6. ✓

16.4K 1.9K 48
                                    

Jam pertama baru saja di mulai, namun kelas di kelas 11 Ipa 3 sudah ada saja yang membuat keributan yang berujung dengan kemarahan dari guru pengajar.

"Adelin, keluar kamu dari jam saya!" usir Bu Titin, ia dibuat kesal bukan main karna ulah cewek itu.

Ini semu berawal dari Adelin yang dengan santainya bernyanyi sambil memukul-mukul meja tanpa memperdulikan dirinya yang baru saja memasuki dan ingin memulai membelajaran, awalnya ia hiraukan namin Adelin semakin menjadi saat dia menjelaskan didepan anak itu malah melempar Saiful dengan gumapalan kertas berujung dengan mereka berdua yang jadi lempar-lemparan dan hal itu juga menyebabkan para siswa yang lain jadi tidak fokus.

Adelin bangun dari duduknya, sebenarnya dia tak sebandel ini hanya saja tadi dia tak sempat sarapan jadi meskipun dia izin baik-baik pada guru bernama Bu Titin ini tetap tak akan di percaya dan jalan satu-satunya hanyalah membuat keributan kemudian di keluarkan dari kelas.

Setelah meminta maaf sambil menyengir lebar dia berjalan keluar kelas sambil bernyanyi tak jelas.

Bu Titin memandang punggung Adelin yang mulai menjauh, yang ia lakukan hanya bisa menggelengkan kepala sambil menghela nafas berat, "Anak itu,  mau sebandel apapun sulit rasanya untuk benci dia,"

Kantin, adalah tempat yang Adelin tuju sambil menunggu pergantian jam, mungkin sambil memakan bakso lebih enak pikirnya sekalian mengisi perut karena tak sempat sarapan di rumah tadi.

"Bu Petir, saya bakso satu!" pesannya.

Nama asli pemilik stand bakso itu sebenarnya Awanindia bisa dipanggil Bu Awan namun karna mulut Adelin kurang ahlak dipelesetkan menjadi Petir dan sampai sekarang Bu Petir adalah panggilan untuknya.

Sambil menunggu pesanannya datang Adelin memilih membuka instagram sambil menstalking cogan hanya stalking tidak kenalan, sekarang Adelin sudah bersungguh-sungguh untuk mengejar Kafka, namun jika Kafka tak dapat melunak dan lebih memilih gadis lain itu artinya Adelin mundur dan kembali menjadi seorang play girl seperti dulu kala atau mencari pria lain, mungkin.

Bakso pesanannya datang namun dirinya masih asik menstalking cogan bahkan, dia sampai tak sadar ada seseorang yang sudah berdiri tepat di hadapannya.

"Ekhem,"

Deheman itu sontak membuatnya mendongak lalu memberikan senyum tengil khasnya.

"Hai, Bubu!" sapanya kikuk, dia sekarang sudah seperti orang yang tertangkap basah saat ingin mencuri.

Kafka memasukkan satu tangan dalam saku celana, niatnya tadi hanya untuk mencari kedua sahabatnya namun bukannya menemukan Naufal dan Adrian dia malah menemukan Adelin yang sedang sibuk pada ponselnya, entah setan apa yang merasuki Kafka hingga mendekat kearah gadis ini.

"Sini Bubu duduk dulu, capek tau berdiri," ajak Adelin pada akhirnya sekalian modus,  karna merasa Kafka tak akan menurut dengan terpaksa dia menarik cowok itu hingga duduk di kursi sampingnya.

Tak langsung memakan bakso Adelin kembali sibuk pada ponselnya, namun di buat panik sendiri karena layarnya tiba-tiba jadi hitam, "Yah, yahhhh kok mati,"

Kafka melirik sekilas, namun kembali sibuk dengan ponselnya sendiri, jangan salah sangka, Kafka tetap di sini bukan karena menuruti Adelin tapi karena mengira pasti dua sahabatnya akan ke tempat ini juga.

"Bubu udah mam?"

"Alay, makan sana. Nggak usah bawel!"

Adelin mendengus sebal namun tak membantah, dengan tak minat dia mulai mengunyah baksonya.

Jujur Adelin kadang bingung dengan sifat Kafka yang seperti bunglon ini maksudnya selalu berubah-ubah cowok itu kadang bersikap manis, cuek, dingin, bahkan galak.

Hai, Bubu! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang