12. Liburan - Hotel - ... Udahlah baca aja

16.6K 312 26
                                    

21 Alert

Dan ya... seperti yang bisa kalian semua bayangin ketika baca chapter sebelumnya, gue akhirnya jalanin hubungan ini ke status yang lebih jelas. Nggak lagi jadi selingkuhan, gue udah resmi jadi pacarnya Alvin. Dan benar sekali, gue jadi pelakor garis keras, perusak hubungan orang nomor satu dan manusia paling tega sedunia sudah menari diatas luka orang lain. Silahkan benci sama gue. Open member pembenci April batch 1 dimulai.

Sebenernya nggak kebayang sih gimana sakitnya Farah kalau doi sampe tau lakinya selama ini ada "main" sama temen kantornya, yang bilangnya sibuk banyak kerjaan, meeting sama atasan eh ternyata lagi cuddling sama cewek lain di apartemen.Yang bilangnya ada kunjungan kantor cabang pas weekend eh taunya liburan sama cewe lain. Dan sialnya, cewek lain yang nggak tau diri itu adalah gue.

Bangke emang, April ini...

Dan parahnya, Udah tau jelas salah, gue masih membenarkan diri dengan dalil kalo kita sama-sama butuh. sialnya, gue ternyata emang secinta itu sama manusia bernama Alvin ini. Sial banget hidup gue ini ya, giliran bisa jatuh cinta, eh jalannya nggak mulus. harus ngerebut laki orang. harga diri gue jatuh ke jurang kalo inget.

Tapi kan buat apa diinget inget lagi ya... kan gue sekarang udah resmi jadi pacarnya Alvin.

....dan sumpah gue jijik banget baca kalimat barusan. rendahan hoooiii, udah tau doi punya pacar tapi masih aja dideketin.

"jangan mikir gitu, April. udah. Kamu tau kalo hidup adalah serangkaian pilihan kan. Dan pasti harus ada yang dikorbankan" Kata Alvin. Kita lagi ada di dalam mobil yang menuju kampung halaman gue.

"Berarti dikisah ini, korbannya Farah. Doi yang kamu korbankan?" balas gue.

Alvin meraih jemari gue. meremasnya.

"aku nggak mau bahas hal-hal yang bisa merusak liburan kita. Enjoy your trip sayang" Katanya lembut. gue menggangguk

Alvin tersenyum, mengusap puncak kepala gue dan fokus kembali ke jalanan.

Ini adalah perjalanan luar kota kesekian bareng Alvin, Kali ini destinasi kita adalah kampung halaman gue. Kota kelahiran yang menyimpan sejuta kenangan. Gue ngajak doi kesana biar lebih kenal sama gue. Selama ini, proses PDKT kita berdua jauh dari kata mulus. Harus sembunyi-sembunyi, pura-pura, sering makan hati. Sampai hal hal mendasar yang harusnya kita saling tau, malah nggak tergali. Alvin belum sepenuhnya tau kehidupan gue gimana dan sebaliknya. Gue pun masih nggak tau Alvin gimana. Yang kita berdua tau, kita sama-sama dipertemukan dan disatukan dengan cara yang nggak biasa. Jadi kali ini, biarkan kita berdua memulai PDKT yang baik dan benar setelah resmi berpacaran.

Tapi sialnya, gue masih terus kepikiran soal Farah. Kenapa sih, apa doi ngadu sama Tuhannya ya, kok gue bisa nggak setenang ini.

Alvin yang melihat gue gusar, kembali meraih jemari gue. menciumnya.

Ah .. leleh dah....

"Nggak usah dipikirin ya pliss.... " katanya lembut banget.

Lagi lagi gue cuma tersenyum dan mengangguk.

Gue mengambil ponsel di tas. Memfoto dashboard mobil, sedikit menampilkan tangan Alvin yang memegang kemudi, smartwatch dan cicin peraknya kelihatan. Gue sengaja memperlihatkan sebagian dirinya. Belum berani membawa doi dan status baru gue ke publik, belum siap dengan amukan masyarakat sosial media.

Gue menambah caption difoto itu sebelum mengunggahnya ke instastory

"sebuah perjalanan menjemput rindu"

Gue nggak tau kalo nantinya foto instastory barusan bakalan jadi bom waktu.

Kampung halaman gue ada di daerah pegunungan. begitu sampai, kita berdua disambut gerimis tipis. Alvin check in di salah satu hotel. Memilih kamar paling mahal. Gaya banget manusia ini, katanya demi kenyamanan. ya boleh laaah, sultan mah bebas, kuliah hukum tapi jadi data analis pun bebassss, suka suka sultan

Setelah membersihkan diri. kita berdua merebah. Gue dengan rambut yang masih basah, bersandar di dadanya yang bidang tanpa baju. Doi memainkan rambut gue sambil sesekali mencium puncak kepala. Ah.. nyaman sekali. Gausah pada bayangin ya kalian yang jomblo. Nggak bakalan ngerti gimana nyamannya ada dipelukan orang yang disayang, cuuy... sana buruan cari pasangan jangan baca wattpad mulu.

"ini luar biasa sih, aku belum pernah ke kota ini. amazing trip ever. Thanks ya sayang,"

"Tapi abis ini aku tinggal kerumah dulu gapapa ya.. nanti malam baru ku ajak ketemu keluarga" kata gue menjelaskan

"Iya gapapa.. nikmati waktumu dulu bareng keluarga. aku nunggu disini kapanpun kamu datang"

"Kamu nggak mau jalan keluar gitu, lihat lihat kota sepi ini?"

"Enggak, kamu mau tau tujuanku kesini buat apa?" tanyanya dengan nada yang serius. Gue buru-buru bangun, duduk disampingnya yang masih telentang. Tapi sedetik kemudian doi menarik gue buat kembali merebah ke posisi semula. ah sialan.. kan lagi mode serius, bambang...

"Kenapa bangun.. gini udah nyaman banget kok. aku aja gak mau bergerak seinci pun. kalo perlu biarkan waktu berhenti berputar" Katanya. Doi mencium puncak kepala gue berkali kali, tangannya pun nggak berhenti membela kepala gue.

"Kan lagi mode serius. aku mau tau alasanmu apa"

"Emm.. nggak jadi deh kalo bikin kamu gak rileks" jawabnya.

"Kasih taauuuuu.... " gue melarikan jari jemari ke perutnya. menggelitiknya sampai doi ketawa dan membalas gue. Tapi ya emang dasarnya gue kecil dan doi badannya kekar gitu, mudah banget buat dia balikin posisi. kini posisi gue ada di bawahya.

"Hayoo ampun nggak, udah ngaku aja kalau kalah" katanya ditengah tawa lepas gue menahan gelitiknya.

"Enak aja.. nggak ampun Alvin..."

"Nggak ampun.. serius nggak ampun??"

Doi makin semangat menggelitik gue. Kini bukan lagi tangan yang dia pakai, tapi lidah. Iyaaa kalian nggak salah baca, lidahnya menyapu dada, sesekali meninggalkan bekas kemerahan. Gue menggeliat. Sialnya lagi, doi makin turun. Lidahnya menari-nari diatas perut gue. Gue makin nggak karuan. Alvin, emang selalu se enak ini. astaga.. ini kapan ya perginya baju baju gue.

Dan sebelum doi semakin turun....

"Alviiin... aahh ampun..." Gue meraih kepalanya. menjabak rambutnya pelan

"Ampun ooii.. udah dong, hahaha.. kalah ini kalah.." kata gue akhirnya, mengibarkan bendera putih. tanda menyerah.

Doi tersenyum puas dengan kemenangannya. Sialan. Mana ada pertarungan nggak sepadan kayak gini. Ya jelas kalah dong, gue kecil gini lawan doi dengan tenaga yang on fire. Apalagi mainnya pake lidah. Nggak kuatnya bukan lagi sama gelinya, tapi sepaket juga sama horny nya.

"Kamu telat minta ampunnya, sayang. sekarang aku malah mau lebih curang dari ini"

Doi mengedipkan mata dan sebelum otak gue memproses apa maksud dari kalimatnya barusan, lidahnya sudah menari di dalam rongga mulut gue. Ciuman yang begitu 'lapar' , liar dan lepas.

Lengah, Alvin menikmati ciumannya. Gue balikkan posisi, kali ini nggak ada kata menyerah kalah. sekarang gue ada diatas tubuhnya. tersenyum nakal.

"its my turn, honey" kata gue menggoda.

.....sekarang giliran lidah gue yang akan bikin doi mengerang puas.

---

Love Issue kalo update malem gini suka nggak bener nih..
Tapi tetep enjoy ya teman-teman. Silahkan tinggalkan komentar.

Love IssueOnde as histórias ganham vida. Descobre agora