Bingung

14.2K 1.1K 62
                                    

"Lepasin gue!" Teriak Almara saat tangannya ditarik oleh seorang pria.

"Lo tuli, hah? Gue bilang lepasin!"

"Lo harus ikut gue karena sekarang lo pengantin gue."

Almara menahan napasnya saat pria tersebut menatapnya. Dia ketakutan saat melihat wajah pria itu yang berlumuran darah dengan beberapa luka sayatan di lehernya. Almara ingin berteriak, namun suaranya tertahan di tenggorokan.

Pria tersebut tersenyum miring saat melihat wajah Almara yang ketakutan. Dia semakin mendekatkan wajahnya kepada Almara.

Dengan cepat Almara melepaskan tangannya dari pria tersebut dan berlari sekuat tenaga. Dia tidak tahu sedang berada dimana. Hanya ada pepohonan yang menjulang tinggi di sekitarnya dan tidak ada cahaya dari lampu jalan yang terlihat.

"Ish, gue dimana sih?"

"Mama!"

"Papa!"

Almara berteriak dengan keras, namun tidak mendapat jawaban sama sekali. Dia berhenti saat merasakan hawa sekitarnya yang terasa dingin.

"Lo dikejar hantu penunggu hutan?"

Almara terlonjak kaget saat mendapati seorang pria di belakangnya. Bukan pria yang tadi. Kali ini Almara yakin jika pria yang sekarang ada dihadapannya bukan seperti pria tadi.

"Bantu gue keluar dari sini." Ucap Almara memohon pada pria di hadapannya.

"Ikut gue." Pria tersebut menarik tangan Almara dan membawa Almara berlari bersamanya.

"Ini dimana?" Tanya Almara kepada pria tersebut.

"Hutan."

"Gue tahu ini hutan. Tapi hutan yang mana? Gue belum pernah lihat hutan ini sebelumnya." Ucap Almara.

Pria tersebut mendadak berhenti berjalan yang membuat Almara menabrak punggungnya.

"Lo bisa diem gak?" Tanya pria tersebut dingin sambil berbalik menatap Almara.

Lagi-lagi Almara menahan napasnya saat melihat bagaimana rupa pria dihadapannya. Wajah pria tersebut hancur dan mengeluarkan bau yang tidak sedap. Dadanya bolong dengan banyak ulat yang menggerogoti dagingnya.

"Lo.." ucap Almara terhenti saat pria tersebut mendekatkan wajahnya ke wajah Almara.

Pria itu tersenyum sampai menampakkan deretan giginya yang menguning. Beberapa belatung juga keluar dari mulutnya dan berjatuhan ke tanah.

"Lo pengantin gue." Bisiknya tepat di telinga Almara yang membuat si pemilik telinga merinding hebat.

Bukkk

"Enak aja lo ngaku-ngaku!" Teriak seorang pria di belakang Almara setelah melempari kepala hantu pria tersebut dengan batu.

"Lo hantu tingkat satu?" Tanya hantu pria tersebut sambil memundurkan langkahnya menjauh dari Almara.

"Kenapa? Lo mau gue musnahin juga?"

Tanpa berkata apa-apa, hantu pria itu langsung menghilang dari hadapan Almara dan pria tersebut.

"Gimana lo bisa sampai disini?" Tanya pria tersebut sambil membalikkan tubuh Almara menghadap ke arahnya.

"Gue mau keluar dari sini. Gue mau pulang kerumah." Ucap Almara dengan bibir bergetar.

Dia benar-benar ketakutan setelah melihat dua sosok hantu yang menyeramkan. Selama 20 tahun dia hidup, sekali pun dia tidak pernah melihat hantu. Tentu saja dia merasa terguncang saat ini.

"Pulang?" Tanya pria tersebut dan Almara langsung menganggukkan kepalanya.

Pria tersebut menggerakkan tangannya dan sebuah pintu tiba-tiba muncul di hadapan Almara.

"Pintu itu akan membawa lo pulang."

