50. Yang Terpendam

9.5K 2.5K 2.5K
                                    

Bagian Lima Puluh

Sebelumnya aku mau ceritain sesuatu dulu ya ... sebelum masuk ke dalam cerita.

Jadi, aku mau jelasin ke temen-temen ke mana aja hampir sebulan lebih gak update Senandi Rasa, jadi gini ... outline cerita Senandi Rasa (versi wattpad) itu hilang jadi kepaksa mikir ulang, karena aku bener-bener tipe yang pelupa, jadi kalau outline hilang otomatis ide cerita juga hilang. Selain itu, selama sebulan ini aku juga merampungkan Senandi Rasa versi novel 😚

Iya bener ... Senandi Rasa akan bisa kalian peluk dalam bentuk cetak!

Sumpah aku gak sabar banget nungguin versi novel, karena ada plot novel lumayan ada yang berbeda sama versi wattpad. Selain itu juga, di versi novel nanti bakalan ada booklitnya (Untuk pembelian spesial) booklit nanti isinya kutipan, puisi, serta dua spesial bab Senandi Rasa.

Lantas kapan terbitnya? Terhitung ini tanggal 19 april, jadi terbitnya bulan depan antara tanggal 15-20 mei.

Jadi please banget, mulai sekarang menabung ya :)

Pertanyaan buat novel Senandi Rasa taruh di sini.

Oke, itu aja. Untuk info lebih lanjutnya, pasti bakalan lebih banyak diumumin di Instagram aku. Jadi follow aja Instagram @Senandirasa dan @Bellazmr.

___

Meski kita tak jadi satu, paling tidak semesta telah sangat baik membuat kita bertemu-Berlin

Karena setiap pertemuan dan perpisahan sebenarnya adalah awal untuk belajar merelakan-Gerhana

Tidak semua cerita selalu diakhiri dengan akhir yang bahagia, karena itu aku tidak berharap lebih. Setidaknya, aku hanya menginginkan kata baik-baik saja di akhir cerita ini-yang nulis.

-Senandi Rasa-

Jalanan di depan rumah mewah berpagar tinggi yang tertutup rapat itu begitu ramai, mobil yang dikemudikan oleh Gerhana terlihat kesulitan untuk menembus kerumunan tersebut. Sisi kanan dan kiri mobilnya dipenuhi dengan orang-orang berprofesi sebagai wartawan yang begitu cekatan menanyakan isu beredar.

Gerhana sama sekali tidak memedulikan awak wartawan yang entah sejak pukul berapa sudah nongkrong di depan rumahnya, padahal dia sempat melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Dan sekarang baru pukul setengah tujuh pagi! Gila. Hal yang paling menyiksa seseorang yang "dikenal" terkadang bukanlah orang lain, melainkan media.

Gerhana tetap menatap lurus ke depan sembari terus menjalankan mobil. Beruntung, beberapa penjaga rumah berhasil mengamankan jalannya agar bisa masuk.

Gerbang tinggi itu hanya dibuka sampai mobilnya masuk, lantas kembali ditutup rapat setelahnya. Gerhana turun dari mobil setelah memarkirkannya di sebelah mobil mewah, sempat Gerhana menghabiskan beberapa menit untuk menatap mobil tersebut. Dia seperti mengenali mobil tersebut, tapi masih menebak-nebak siapa pemiliknya.

"Ah sudahlah," gumam Gerhana.

Berbeda dengan kondisi di luar yang begitu ramai, rumah malah terlihat sangat sepi. Gerhana tidak melihat seseorang pun berada di sana, maka dia teruskan langkahnya. Hingga suara pecahan yang begitu nyaring, membuat langkahnya berhenti.

Gerhana menegok, langkah itu menderap berubah haluan menuju ruangan kerja, tempat asal bunyi nyaring itu terdengar.

"Kamu bikin malu keluarga!" Langkah Gerhana berhenti dengan sendirinya, saat dengan mata kepalanya sendiri dia melihat sosok lelaki tua yang duduk di kursi roda membelakangi ayahnya yang sedang bersimpuh di lantai. Lelaki yang tidak lain adalah opanya senndiri itu terlihat begitu marah.

Senandi RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang