tidak mau terkesan memamerkan love life gue ke kalian semua. Lagian nggak ada yang special amat dari hubungan gue sama Alvin ini, sejak kejadian di pantry bareng Radit 1 bulan yang lalu, hampir beberapa orang di ruangan IT jadi tau kalau Alvin dan gue emang ada something.

Alvin pun udah nggak begitu pendiem di ruangan. Kadang doi juga nimbrung kalau kita semua lagi bahas sesuatu yang seru. Karena setiap hari selalu berangkat dan pulang bareng, orang-orang di divisi lain pun mulai menaruh curiga soal gue sama Alvin. Nggak jarang beberapa staf lain ada yang nyamperin gue pas suatu ketika gue lagi asik menikmati sarapan nasi bungkus lagi.

"Eh cuy, lo pacaran sama Alvin?" Desca dari Internal Audit pagi ini ikutan gue pesen nasi bungkus dan makan bareng di pantry.

"Alvin?" gue mengunyah nasi bungkus ditambah kerupuk, perpaduan sarapan top global

"Iya, kemana-mana bareng kan gue jadi kepo cuy, nah mumpung disini, sekalian aja gue wawancara yang bersangkutan"

Gue menghentikan kegiatan mengunyah kerupuk dan menatap manusia bernama Desca yang baru saja mencomot kerupuk gue. "Kayaknya ngurusin masalah kantor kurang menantang buat lo ya, sampe nambah job desc nge-audit love life karyawan juga"

Setelah gue sarkas barusan, Desca langsung keselek kerupuk, batuk batuk. Ya siapa suruh main ambil punya orang tanpa ijin. Sekalipun cuma kerupuk kalau yang punya nggak ikhlas juga bakalan nggak baik.

Eh btw, ngambil punya orang, apakah gue juga ngambil Alvindari Farah tanpa ngomong ya?

"Makan pelan-pelan cuy, gue juga nggak minta, udah punya sendiri" Gue memberikan gelas berisi air putih yang belum sempet gue minum ke Desca, mukanya abis keselek kasihan banget.

"Mulut lu lebih pedes dari sambel goreng balado ikan asin gue, April" Doi menghabiskan segelas penuh air yang gue kasih.

"Lengkap banget nyebutin menu makanan" jawab gue acuh

"Serius Pril, lo pacaran sama Alvin?"

Gue menoleh dan mengacungkan jari telujuk dan jari tengah membentuk huruf V.

"Apaan sih gak jelas lo ah, sampe rela keselak nih gue nanyain lo"

"Lagian ada perlu apaan sih, buat nambah daftar karyawan yang pacaran buat lo setor ke HRD ya"

"Astaga, nethink mulu tuh otak isinya, gue temen kuliahnya Alvin, beda prodi. Gue tau doi dulu jaman kuliah punya pacar namanya Farah. Kebetulan kita bertiga anggota senat, kemarin ada acara kumpul-kumpul dan mereka berdua dateng bareng. Puas lo"

Gue reflek langsung mengubah posisi duduk menghadap ke Desca yang manusianya kembali menyomot kerupuk gue di meja. Tangan gue juga langusng merebut kerupuk yang sebentar lagi masuk ke mulutnya. "Lo bilang apa tadi?" bisik gue keras-keras

"Ya menurut lo, ngapain gue yang nggak begitu deket sama lo ini cerita ginian, kalo gue nggak ngerti ada sesuatu diantara mereka."

Gue mendesis "Bukannya lo Internal Audit yang tugasnya emang nyari masalah?"

Desca menepuk jidatnya sendiri "astaganaga, ngeselin banget sih lo, April. Gue udah ngadepin banyak rupa manusia di kantor ini, tapi nggak ada yang bikin gue sampe pingin menguliti manusia hidup hidup"

Gue masih mencerna kata-kata Desca soal Alvin dan Farah yang doi ceritakan. Rasanya nggak mungkin banget soalnya Alvin adalah tipe lelaki yang mau kemanapun selalu ngabarin. Apalagi acara penting kayak reuni Senat Mahasiswa kampusnya.