Tanpa berterima kasih, Almara langsung masuk kedalam pintu tersebut. Dia sangat berharap bisa pulang kerumahnya.

Benar, pria tersebut memang membantunya untuk pulang. Almara menatap rumahnya dan langsung masuk kedalam. Dia ingin membuka pintu, namun tangannya tembus.

"Ini kenapa tembus?" Gumam Almara sambil mengerutkan dahinya bingung.

"Gue yakin ini cuma mimpi." Lanjut Almara dan dia langsung masuk kedalam rumahnya.

Dia berlari ke sekeliling rumah untuk mencari kedua orang tuanya. Saat melewati kamar Damar, adik laki-lakinya, dia mendengar suara kedua orang tuanya. Tanpa pikir panjang Almara langsung masuk kedalam.

"Ma, pa!" Panggil Almara saat kedua orang tuanya sama sekali tidak memperhatikannya.

"Damar, kamu bisa lihat kakak, kan?"

"Mama!"

"Papa!"

"Alma disini, ma, pa!" Teriak Almara dengan keras, namun tidak ada yang melihatnya.

Almara mengacak rambutnya frustasi. Dia benar-benar bingung dengan dirinya sendiri. Masih menjadi pertanyaan di pikirannya, kenapa dirinya tidak bisa menyentuh atau di lihat siapa pun?

"Kita sangat jahat pada Almara. Dia pasti sangat kesusahan sekarang." Ucap Dani, papa Almara dan Damar, sambil menghela napasnya.

Dara, mama Almara dan Damar juga menghela napasnya.

"Dia pasti lagi bersenang-senang dengan suaminya. Kita tahu kalau Almara suka cowok ganteng. Dukun tua itu udah ngomong sama kita akan memberikan suami yang tampan untuk Almara." Ucap Dara.

Almara mengerutkan keningnya, bingung dengan perkataan kedua orang tuanya.

"Pa, apa yang terjadi?"

"Mama, Almara disini, ma!"

"Gue kenapa sebenernya?!" Teriak Almara.

Karena merasa tidak punya jawaban, Almara keluar dari kamar Damar dan berjalan menuju kamarnya. Bau bunga mawar langsung menyeruak ke hidungnya saat sampai di depan pintu kamarnya.

"Siapa yang nyemprotin parfum bunga mawar di kamar gue sih?" Almara langsung masuk kedalam kamarnya dan terkejut mendapati apa yang dilihatnya didalam.

Dia melihat dirinya sendiri yang terbaring di ranjang.
"Gue udah meninggal?" Almara berjalan mendekati tubuhnya sendiri yang terbaring di ranjang.

Almara mendekatkan telunjuk tangannya ke hidung dirinya yang terbaring di ranjang. Dia bernapas lega saat masih merasakan hembusan napas.

"Kalau itu tubuh gue, terus gue siapa?" Tanya Almara yang entah ditujukan untuk siapa.

"Lo perlu jawaban?" Pria yang membuatkan pintu untuknya tadi tiba-tiba berada di samping Almara.

"Lo siapa? Kenapa lo bisa ada disini?" Tanya Almara sambil memundurkan langkah kakinya.

"Gue Ruha, suami lo."

"Setan lo, enak aja ngaku-ngaku jadi suami gue!" Bentak Almara sambil menatap tajam Ruha.

"Orang tua lo udah ngasih lo ke gue buat dijadiin pengantin dengan catatan gue harus nyembuhin adik lo yang sakit itu."

"Emang lo Tuhan? Gak usah halu deh!"

Ruha mengembuskan napasnya kasar dan dia langsung mengeluarkan sisi buruknya. Wajahnya berubah menyeramkan dan matanya yang berubah warna menjadi hitam pekat. Dia menangkup kedua pipi Almara dengan kedua tangannya dan tersenyum.

"Lo udah dijual kedua orang tua lo. Sekarang lo harus tinggal sama gue atau gue bunuh raga lo sekarang juga!" Ancam Ruha yang membuat Almara meneguk salivanya.

Pengantin Untuk Hantu ✅Where stories live. Discover now