BAB 14

5.4K 533 141
                                    

Jangan lupa kasih komentar kalian gaiss.

No edit

Kezia mengikuti Nean dari arah belakang dengan menundukkan kepalanya, walau tangan mereka saling bergandengan tapi Kezia bisa merasakan aura Nean yang tidak mengenakkan baginya. Kezia lupa jika pria di depannya ini tipikal orang yang sangat cemburuan sekali, dan tidak menyukai peraturannya itu dilanggar oleh dirinya.

Kezia mengaku salah dan tidak menyangka ternyata Nean masih seposesif dahulu kepadanya. Sesampainya di hotel mereka tidak memulai percakapan, bahkan sekilas tatapan mereka beradu dia melihat Nean begitu dingin menatapnya.

Kezia meremas seprai ranjang dengan erat merasa gugup dan ketakutan. Nean menuju ke kamar mandi membersihkan diri, hal tersebut membuat Kezia menghela napas sejenak dengan lega karena keberadaan pria tersebut sudah menghilang dari hadapannya. Jujur, Kezia merasakan ketakutan di ruangan seperti ini berdua bersama dengan Nean yang tengah memendam amarahnya.

Kejadian masa lalu dengan Nean tidak mudah baginya dilupakan, itu adalah hal yang paling mengerikan walau dirinya mencoba melupakannya. Dia tidak dendam melainkan mengingat setiap perlakuannya, sebuah penyiksaan hingga dirinya hampir tidak berdaya untuk melawan.

Dagunya terangkat begitu saja saat tangan dingin itu menyentuhnya hingga kedua mata tersebut melihat Nean yang hanya memakai anduk saja tanpa atasan. Berdiri di hadapannya dengan tatapan datarnya, bahkan tidak memberikan tatapan teduh yang biasa diperlihatkan pria tersebut. Sekilas Kezia melihat beberapa tato yang ada di tubuh Nean membuat auranya semakin tegas dan menakutkan.

Tangannya yang berada di dagu Kezia lalu beralih mengusap rambut gadis tersebut, Kezia merasakan usapan lembut dari Nean hingga beberapa saat dia merasa rambutnya dijambak halus agar dia lebih mendongakkan kepalanya lebih ke atas, Nean mendekat hingga hidung keduanya bersentuhan.

"Kesalahan pertama setelah sekian lama, hem?" tanya Nean berbisik dengan memainkan hidungnya di pipi Kezia hingga gadis itu memejamkan matanya tidak mampu menerima perlakuan Nean, walau tidak menyakitinya sekalipun.

"Argh," pekik Kezia terkejut saat Nean dengan gerakan cepat beralih menyentuh lehernya memberikan beberapa kecupan dan tanda di sana.

Kezia lalu memegang bahu polos Nean begitu erat karena serangan Nean yang terlalu brutal, bahkan tangannya pun tidak tinggal diam bergerak dengan nakal menyentuh bagian dari tubuhnya.

Nean menikmati lembutnya kulit Kezia yang begitu memabukkan hingga dirinya lupa diri seketika. Bagaikan kafein yang membuatnya candu setaip saat, sulit Nean lepaskan rasanya walau hanya sekejap. Nean beralih mencium wajah Kezia dengan mata terpejam, namun dia merasakan asin di lidahnya. Mata itu terbuka melihat Kezia-nya menangis menatap Nean penuh ketakutan, Nean langsung melepaskan cengkeramannya dan tersadar.

Dia sudah membuat takut gadisnya tanpa dia sadari, dan Nean terlihat cemas sekarang. Sialan. Nafsunya mengalahkan akal sehatnya.

"Hey, aku buat kamu luka?" tanya Nean kepada Kezia yang menangis dalam diam, tidak mengeluarkan suara. Hanya tubuh yang gemetar ketakutan dan mata nampak meredup, dia merutuki kebodohannya.

"Kezia takut," cicitnya pelan dengan air mata mengalir.

Nean lalu memeluknya dengan erat dan mengusap lembut kepalanya penuh kasih sayang, seharusnya Nean tahu dia tidak harus berbuat seperti itu. Karena dia memiliki trauma masa lalu dengannya yang tidak terlalu baik, bisa saja Kezia ketakutan mengingat kejadian dulu saat bersamanya. Kebodohan masa lalu yang membuat memori kelam di dalam otak Kezia.

"Jangan siksa Kezia, Nean." Permintaan itu membuat hatinya berdenyut nyeri, bahkan Nean tidak akan pernah menyiksa gadis yang dia cintai, tidak akan pernah. Sebegitu takutnya Kezia jika dirinya berbuat kejam kembali.

My Cruel Ex Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang