17. ✓

12.4K 1.3K 8
                                    

Adelin turun dari mobilnya dan langsung berjalan memasuki supermarket yang tak jauh dari rumahnya. Sebenarnya dia malas untuk datang sendiri namun karna stok cemilan di kamarnya habis, dengan sangat terpaksa dia datang sendiri.

Sebenarnya tadi dia berniat mengajak Satria namun ternyata abangnya itu masih molor, ingin mengajak Omah Rita namun ia urungkan menurutnya, mengajak Omah ke-supermarket bukan ide bagus. Ingin mengajak salah satu sahabatnya namun keduanya sedang sibuk membucin. Sesil sedang menjenguk pacarnya yang sedang sakit di rumah sakit, dan Nanad sedang jalan-jalan bersama Rizal, Adelin ingin mengajak Kafka namun rasanya tak mungkin cowok itu mau.

Ia mengambil keranjang dan langsung berjalan mengambil cemilan apa saja yang telah habis di kamarnya, dan mengambil beberapa cemilan baru yang menurutnya enak, menunduk guna melihat semua barang belanjaannya mengabsen semua barang belanjaannya dan ternyata dia melupakan sesuatu yaitu coklat, dan mie.

Adelin berjalan menuju rak coklat. Matanya berbinar menemukan coklat kesukaannya, namun sial coklat tersebut hanya tersisa satu, karna takut di dahului orang Adelin berjalan cepat menuju rak tersebut.

Mata Adelin melotot tak terima, saat hendak menggapainya, ia didahului oleh seseorang.

"Woi itu coklat gue!" ujarnya memprotes.

Pemuda yang tadinya mendapatkan coklat itu menoleh, "Dih gue duluan yang dapat,"

Adelin menekuk wajahnya, "Ihh tapi gue duluan yang liat,"

"Lah?! siapa cepat dia dapat dong," kata pemuda itu tak mau kalah.

Adelin kesal menyimpan keranjang belanjaannya dengan kasar, menggulung lengan hoodie-nya seperti orang yang siap bertarung.

"Sini gelud kita!" tantangnya sok berani.

Pemuda itu mengeleng samar, apakah harus dia melawan seorang perempuan hanya untuk sebuah coklat ditangannya ini? Tapi jika dia memberikan dengan suka rela nanti apa yang akan ia kasih pada keponakannya di rumah.

"Dih kenapa, takut lo? Cemen banget!" ejek Adelin, melihat tak ada pergerakan dari cowok di hadapannya.

Pemuda itu tak terima, menyimpan coklat tadi dalam keranjangnya, kemudian memasang kuda-kuda siap bertarung.

"Dih berani kok sama cewek, banci!" ledek Adelin.

Pemuda didepannya itu berdecak kesal.

Memang cowok selalu salah, dan cewek selalu benar. Tadi dia diajak gelud duluan, waktu nolak dibilang cemen tapi setelah di jabanin diledekin banci, mau gadis didepannya ini apa?

"Mau lo apaan sih anjir?" tanya pemuda itu tak habis fikir.

Adelin tersenyum tengil, "Mau coklat tadi Om!"

Pemuda itu melotot enak saja dirinya di panggil Om, "Nggak usah manggil Om, gue bukan pacar Tante lo,"

"Ya udah sugar Daddy aja!" jawab Adelin sambil mengedipkan matanya genit.

Pemuda tersebut bergidik geli, "Dih badan tepos kaya lo mau jadi baby girl? sorry-sorry aja ngak nafsu gue. Uang gue lebih berguna buat beli mainan keponakan dari pada ngasih ke lo,"

Hai, Bubu! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang