10. ✓

14.6K 1.5K 1
                                    


Sore ini Adelin bersama Nanad sedang berada di taman bermain yang cukup dekat dengan perumahan mereka, sebenarnya bertiga dengan Sesil namun gadis itu sudah pergi jalan-jalan karna dijemput kekasihnya yang bersekolah, disekolah lain, Nino namanya.

Ada banyak orang yang berkunjung di taman sore ini, mulai dari kalangan anak kecil, remaja, sampai lansia. Di sekeliling mereka ada anak kecil yang bermain perosotan ada juga para bocah sd yang bermain bola, juga ibu-ibu perumahan yang sedang senam, dan lansia yang hanya datang sekedar duduk menikmati semilir angin, dan alasan dua cewek itu jalan-jalan ke taman sore ini padahal mereka biasanya tak sering datang adalah untuk memborong jajan yang dijual oleh pedagang kaki lima.

Adelin sendiri mengunyah sosis bakarnya dengan penuh kenikmatan tanpa peduli pada Nanad yang sedang video call-an dengan pacarnya, memang dasar Nanad bucin, setiap apa yang dia lakukan harus dilapor dulu pada Rizal.


Awalnya tenang-tenang saja namun beberapa menit kemudian Adelin hampir tersedak karena teriakan tiba-tiba dari Nanad, ia menoleh dan ternganga kecil melihat sahabatnya itu sudah berdiri di atas kursi taman sambil bergidik geli

"DEL KUCING DEL, PLEASE JAUH-JAUH DARI GUE!!"

Nanad yang memang takut kucing langsung histeris, saat kucing cantik dengan bulu lebat berwarna putih campur orange mencoba melompat naik.

Adelin yang merasa malu karna tatapan orang-orang mengarah pada mereka, dengan segera meraih kucing itu dan menggendongnya menjauh dari Nanad.

"Ihh imut banget!!" puji Adelin, gemas sendiri melihat wajah kucing yang berada di gendongannya.

Seorang bocah laki-laki berjalan mendekat kearahnya, "Itu kucing Ano!"

Adelin yang sedang asik bermain dengan kucing menunduk guna melihat siapa yang bersuara barusan, melihat dari bentukan kucing di gendongannya yang memang cukup terawat membuatnya percaya.

"Ini kucing kamu?" tanyanya, dijawab anggukan oleh bocah itu, tanpa debat Adelin langsung memberi kucing itu pada sang pemilik asli.

"ABANG! KUCINGNYA UDAH KETEMU!"

bocah yang menyebut namanya dengan Ano itu berteriak, lalu tak lama kemudian datang seorang laki-laki yang sukses membuat Adelin tak berkedip sama sekali antara syok dan terpesona, gimana yah, Kafka dengan celana selutut juga kaos hitam terlihat jauh lebih tampan daripada saat cowok itu mengenakan seragam rapih di sekolah.

"Kedip woi kedip!" sindiran dari Nanad yang tak jauh darinya, membuat Adelin langsung berkedip dan berdehem singkat.

"Kucing Ano udah ketemu, ditemuin sama Kaka ini," lapor Ano sambil menujuk kearah Adelin yang sudah senyam-senyum salah tingkah.

"Hai, Bubu!" sapanya malu-malu.

Kafka menaikkan satu aslinya, "Tumben?"

Adelin merubah raut wajahnya, cewek itu dalam sekejap kembali ke setelan pabrik bersikap anggun di hadapan Kafka agaknya tak mempan.

"Bubu punya adik? Ganteng, lucu lagi, yakin banget keluarga Pratama bibit unggul semua," ocehnya sambil mencubit gemas pipi Ano.

"Pacar Abang? Ano laporin ke Bunda kalo Abang udah punya cewek!" ujar Ano segera.

Kafka menggeleng, dan segera meraih Ano untuk di gendong, "Anak kecil nggak usah kepo urusan orang dewasa,"

"Kata Bunda Ano udah dewasa, karena Ano udah nggak pernah nangis minta beli kinderjoy," balas Ano tak mau kalah.

Adelin memperhatikan interaksi dua orang itu sambil senyam-senyum sendiri, membayangkan jika yang sedang Kafka ajak bicara adalah anak mereka, duh, pasti lucu banget.

"Jangan hallu Del, nggak bakalan ke wujud!" teriak Nanad mengingatkan dari tempat duduknya.

Adelin mendengus sebal.

"Mainnya udah kelar, sekarang pulang Bunda udah nunggu di rumah," ucap Kafka penuh pengertian.

Ano mengangguk, menoleh pada Adelin sambil tersenyum menampilkan deretan giginya yang lucu, "Ano pulang dulu Kaka cantik!"

Adelin ikut tersenyum karenanya, "Sampai ketemu lagi Ano!"

Ano balas tersenyum, dan melambaikan tangan riang di gendongan Kafka yang di balas Adelin di tempatnya berdiri.

"Kesannya kaya nganterin anak, sama suami sampe depan rumah karena mau berangkat kerja sama sekolah," gumamnya salting sendiri.

Setelah jauh dari Adelin, Kafka menyentil pelan kening Ano.

"Siapa yang ngajarin bisa ngomong cantik ke cewek?"

Ano menyengir lebar, "Om jelek!"

Kafka mendengus geli, sepupunya yang satu itu memang selalu menanamkan bibit-bibit buaya pada Ano.

"Kalo pulang nanti dia Om marahin, awas aja," kata Kafka dan membukakan pintu mobil lalu mendudukkan anak itu di kursi.

Yang mengira Ano adalah Adiknya kalian salah besar karena Kafka anak bungsu di rumah, Ano ini keponakan satu-satunya, dia punya satu Kaka perempuan dan sudah menikah, lalu melahirkan anak bernama Ano yang selalu menempel padanya. Berbicara soal Kaka, namanya adalah Fira namanya terkesan kalem tapi kenyataannya tidak, sifat Kaka-nya itu hampir mirip dengan Adelin cerewet, nyebelin, dan suka menganggu ketenangannya.

Dan semenjak Kakaknya punya anak, dia selalu di jadikan tempat penitipan saat Fira ingin menghabiskan waktu dengan suaminya.

Zidanorvan itu nama lengkap Ano anak dari pasangan Fira dan Defran, awalnya panggilan yang Fira ajarkan pada Ano untuk memanggil Kafka adalah Papi, dan itu sukses membuat Kafka kesal tapi itu tak bertahan lama karena Ano di sabotase oleh kakek-neneknya untuk memanggil Kafka dengan sebutan Abang, padahal Kafka sendiri lebih nyaman di panggil Om.

"Jangan bilang apapun ke Bunda kamu, cewek tadi itu temen Om bukan pacar," kata Kafka memperjelas.

Karena sejujurnya Ano ini sudah seperti cctv berjalan Kakaknya apapun yang Kafka lakukan pasti akan bocah ini laporkan ke Ibu-nya.

...

Hai, Bubu! (END)Where stories live. Discover now