4. ✓

18K 1.9K 26
                                    


Ternyata kedatangan Adelin ke sekolah pagi-pagi buta kemarin tidak berlangsung sampai hari ini, kini di tengah lapangan SMA Wijaya Adelin berdiri sambil menghormat bendera, beberapa siswa yang sedang berolahraga tak henti-henti menggoda dirinya atau bahkan menatapnya dengan tatapan memuji.

Ini bukan lebay, dia memang seterkenal itu.

Hari ini kebetulan kelas 11 Ipa 1 atau kelas Kafka sedang melaksanakan olahraga dengan materi basket, kebetulan lapangan basket dan tempat Adelin menghormat bendera cukup dekat.

Kafka yang baru saja selesai mengambil nilai memilih duduk selonjoran ditepi lapangan, samar-samar dia mendengar beberapa cowok teman sekelasnya berbisik-bisik mengenai Adelin.

"Anjir rambutnya di kuncir woy!!"

"Mulus banget lehernya,"

"Gila seksi banget apalagi waktu keringatan kaya gitu,"

Kafka ikut menoleh ke tengah lapangan, di sana memang Adelin sudah menguncir rambut panjangnya, Kafka berdecak sebal kemudian dengan langkah lebar dan tatapan tajam dia berjalan mendekati gadis itu.

Adelin yang sedang menunduk langsung mendongak karna merasa ada seseorang yang menghalangi sinar matahari, matanya melotot sempurna dengan mulut sedikit terbuka mengetahui bahwa yang menghampirinya adalah sang Bubu.

Bukan hanya itu, yang membuat Adelin juga terpesona adalah karna penampilan Kafka sekarang, rambut sedikit basah karna keringat yang menambah aura kegantengannya.

"Nyamuk masuk tau rasa!" Adelin langsung mengatup mulutnya setelah disindir Kafka.

Adelin bingung namun hanya memperhatikan saat Kafka berjalan kebelakang tubuhnya, lalu tanpa ijin darinya Kafka mengambil ikat rambut yang dia gunakan menyebabkan rambut panjangnya kembali tergerai.

"Kok di ambil?" tanya Adelin kebingungan.

Kafka mengedikkan bahunya acuh, dengan santai memasukan ikat rambut itu kedalam saku celana olahraganya.

"Bubu balikin ihh, gerah tau sumpah!" Adelin merengek sambil mengipasi wajahnya dengan tangan.

"Gue pinjam, nanti dibalikin!"

Setelah mengatakan itu Kafka langsung melenggang pergi meninggalkan Adelin yang sedang cemberut.

"Bubu ngapain sih ngambil ikat rambut gue, anjirr gerah banget ini pergantian jam kok lama banget sih, bel juga kok belum bunyi sih lama bener deh nggak kaya biasanya," gerutu Adelin kesal.

Dan saat bel pergantian jam berbunyi, Adelin langsung ngacir ke kantin yang langsung di susul Nanad dan Sesil karena kebetulan kelas mereka sedang tak ada guru.

"Gue kesal sama Bubu!"

Nanad dan Sesil yang sedang berselfi ria menoleh ke arah Adelin, gadis itu terlihat sedikit tak bersemangat dari biasanya.

Nanad menaikkan satu alisnya, "Kenapa?"

"Nggak mungkin kan lo kesal sama Kafka cuman karna dia cuek ke lo, setau gue lo udah kebal akan hal itu," ujar Sesil.

Adelin mengeleng pelan, "Bukan karna itu,"

"Lah terus?" tanya kompak keduanya.

Hai, Bubu! (END)Where stories live. Discover now