Sakit

4.9K 542 25
                                    

Almara membulatkan matanya saat melihat sebuah mobil canggih terparkir di depan rumah Almara. Mobil tersebut berwarna merah yang membuatnya terlihat lebih keren.

"Ini buat lo." Ucap Ruha sambil memberikan kunci mobil kepada Almara.

"Buat gue?" Tanya Almara sambil menatap Ruha tidak percaya.

"Terus buat siapa lagi?"

"Kok lo tiba-tiba banget sih beliin gue mobil? Pasti harganya mahal, kan?"

"Lo gak suka?" Tanya Ruha sambil mengerutkan keningnya.

"Suka sih. Tapi kenapa tiba-tiba banget?" Tanya Almara.

"Ini sebagai permintaan maaf gue karena udah buat tangan lo terluka." Ucap Ruha.

Almara menghela napasnya. Sultan memang. Minta maaf saja sampai dibelikan mobil.

"Kalau mau minta maaf harusnya lo beliin gue coklat atau hewan peliharaan kayak kucing gitu. Gue lebih suka dikasih kayak gitu. Lagian kalau dikasih mobil, gue juga gak ngerti cara ngemudiinnya. Mobil disini beda sama di dunia manusia." Ucap Almara sambil berjalan mengelilingi mobil tersebut.

"Yaudah nanti gue ajarin. Tapi sekarang gue yang nyetir. Cepetan masuk." Ucap Ruha sambil masuk kedalam mobil diikuti oleh Almara.

"Mau kemana?" Tanya Almara sambil menatap Ruha.

"Kerjalah. Emang kita mau kencan?"

"Najis!"

Ruha hanya tertawa dan langsung menginjak gas mobil. Mobil mereka terbang di udara dan Almara langsung membuka jendela mobil.

Almara memejamkan matanya sambil menyandarkan kepalanya di kursi mobil. Dia merasa tubuhnya benar-benar sakit. Untungnya Almara tipe wanita yang tidak suka mengeluh dan dia berusaha untuk menahannya.

"Makhluk kali ini sedikit berbahaya daripada waktu itu." Ucap Ruha yang membuat Almara langsung menatapnya.

"Terus?"

"Cuma ngasih tahu lo aja sih. Biar lo bisa mempersiapkan mental."

Almara hanya berdecak kesal. Mentalnya sudah buruk sejak rohnya yang keluar dari tubuhnya.

"Kenapa lo harus jadiin gue umpan buat nangkap makhluk jahat?" Tanya Almara yang tiba-tiba merasa penasaran.

"Karena makhluk jahat tertarik sama roh yang meninggalkan tubuhnya."

"Alasannya?"

"Karena kebanyakan dari mereka perlu tubuh manusia untuk balas dendam." Jelas Ruha dan Almara langsung menganggukkan kepalanya mengerti.

"Gue aja gak tahu sekarang tubuh gue ada dimana."

***

"Ini tempatnya. Lo harus hati-hati." Ucap Ruha saat mereka sampai di depan sebuah rumah tua.

Almara menatap rumah menyeramkan didepannya. Dia heran kenapa makhluk jahat atau hantu sangat menyukai tempat yang menyeramkan?

"Gue gak akan maafin lo kalau lo terlambat." Ucap Almara sebelum masuk ke rumah tersebut.

"Gue gak akan terlambat."

Almara langsung masuk kedalam. Dia tidak perlu membuka pintu lagi karena di dunia manusia tubuhnya bisa menembus apapun. Berbeda dengan dunia hantu.

Di dalam rumah tersebut, Almara mendapati seisi rumah yang berantakan dan banyak sarang laba-laba, bahkan banyak tikus yang berkeliaran.

Almara tidak menemukan apa pun di lantai satu dan akhirnya dia beranjak ke lantai dua. Di lantai dua juga berantakan. Ya, wajar saja berantakan karena rumah itu terlihat sudah lama ditinggalkan.

Srakkk

Almara berhenti berjalan saat mendengar suara yang menyeramkan. Dia langsung menoleh ke belakang saat merasa ada yang berdiri di belakangnya. Namun tidak ada siapa-siapa. Ah, semua makhluk jahat ternyata memang suka bermain petak umpet.

