2. ✓

21.7K 2.1K 14
                                    


Pak satpam melongo tak percaya melihat Adelin datang sepagi ini, beliau mengucek matanya beberapa kali karna takut salah lihat, di depannya kini berdiri Adelin Aluna yang sedang tersenyum manis ke arahnya.

Bukan hanya Pak satpam yang tak percaya dengan kehadiran Adelin pagi buta begini ke sekolah melainkan para murid SMA Wijaya, mereka masih tak percaya kini untuk yang pertama kalinya dalam sejarah seorang Adelin aluna yang terkenal tukang ngaret yang selalu datang sekolah 1 jam setelah bel masuk berbunyi sekarang datang ke sekolah jam 06.00.

Sebenarnya Adelin juga tak mau datang sekolah pagi buta begini namun demi memperjuangkan cintanya kepada si mas crush alias Kafka Pratama, dia rela bangun dan datang sekolah se-pagi ini, bukan hanya se-antero sekolah yang kaget dan tak percaya bahkan orang rumah-pun tak percaya melihat dirinya bangun dan siap-siap ke sekolah se-pagi ini.

"Alhamdulilah ya Allah, akhirnya adek gue tobat!" begitu tanggapan dari Abangnya, Satria.

"Harus Ayah adain syukuran deh kayaknya," itu tanggapan dari sang Ayah.

"Perasaan Bunda tadi malam cuman ngasih kamu makan ayam goreng deh nggak ada yang aneh!" bahkan sang Bunda tak ketinggalan mengomentari dirinya.

Menghiraukan tatapan tak percaya orang-orang, Adelin memilih melanjutkan langkahnya memasuki sekolah tujuannya sekarang adalah menemui sang pangeran berkuda. Adelin mendapatkan informasi bahwa Kafka selalu datang ke sekolah setiap jam 6 tepat dan tempat yang sering dia datangi saat sampai disekolah adalah rooftop, perpustakaan, dan kelasnya sendiri 11 Ipa 1.

Adelin memberhentikan langkahnya ditengah koridor, dia bingung harus kemana terlebih dahulu untuk mencari Kafka, ada dua belokan di koridor, ke-kiri menuju kelas dan perpustakaan, sedangkan ke-kanan menuju tangga rooftop.

"Dimana kah Bubu sekarang? Apakah di perpus, kelas, atau rooftop. katakan peta, katakan peta!" Adelin berlagak layaknya Dora, namun kata Sesil dia lebih mirip peliharaannya Dora.

"Oke, ayo ke kiri!" Adelin memilih belok ke-kiri, instingnya mengatakan bahwa Kafka sedang di perpustakaan.

Adelin menyembulkan sedikit kepalanya didepan pintu kelas Kafka, tadi dia sudah ke perpustakaan namun ternyata perpustakaan masih tutup.

Senyumnya langsung mengembang melihat orang yang dia cari sedang memejamkan matanya sambil bersandar di sandaran kursi, dengan langkah pelan dia berjalan mendekat ke arah Kafka, karna takut Kafka terbangun.

Dan dengan hati-hati Adelin duduk di kursi kosong samping Kafka, dia memutar badan menghadap Kafka dan menopang dagunya sambil menatap kagum pada salah satu ciptaan tuhan yang menurutnya sangat mempesona ini.

"Ganteng banget my future boyfriend!" Adelin tak tahan untuk tak membuka suara untuk memuji Kafka.

Kafka membuka matanya mendengar suara seorang cewek yang belum pernah ia dengar, menoleh ke-kiri, dan hampir saja dia terjungkal kebelakang karna kaget.

"Hai, Bubu!" sapa Adelin sambil tersenyum cerah dan melambaikan tangan dengan riang.

Kafka memicingkan matanya menyesuaikan cahaya, "Bubu? Siapa?"

Adelin tersenyum lucu dan menujuk Kafka dengan jari telunjuknya, "Kamu!"

Bubu itu panggilan sayang Adelin untuk Kafka, nama itu ia pikirkan sejak semalam bahkan sampai meminta saran pada warga burung biru dan dari sekian banyak nama panggilan yang mereka sarankan nama Bubu menjadi pilihannya, biar gemes kaya Taeyong ensiti kata warga burung biru.

Hai, Bubu! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang