1. Mengapa September?

126K 7.4K 683
                                    

Bagian Satu

Hai, kapanpun kamu memulai untuk membaca cerita ini. Jangan segan untuk meninggalkan jejak vote dan komentar. Bagi saya, itu sangat berharga❤️

"Suara mahasiswa adalah suara masyarakat yang terpendam."
___

"___

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-Senandi Rasa-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-Senandi Rasa-

September, 2018.

             DI hadapan cermin besar, perempuan berkulit putih dengan mata sipit nyaris segaris itu memandang wajahnya lekat. Rambut panjangnya sudah dikuncir jadi satu tanpa poni, tangannya memeluk almamater kuning yang baru saja ia dapatkan dua bulan yang lalu.

Dia terdiam cukup lama di depan cermin itu, menatap wajahnya yang sama sekali tidak menunjukkan wajah khas Indonesia.

Menarik napas dalam, ia memejamkan mata teringat peringatan dari mama semalam yang menyuruhnya untuk kuliah saja yang benar, tidak usah ikut demonstrasi apapun. Tapi ini sudah tekadnya bahkan sejak dari SMA, bukan maksud berniat dari SMA setelah kuliah maunya cuma demonstrasi. Tidak begitu, tapi ia ingin menjadi manusia yang bisa menyuarakan pendapat.

Napasnya terembus, menerpa wajahnya yang hanya berlapis sedikit sunscreen dan bedak tipis. Setelah merasa cukup, dia  menyungingkan senyum tipis, tak lupa mengenakan kacamata ber-frame tipis yang sudah menemaninya berjuang habis-habisan hingga bisa menjadi salah satu mahasiswi beralmamater kuning itu.

Merasa cukup dengan penampilannya, perempuan itu melirik jam tangan steenles yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.

Sudah waktunya. Maka ia bergegas membuka lebar kaca jendela kamarnya, dari sana ia dapat melihat seorang laki-laki dengan almamater berwarna navy hendak menyulut api pada sebatang rokok di sela telunjuk dan jari tengahnya. Namun gerakan itu berhenti ketika ia mendongak dan matanya menangkap sosok perempuan yang sejak tadi ia tunggu akhirnya menunjukkan batang hidungnya.

"Ber!" seru lelaki itu memanggil.

Yang dipanggil memasang tampang galak, telunjuk kanannya ditempelkan di depan bibir, mengisyaratkan lelaki itu untuk tidak berkata apapun. Bisa mati dia kalau ketahuan.

Senandi RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang