8. Bagaimana hukum berciuman di kantor?

21K 358 10
                                    

Gue tau pasti kalian semua pada bayangin sesuatu yang "iya-iya" di part sebelumnya dan yah gue nggak mau denial soal itu. Overall, Alvin enak banget dan emang se-enak-banget itu.

Kembali ke gue April, hai. Ya whatever

Hari ini senin, dan sebagai makhluk sosial yang tidak bisa membayar semua cicilan, BPJS, listrik, air sampe iuran warga kalo tanpa uang, hari ini gue memutuskan untuk kembali ke dunia nyata gue. OKE BAIK. Hari ini gue memutuskan untuk melanjutkan hidup, bangun pagi, sarapan, mandi, siap-siap ngantor seperti biasa, berangkat, menyapa satpam, receptionis, masuk toilet bentar merapikan baju, makeup, terus naik ke ruangan, menyapa semua orang lalu duduk, setting laptop dan semua keperluan pekerjaan dan sudahlah pokoknya gue hari ini kembali ke rutinitas, ke kehidupan gue tanpa kebayang lagi nikmatnya tidur di pelukan rekan kerja gue sendiri.

Oke wake me up. Karena sepertinya gue kembali membayangkan yang "iya-iya"

Gue masih nggak tau harus menyebut Alvin ini gimana, Teman kantor, rekan kerja, kolega, atau whatever lah yang jelas Doi nggak lagi bisa gue kategorikan sebagai teman biasa. Hellaw, teman biasa nggak ngamar bareng keless.. Dan semenjak kemarin gue juga belum lagi ngebahas soal ceweknya. Apakah Alvin memberikan kesempatan kedua atau sudah sah putus secara apa nggak tau gue.. Pokoknya gue nggak tau dan gue nggak lagi mau mikirin itu. Gue lagi jatuh cinta, dan percuma kalian semua menasehati orang yang sedang jatuh cinta kan. Iya kan, sepercuma itu.

"Anak muda kalo jatuh cinta gini ya, senyum senyum nggak jelas sama layar laptopnya" baiklah, sepertinya gue di notice sama Ben karena posisi gue emang lagi senyum baca Whatsapp dari Alvin.

Gue mendongakkan kepala dan... Eh, si Beniqno dengan rambut cepak yang abis dicukur ini ternyata nggak lagi ngomong sama gue dong. Doi ngomong sama Alvin yang manusianya langsung tersipu, senyum di tekuk gimana gitu.

OKE, mari menikmati drama pagi

"Apa sih, ini loh kan semalam MU yang menang liga, di Twitter rame" jawab Alvin berusaha setenang mungkin. Ini masih pagi sih, jadi belum pada masuk ke pekerjaan masing-masing.

"Halaaaahh... Kalah lagi Liverpool. Tapi bisa sama gitu ya ekspresinya MU menang sama lagi jatuh cinta" kejar si Ben yang sepertinya doi berusaha sekali ingin tau kehidupan percintaan Alvin yang terkenal pendiam ini. 

Gue semakin tertarik memperhatikan mereka dari jauh

"Ngomong apa sih lo, ngaco pagi pagi. Bikin kopi sana biar sadar" Alvin kali ini melihat gue dengan tatapan seolah minta diselamatkan karena si Ben ini emang satu team sama gue.

Gue bales cuma mengangkat bahu. Nggak mau

"Tapi lo nggak beneran putus sama Farah kan" si Ben malah makin intens tanya. Gue makin pasang telinga.

Ada hening diantara mereka lalu Alvin menjawab singkat "Nggak kok..."

"Nah gitu dong. Nggak baik memutuskan silaturahim"

"Iye pak ustad, udah sono balik kerja"

Oh, oke.. Jadi nggak jadi putus. Oh ..

Dan Ben berlalu kembali ke mejanya, menyisakan gue yang moodnya udah hancur. HAHA ya gimana eh ternyata mereka nggak putus dan berarti gue bakalan semakin berpotensi merusak hubungan orang dong. Jadi gerah gini sih AC 3 di ruangan sama sekali nggak bikin dingin.

Gue mengabaikan tatapan mata Alvin yang sejak tadi berusaha kontak mata sama gue, gue juga abaikan whatsappnya. Bodo amat bentar aja deh, gue lagi mau bikin kopi, kali aja bisa balikin mood.

....eerrrr, gue lupa kalo ke pantry emang lewat pintu samping mejanya

"Mau ke mana?"

"Bikin kopi" jawab gue menampilkan seulas senyum. Harus senormal mungkin di kantor. OKE

Gue berlalu ke pantry dan ternyata gelas di rak bawah sudah habis. Gue buka lemari kaca yang ada di atas, Sial, tinggi gue nggak nyampe dong. Nggak mungkin gue naik kursi kan, gue lagi pake rok cuy.. Mau jadi apaan

Tiba tiba ada tangan terulur lebih tinggi dari tangan gue dan meraih gelas yang susah payah gue gapai

Cuy, Alvin nyusul gue ke pantry dan sekarang berdiri pas banget di belakang punggung gue. Sial, bulu roma gue berdiri. Mampus, parfumnya .. parfum ini salah satu yang bikin gue terlena kemarin. ASTAGA.. masih pagi.. Masih pagi..

"Makasih"

Gue s berlalu dari hadapan doi tanpa kelihatan kalau wajah gue sekarang pasti sudah merah. Antara kesal ternyata doi nggak jadi putus, kaget tiba-tiba doi ada dibelakang gue dan terlebih gue nggak mau kalo ada yang ngeliat kita berdua sedeket itu untuk beberapa detik, bisa gawat. Meskipun nggak ada aturan tertulis soal dilarang pacaran dengan rekan kerja, tapi nggak enak aja gitu rasanya.

Gue berlalu ke wastafel yang letaknya agak ke belakang, jauh dari ruang kerja dan melewati gudang arsip yang berantakan. Jarang ada orang. Gue memilih mencuci gelas disana karena simple aja, biasanya OB selalu nyuci peralatan makan disana, dan sudah dipastikan disana ada sabun cuci piring.

Lagi lagi, pas gue lagi nyuci itu gelas, bayangan Alvin muncul di cermin wastafel.

"Kenapa menghindar?" katanya pelan, menatap pantulan wajah gue di kaca

"Siapa? Nggak tuh..."

"Kamu. soal Beniqno?"

"Si Ben kenapa?" jawab gue acuh sambil menyabuni gelas.

"Pertanyaan Ben soal Farah tadi pagi"

Gue mengangkat wajah, melihat pantulan wajah Alvin disana, pagi ini doi masih tetap sangat mempesona

"Baguslah nggak jadi putus, seenggaknya beri dia kesempatan memperbaiki" gue memaksakan seulas senyum

Alvin menggeleng pelan "Aku nggak ngerti"

"Nggak perlu pengertian. Kalau kamu sudah menentukan pilihan ya tinggal jalani pilihan itu, as simple as that" jawab gue. Selesai. Gelas sudah bersih. Saatnya melanjutkan ritual bikin kopi.

Gue balik badan bersiap kembali ke pantry tapi Alvin lebih dulu merentangkan tangannya hingga menabrak tembok di samping gue, menghadang gue lewat. Doi maju satu langkah, punggung gue menabrak tembok. Jarak gue sama Alvin sangat dekat, parfum apa sih yang sebenarnya doi pakai ini, menghanyutkan. Baik, siapa yang hanyut disini?

"Apa kamu masih percaya kalau saya cinta sama kamu, April?"

Sepertinya pita suara gue tenggelam kedalam lambung, nada bicara Alvin begitu mengintimidasi.

Dan gue cuma berhasil menggeleng, nggak percaya lah jelas.

"Saya akan kasih kamu satu bukti kalau yang saya cinta adalah kamu, April"

DAN.....baiiikkk, sepertinya sekali lagi gue perlu membaca ulang buku panduan karyawan dan mencari peraturan nomor berapa yang menulis tentang hukum berciuman dengan rekan kerja di kantor.

Love IssueWhere stories live. Discover now