BAB 14

87K 11.5K 582
                                    

-o0o-

•Mafia Girl Transmigration•

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

•Mafia Girl Transmigration•

Erla menatap ke depan memperhatikan Pak Tono yang sedang menerangkan deretan angka di papan tulis. Erla terus mengeluarkan aura dinginnya membuat Kevin di sampingnya sedikit tidak nyaman.

Kevin menulis 'Maafkan adikku' di sobekan kertas lalu di berikan ke Erla, Erla melirik dan membaca sebentar hanya mengangguk.

Kevin kurang puas dan menuliskan lagi 'Mau makan gratis?' Erla melihat lagi dan tersenyum miring.

Erla menoleh ke arah Kevin dan mengangguk lalu merebut kertas dan menulis 'Lagi bujuk?'

Erla menyerahkan kertasnya dan dibalas Kevin 'HM'. Erla melihat dan terkekeh pelan membuat Kevin langsung menoleh.

Kevin melihat cahaya yang menembus sela-sela rambut sebelah kiri Erla dan senyuman kecil serta mata tajam yang melembut. Kevin merasakan jantungnya tidak bisa diajak kerja sama lagi.

Erla memangku dagunya dan menoleh menatap manik mata Kevin dengan senyuman. "Suara jantungmu kedengaran sampai sini." Ucap pelan Erla membuat Kevin berdiri dari duduknya. Decitan kursi Kevin menarik semua anak menatap ke arah Kevin.

"Kenapa Kevin?" Pak Tono bertanya lembut. Kevin tidak berani menoleh ke sebelah kiri "Hah? Itu. Sa-saya izin ke kamar mandi." Ucap Kevin yang sedikit tergugup.

"Baiklah tidak boleh lebih dari 8 menit." Ucap Pak Tono dengan memperhatikan jam tangannya.

Kevin melangkah cepat keluar kelas dan berhenti di balik tembok kelas memegang dadanya. Mengatur napas dan mengacak rambut kasar. Kevin memutuskan menuju kamar mandi untuk meredam warna merah di pipi dan suara detak jantungnya.

Sedangkan Erla langsung berwajah datar setelah melihat kepergian Kevin. 

***

Erla sedang duduk di kantin dengan Kevin dan Kerla. Erla memandang tajam Kerla yang bersembunyi di balik bahu Kevin.

"Aku minta maaf ya Er, tetapi gara-gara judulnyakan ramai Er banyak yang lihat." Cicit pelan Kerla. Erla mengehembuskan napas. "Aku cuma nulis yang pertama Er buat yang lain itu bukan aku, tetapi dari jempol netizen Er serius aku gak bohong." Kerla mengintip dari balik bahu kokoh Kevin.

"Hm." Erla hanya berdehem.

"Yess. Oh ya nanti kita gak bisa nemenin untuk seleksi bela diri karena ada masalah di keluarga Cassandra." Kerla mendudukkan diri di sebelah Kevin. Erla memakan rotinya dan membalasnya dengan anggukan.

"Hati-hati kalau lawannya sahabat si Hantu, Cindy dia juara beladiri berkali-kali." Kerla memberi tahu agar Erla lebih hati-hati kalau menjadi lawannya nanti.

"Pasti." Sudah lama tangan ini tidak mematahkan tulang." Erla menatap sendu ke arah kedua tangannya. Dulu tangannya sangat berotot dan jantan tapi sekarang sangat kurus dan lentik.

Erla memandang meja Atlas, Hana, Cindy, dan Bagas. Mereka tertawa bersama sedangkan Erla menatap tajam.

Atlas yang merasa diperhatikan dengan intens melihat sekeliling kantin dan menatap balik Erla. Erla menunjuk Atlas dan memutar jempol dari ke atas berputar 180 derajat menghadap ke bawah dengan mengucapkan kata 'loser' tanpa suara.

Atlas tersenyum miring dan melipat tangan di depan dada.

"Menarik." Ucap Atlas dalam hati. Erla tetap bertatapan dengan Atlas hingga suara Kerla menarik perhatiannya.

"Kak Kev kenapa diem aja? Ini di depan udah ada Erla nanti biar pas tid-." Kevin membekap mulut Kerla yang asal ceplas-ceplos. Kevin menatap malas ke arah Kerla.

"Kenapa?" Erla bertanya ke arah Kerla yang berusaha membuka bekapan tangan besar Kevin. "Gak papa." Kevin membalas ucapan Erla, Erla hanya mengangkat bahu acuh.

Kerla menginjak kaki Kevin dan akhirnya bekapan mulutnya terlepas. Kevin menatap tajam Kerla agar tidak bicara aneh-aneh yang hanya dibalas cengiran dari Kerla.

"Erla ada satu orang lagi yang ahli bela diri di sini, tetapi dia tipe orang yang tidak suka menunjukkan kemampuannya. Dia selalu mengalah ketika melawan Cindy. Dan yang paling penting dia anak emas Kepala Sekolah kita." Ucap Kerla dengan cepat dan mengatur napasnya.

"Terima kasih informasinya." Erla membalas seadanya sedangkan Kerla tersenyum senang setidaknya usahanya untuk menarik perhatian Erla berhasil.

Erla memangku dagunya "Setidaknya tanganku akan mendapat asupan." Ucap Erla dalam hati dan Erla tersenyum membayangkan beberapa anak yang akan Ia patahkan tulangnya.

Kevin beranjak dan menuju salah satu penjual membelikan Erla makanan. Kevin duduk kembali dan menyerahkan pesanannya. Erla tersenyum dan segera memakannya.

"Kalian seleksi basket minggu depan?" Erla bertanya. "Ya hari Senin." Kerla membalas pertanyaan Erla.

"Aku akan selesaikan semua seleksi minggu ini. Dan hari Jumat, Sabtu, dan Minggu kalian akan kulatih." Erla menatap serius ke arah Kerla dan Kevin.

"Ya kami siap." Ucap mereka kompak. Kerla, Kevin,  dan Erla memutuskan untuk kembali ke kelas masing-masing.

***

"Kami pulang dulu semoga berhasil." Kerla tersenyum ke arah Erla yang dibalas anggukan pelan. Kerla berbalik dulu meninggalkan Kevin yang masih berhadapan dengan Erla.

Kevin merogoh sakunya memberikan makanan ringan.

"Bonus. Semangat." Kevin menarik tangan Erla dan menaruh makanan ringannya. Ia pun berbalik meninggalkan Erla. Erla melihat makanan ringan pemberian Kevin.

Erla menatap sosok Kevin yang sudah menghilang, Erla tersenyum miring "Jangan menyukai seseorang sepertiku." Ucap Erla pelan dan membuka makanan ringan dan memakannya.

Setelah memakannya, Erla memainkan botol kecilnya dan korek api zipponya. Menghirup aroma bensin, Ia menjatuhkan beberapa tetes bensin. Sebelum tetesan terjatuh ke tanah, Erla menyalakan korep api zipponya dan Erla memandangi cantiknya api yang terbentuk.

Erla melihat langit biru cerah dan menikmati angin yang menerpa wajahnya."Sayang sekali, hidupku tak  sesederhana itu. Mereka akan segera sadar dimana inang baru Q'Xora mereka. Dan tentu saja itu tidak akan lama."

Bersambung...

-Terima kasih untuk orang-orang baik yang sudah vote, comment, follow, dan share🐣-

Mafia Girl Transmigration ✓Where stories live. Discover now