33. Perbandingan Kehidupan

15.1K 3K 1.7K
                                    

Bagian Tiga Puluh Tiga

Oh ya, kan sudah tahu nih ya kalau yang nulis kelahiran 99. Jangan dipanggil Author ya, aku suka merasa aneh aja kalau dipanggil thor thor. Kalau kalian merasa lebih muda dari aku, feel free to call me "Kak". Kalau seumuran/ lebih berumur, panggil aja aku dengan ... Btw, aku lagi suka dipanggil "Bey wkwk". Kan nama aku juga depannya B dan E, jadi masih cocok dipanggil Bey. Ya udah jadi panggil Bey/ Kak Bey, boleh ya wkwk. Itu display name juga sudah ganti Bey :p

 Itu display name juga sudah ganti Bey :p

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

____

Kalau aku nggak bisa melampiaskan semua kemarahanku, bukan berarti aku nggak bisa kecewa dan terluka-Berlin

Kamu tidak akan selalu benar dalam melakukan segala hal. Ada saatnya kamu akan salah dan percayalah, itu adalah hal yang wajar-Tania

-Senandi Rasa-

"Sudah siap?"

"Sudah."

"Oke, langsung aja ya."

"Siap."

Keduanya berjalan mengendap melewati pepohonan di taman sekitar Kawasan Fakultas Kedokteran Salemba. Seseorang dengan dress bunga-bunga dan rambut terurai berjalan sambil membawa kue tart, sedangkan perempuan berhijab di sebelahnya bernyayi dengan tangan memegang ponsel, dia sedang mengabadikan moment hari ini.

Keduanya bernyayi dengan suara cukup kencang dan heboh, membuat sebagain orang yang juga berada di sekitar taman menoleh ke arah keduanya.

"Happy birthday, Berlin!"

"Happy birthday, Berlin!" Hingga keduanya berhenti tepat di depan seorang perempuan berkaca mata, berambut pendek, sudah melapisi kemejanya dengan jas lab dan menatap keduanya dengan tatapan datar. Ya, Berlin.

Berlin cukup kaget dengan apa yang dilakukan Tania dan Sari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Berlin cukup kaget dengan apa yang dilakukan Tania dan Sari. Bahkan Berlin baru sadar bahwa hari ini adalah ulang tahunnya yang ke delapan belas. Manik mata Berlin melirik ke arah Tania yang masih tertawa dengan tatapan yang tearah padanya, saat Tania tertawa, giginya yang ginsul terlihat, manik matanya menyipit. Berlin menarik napas dalam-dalam, ada emosi yang berusaha ia redam kuat-kuat di sana.

Senandi RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang