35. Orang Ketiga

18.3K 3.3K 2.2K
                                    

Bagian Tiga Puluh Lima

Jangan terlalu tinggi menaruh rasa percaya, sebab manusia bisa berubah kapan saja-Y

Sederhana saja, syukuri, cintai, dan jaga apa yang kamu miliki-X

⚠️⚠️⚠️ PERINGATAN KERAS DI BAB INI, HATI HATI EMOSI. KALAU EMOSI TANGGUNG SENDIRI⚠️⚠️

-Senandi Rasa-

Chat singkat berserta lokasi yang dikirimkan membuat Gerhana akhirnya sampai di pinggir salah satu ruas jalan tol Cawang menuju Kampung Melayu. Derek yang ia panggil ikut berhenti di belakang, segera Gerhana turun dari mobil.

Kayana yang sejak tadi memang menunggu kedatangan Gerhana langsung menghampiri lelaki itu.

"Masih nggak mau hidup?" Gerhana bertanya sambil berjalan melewati Kayana hingga berada di depan kap mobil, lalu dengan gerakan luwes Gerhana membukanya. Seketika kepulan asap langsung keluar dari sana. Gerhana bahkan terbatuk-batuk dibuatnya.

Lalu Gerhana memanggil tukang derek yang memang sudah ia hubungi untuk segera mengangkut mobil Kayana, dia juga memberi alamat bengkel, tempat biasa ia melakukan servis mobil.

Kayana hanya diam, tidak sekalipun berkomentar. Hingga setelah mobil miliknya dibawa oleh derek, dia menyusul Gerhana untuk masuk ke dalam mobil lelaki itu.

Satu jam yang lalu, Kayana memang sedang dalam perjalanan dari pintu masuk timur tol yaitu Jalan MT Haryono menuju daerah Halim. Secara mendadak mobilnya macet-macetan, untung saja sebelum mobil benar-benar tidak bisa dijalankan, Kayana sudah mengambil sisi paling kiri jalan tol.

Orang pertama yang sebenarnya ingin Kayana hubungi adalah Ben, tapi Ben sama sekali tidak bisa dihubungi. Makanya Kayana beralih kepada Gerhana, beruntung hanya dengan sekali kirim pesan dan Gerhana langsung menyusulnya.

"Sorry ya Ger, jadi ngerepotin lo," ujar Kayana pelan setelah memasang seatbelt. Ia duduk di kursi sebelah kemudi, Gerhana juga baru saja selesai mengenakan seatbelt.

Gerhana hanya diam dan mulai menggerakan tangannya untuk menjalankan mobil.

Tanpa ditanya, Kayana mulai bercerita. "Gue tuh tadi mau ngambil kebaya buat wisuda. Kebetulan penjahit langganan gue itu di daerah Halim Ger, pas gue bawa mobil sih nggak ada hambatan. Pas masuk tol dan seperempat jalan, tuh mobil mogok."

Gerhana masih mendengarkan, sekalipun tidak menanggapi apa-apa.

Tahu bahwa Gerhana hanya diam saja, Kayana memutuskan untuk mengajak Gerhana bicara dengan bertanya. "Lo dari mana dan mau ke mana?"

Beberapa menit setelah pertanyaan itu, Gerhana masih diam. Matanya menatap lurus ke depan, seolah memang sedang ada yang dipikirkan. Sehingga mau tidak mau, Kayana menepuk bahu Gerhana untuk menyadarkan.

Gerhana mengerjap, matanya melirik Kayana yang memandangnya dengan kedua alis terangkat.

"Lo kenapa Ger?" tanya Kayana.

Gerhana menggeleng.

"Lo bengong banget tadi, kayak ada yang dipikirin," jelas Kayana lagi.

"Nggak ada," jawab Gerhana singkat.

Kayana masih memandang Gerhana yang terus menyetir dengan pandangan lurus ke depan. Salah satu hal yang sejauh ini paling sulit untuk Kayana pahami adalah bagaimana Gerhana sesungguhnya. Mungkin Kayana belum memberi tahu kalau sekalipun hubungannya dan Gerhana tampak begitu akrab dan Gerhana pernah berterus terang mengatakan bahwa lelaki itu menyukainya. Kayana sampai detik ini, tidak tahu banyak mengenai Gerhana.

Senandi RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang