Salah Paham

3.1K 358 2
                                    

"Jelasin ke gue sekarang." Perintah Iven saat Almara mendudukkan diri di sofa ruang tamu rumahnya sendiri.

Vaniya berdecak kesal. Baginya Iven sangat berisik karena dari tadi selalu bertanya. Dia tidak pernah suka jika ada yang bertanya terlalu banyak. Vaniya langsung menepis tangan dengan kasar saat Iven menyentuhnya.

Hal itu membuat Iven terkejut. Almara tidak pernah seperti itu kepadanya. Dia seperti melihat sisi lain dari Almara.

"Jangan sentuh gue!" Tajam Vaniya sambil berdiri dari duduknya dan melangkahkan kaki menaiki anak tangga.

"Gue yakin ada yang gak beres." Gumam Iven menatap kepergian Almara.

Vaniya membuka pintu kamar Almara dan masuk ke dalam. Dia berjalan menelusuri kamar Almara.

"Enak banget hidup lo selama ini." Vaniya menyentuh foto kelulusan Almara bersama keluarganya.

"Lo hidup nyaman di tengah keluarga gue. Sedangkan gue harus nunggu ratusan tahun!"

Vaniya melemparkan foto tersebut ke tembok dan seketika bingkai foto tersebut berpecahan ke lantai. Napasnya naik turun dan dia melemparkan apa pun yang ada di depannya. Vaniya berhenti saat dia menghadap ke cermin.

"Gue benci sama lo!" Teriak Vaniya sambil memukul kepalanya berkali-kali.

"Vaniya."

Vaniya langsung menatap ke sampingnya saat mendengar suara Almara memanggilnya.

"Berhenti sekarang juga, Vaniya." Almara berjalan mendekat ke arah Vaniya.

"Gak akan! Gue akan buat lo menghilang dari dunia ini atau pun dunia hantu! Lo gak akan pernah bisa lahir lagi!"

Almara menghela napasnya. Dia sangat ingin mengakhiri semuanya.

"Sampai kapan lo mau ngambil milik gue?" Tanya Almara yang mampu membuat Vaniya terdiam.

"Apa ngambil Ruha di masa lalu gak cukup buat lo?"

"Brengsek! Lo yang ngambil Ruha dari gue! Seandainya lo gak masuk ke kehidupan gue, pasti semuanya gak akan terjadi! Lo juga bunuh Ruha!"

"Gue cuma punya Ruha! Tapi dengan teganya lo ngambil dia dari gue!" Teriak Almara sambil menatap tajam Vaniya.

Satu bulir air mata berhasil turun dari pelupuk mata Almara. Saat membahas bagaimana masa lalunya membuat Almara tidak berhenti menangis. Apa yang terjadi padanya di masa lalu, sangat tidak adil. Dia berhasil hidup adil sekarang, tapi tidak bertahan lama karena dirinya sudah merasakan lagi ketidakadilan itu.

"Lo gak perlu susah payah buat dapetin perhatian dari orang-orang, Van. Orang tua lo dan orang tua gue selalu banggain nama lo di depan gue. Apa yang buat lo sampai tertarik buat ngambil semua yang gue punya? Dari dulu sampai sekarang, kenapa lo selalu ngambil apa yang jadi milik gue! Kenapa?!" Almara berteriak seperti orang kesetanan. Melampiaskan amarahnya kepada Vaniya yang mengambil semua miliknya.

Vaniya terdiam saat melihat bagaimana frustasinya Almara mengatakan itu semua.

"Keluar dari tubuh gue sekarang juga!" Teriak Almara sambil berjalan mendekati Vaniya.

Vaniya berlari menjauh dari Almara yang kini mengejarnya. "Gue gak akan pernah keluar dari tubuh lo!"

Vaniya mengambil pulpen di atas meja belajar dan mengarahkan ke lehernya. Hal itu membuat langkah kaki Almara terhenti.

"Lo mau mati sekarang?" Tanya Vaniya sambil menatap Almara.

"Bahkan sekarang pun lo masih makai cara yang sama buat jatuhin gue." Ucap Almara yang membuat Vaniya mengepalkan kedua tangannya.

Pengantin Untuk Hantu ✅Where stories live. Discover now