Almara kembali melanjutkan langkah kakinya mengitari lantai dua. Lagi, dia tidak menemukan apa-apa selain barang-barang yang berserakan di lantai.

Krettt

Almara menutup telinganya saat mendengar suara cakaran di dinding. Dia sangat benci suara seperti itu yang membuatnya seakan tidak berdaya. Ditambah lagi saat ini kondisinya yang sedang tidak baik.

Almara berdiri dan menoleh ke belakang. Dia melihat seekor laba-laba besar, namun tidak seperti laba-laba pada umumnya. Laba-laba itu besar dengan kepala manusia yang hancur tak lagi berbentuk wajah. Jari-jarinya dipenuhi dengan cakar yang semuanya berujung runcing.

"Apa kamu ingin memberikan tubuhmu?"

Almara diam tanpa menjawab. Karena tidak mendapat jawaban, makhluk tersebut mendekati ke arah Almara.

Almara langsung memejamkan matanya saat kepala makhluk tersebut mendekati wajahnya. Bau amis darah langsung menyeruak ke hidungnya yang membuatnya merasa mual. Saat Almara membuka matanya, tiba-tiba makhluk tersebut mengeluarkan lidahnya yang ternyata panjang. Lidahnya melilit leher Almara dengan erat.

Jleb

Ruha datang dan langsung melemparkan pedangnya ke arah makhluk tersebut. Makhluk tersebut melepaskan lidahnya dari leher Almara saat pedang tersebut tepat mengenai wajahnya.

Almara langsung berlari ke arah Ruha dan bersembunyi di belakangnya. Bagaimana pun dia sangat merasa ketakutan.

"Siapa kamu?!"

"Ah, gue lupa kenalan sama lo. Gue Ruha, hantu tingkat satu yang bertugas buat musnahin lo."

"Omong kosong!"

Ruha langsung berlari ke arah makhluk tersebut dengan cepat dan langsung mengambil pedangnya. Setelah dapat dia langsung menebas seluruh tubuh makhluk tersebut.

"Lo harus musnah!" Tegas Ruha di sela-sela kegiatannya.

"Arghhh!!"

Makhluk tersebut berubah menjadi abu setelah Ruha menusukkan pedang tepat ke jantungnya.

"Lo keren banget!" Puji Almara yang daritadi memperhatikan kegiatan Ruha.

Ruha tersenyum dan langsung berjalan mendekati Almara.

"Jelas dong." Ucap Ruha penuh percaya diri.

Almara tidak menjawab dan dia langsung mengusap lengannya. Dia merasa sangat kedinginan ditambah seluruh tubuhnya yang terasa sangat sakit. Jika sudah seperti itu, dia sangat yakin jika saat ini sedang sakit.

"Lo kenapa?" Tanya Ruha.

"Lo sakit?" Lanjut Ruha bertanya saat memperhatikan wajah Almara yang sedikit pucat.

"Apaan sih?!" Bantah Almara sambil mengalihkan pandangannya.

Ruha langsung menempelkan telapak tangannya di dahi Almara. Benar, Almara memang sedang sakit dan saat ini dahinya terasa sangat panas.

"Seharusnya lo bilang kalau lagi sakit." Ucap Ruha sambil membawa Almara masuk kedalam mobil.

"Gue gak sakit." Ucap Almara saat mereka sudah berada didalam mobil.

"Dahi lo aja panas gitu masih bilang gak sakit. Lo terlalu ketakutan ya semalam jadinya sakit?" Tanya Ruha yang membuat Almara langsung menyandarkan tubuhnya di kursi mobil.

"Ternyata bener." Gumam Ruha karena tidak mendapat jawaban dari Almara.

Almara memejamkan matanya. Dia berusaha untuk tidur dalam perjalanan pulang ke dunia hantu. Setidaknya dia bisa memanfaatkan waktu selama 4 jam untuk tidur.

Tidak perlu waktu lama bagi Almara untuk tidur. Sekarang saja wanita itu sudah tidur. Ruha yang menyadari Almara tertidur hanya tersenyum. Dia mengambil selimut di belakang dan menyelimuti tubuh Almara.

"Gue janji akan ngembaliin semuanya ke tempat semula." Ucap Ruha sambil mengusap pelan rambut Almara.

Pengantin Untuk Hantu ✅Where stories live. Discover now