Sampe akhirnya Desca mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan ke gue sebuah foto yang diambil di sebuah restoran. Dalam foto itu ada beberapa orang termasuk Desca yang duduk di tengah-tengah mengenakan baju coklat tersenyum lebar ke kamera. Jarak dua orang dari tempat duduk Desca adalah perempuan berhijab ungu yang juga tersenyum lebar. Gue tau perempuan itu adalah Farah. Dan jantung gue makin berdetak nggak karuan ketika mengalihkan pandangan ke lelaki yang duduk disebelah perempuan berhijab itu, dialah Alvin. Pacar gue, duduk disebelah Farah dengan tangan kanannya yang merangkul pundak Farah. Mereka berdua sama-sama tersenyum lebar ke kamera. Bahagia sekali.

Spechless, gue masih nggak percaya sama apa yang gue lihat

"Itulah kenapa dari tadi gue tanya, Pril. Beberapa waktu yang lalu gue emang denger kabar mereka udah putus. Dan kerena di kantor gue sering lihat lo sama Alvin, jadi yaudah gitu, gue pikir emang kalian jadian. Eh tau tau mereka datang bareng. Dan lo lihat sendiri deh, kayaknya foto itu udah menjelaskan semuanya."

Gue makin nggak bisa mencerna informasi yang masuk tiba-tiba kedalam otak. Gue bahkan sudah nggak peduli kerupuk nikmat gue dihabiskan oleh manusia pembawa berita buruk bernama Desca. Ditengah kebingungan gue akan semua ini, ponsel gue berdenting, sebuah notifikasi chat dari Alvin.

Alvin: ada dimana sayang? Di ruangan kok gak ada, pacarmu nyariin nih

Mata gue melihat bergantian antara ponsel gue yang menampilkan pesan dari Alvin dan ponsel Desca yang menampilkan foto mereka berdua yang tampak bahagia. Entah apa yang harus gue lakukan. Gue sama sekali nggak pernah menyangka hal seperti ini akan terjadi di hidup gue. Secara Alvin selama ini selalu bilang bahwa Farah adalah masa lalu dan gue adalah masa depannya.

Gue paham kalau mulut lelaki emang jahanam, tapi rasanya gue nggak percaya kalau lelaki yang gue kenal sebaik Alvin bisa melakukan hal kayak gini. Tiba tiba gue seperti mendengar siaran ulang ceramah dari Radit bulan lalu.

"Dia aja bisa ninggalin Farah yang udah pacaran 3 tahun buat jadian sama Lo, jadi dia bisa aja ninggalin lo buat jadian sama yang lain."

Gue kembalikan ponsel pada manusia yang udah menghabiskan nasi bungkusnya beserta kerupuk gue tanpa sisa. "Gue nggak pacaran kok sama Alvin, kalo lo lihat kita berdua sering bareng karena emang Apartemen dia searah sama rumah gue."

"Yakin lo nggak lagi bohongin gue?" Desca rupanya nggak menyerah juga pemirsa

"Iyeee... dah ah, balik ruangan dulu. Nggak nikmat sarapan pagi tanpa kerupuk"

Desca yang baru sadar dari tadi ngabisin kerupuk gue, malah tertawa bahagia "sori, gue kira kerupuknya OB ini tadi. Ntar siang deh, gue ganti. Janji"

Gue udah membuang nasi yang tinggal beberapa suap ke tong sampah "nggak usah repot-repot. Gue tau kerjaan lo udah repot nyari masalah"

"Sarkas teroooosss" Desca berteriak ketika gue udah mendorong pintu keluar pantry, meninggalkan manusia pembawa bencana itu menuju ruangan IT yang di dalamnya ada pacar gue. Sebentar, kok rasanya sekarang jadi nggak enak gini ya nyebut Alvin sebagai pacar gue

Apa yang harus gue lakukan, pemirsa?


Update dikit ya gaes, terimakasih sudah setia sama Love Issue

btw, gue lagi ngerjain project baru yang nggak kalah seru sama kisahnya April nih
tungguin ya....

love, Nes

Love IssueWhere stories live. Discover now