Buaya Darat

9.3K 818 31
                                    

Part 3 | Buaya Darat

"Ini kamar lo. Kalau lo bosen di kamar, lo bisa pergi ke lantai 33. Kalau lo lapar tinggal ketik nama makanan yang lo pengen dan makanannya akan keluar dari situ." Ruha menunjuk sebuah lemari digital yang besar dan berada di pojok kamar Almara.

Kali ini Ruha beralih ke lemari pakaian digital. Dia mengetik nama pakaian di layar dan setelah itu dia langsung membuka lemari tersebut.

"Kalau mau nyari pakaian bagus dan kebetulan lo mager, tinggal cari aja lewat lemari ini." Ruha memberikan baju tidur yang di ambilnya dari lemari dan memberikannya pada Almara.

Almara tidak bisa berkata-kata setelah melihat alat yang lebih canggih daripada dunia manusia. Kamarnya saja sangat luas dan banyak benda-benda aneh yang tidak diketahuinya. Dia seperti terkejut dengan perkembangan teknologi yang sangat maju di dunia hantu. Sepertinya hantu lebih canggih daripada manusia.

"Berhubung kamar ini lebih luas daripada kamar lo sebelumnya, jadi gue beliin tempat tidur yang bisa bergerak dengan remote kontrol. Lo gak perlu lagi jalan kaki buat ngambil sesuatu." Ruha memberikan remote kontrol kepada Almara.

Almara hanya mengedipkan matanya berkali-kali sambil menerima remote kontrol dari Ruha. Apa yang ada di kamarnya sekarang memang cocok untuk orang mageran sepertinya. Dia yakin pasti banyak yang iri padanya dan berharap bisa memiliki salah satu benda yang ada di kamarnya.

"Kok dunia hantu lebih canggih daripada dunia manusia sih?" Tanya Almara sambil menatap Ruha.

"Gue aja gak kepikiran kalau ada semua benda canggih ini." Almara menunjuk semua benda di kamarnya.

Ruha tertawa setelah mendengar ucapan Almara yang menggelikan menurutnya. Manusia ada-ada saja, batinnya.

"Kok lo ketawa?" Tanya Almara sambil mengernyitkan dahinya.

"Pertanyaan lo lucu aja."

"Lucunya dimana?"

"Dunia hantu lebih canggih daripada dunia manusia karena disini para hantu gak terpengaruh berita hoax. Semua hantu juga bebas menciptakan apa pun tanpa di bully hantu lainnya. Dan hantu disini punya banyak bakat. Wajar aja kalau disini lebih canggih. Lo beruntung tau gak bisa ngerasain ini semua." Ucap Ruha yang membuat Almara menganggukkan kepalanya mengerti.

Pantas saja jika di dunia hantu lebih canggih. Berbeda dengan di dunia manusia yang setiap hari termakan berita hoax dan kurangnya mengembangkan bakat.

"Ini hp lo." Ruha memberikan handphone kepada Almara.

"Hp ini cuma bisa digunain di dunia hantu. Dan kalau lo mau nelpon nomor gue, tekan aja angka 0."

Almara menatap handphone canggih berwarna putih yang ada di tangannya. Handphone ditangannya bermerk Loiswhite, yang berarti handphone itu juga di ciptakan dari dunia hantu. Bagus memang, kata pertama yang ada di pikiran Almara saat dia membuka handphone tersebut. 

"Gue juga beliin laptop dan tablet buat lo. Tapi merk loiswhite habis. Jadi harus nunggu selama seminggu baru bisa dikirim." Ucap Ruha dan Almara langsung menatapnya.

"Emang lo punya banyak uang?" Tanya Almara sambil mengernyitkan dahinya.

"Apa gue kelihatan miskin?" Ruha bertanya balik pada Almara sambil mengernyitkan dahinya.

Almara langsung menggelengkan kepalanya. Mana ada orang miskin yang memiliki rumah seperti perusahaan dan banyak benda canggih dirumahnya?

"Pekerjaan lo apa?" Tanya Almara karena penasaran dengan pekerjaan Ruha.

"Gue nanya gini bukan berarti mau tahu berapa banyak uang yang lo hasilkan. Tapi karena lo mengklaim gue sebagai pengantin lo, jadi gue harus tahu. Siapa tahu kan pekerjaan lo bunuh manusia dan nyuri uang mereka." Lanjut Almara yang terdengar seperti menuduhnya.

"Kalau pekerjaan gue gitu, lo juga gak bisa lari dari gue." Ucap Ruha yang membuat Almara membulatkan matanya dan refleks memundurkan langkah kakinya.

Ruha yang melihat tingkah Almara hanya terkekeh kecil.
"Lo percaya?" Tanya Ruha dan Almara langsung menganggukkan kepalanya.

Ruha berjalan menuju jendela kamar Almara dan membukanya.

"Semua perusahaan besar yang berdiri disana adalah milik gue. Bisa dibilang gue hantu terkaya nomor 1 disini." Ucap Ruha sambil menunjuk perusahaan yang berdiri didepannya.

Almara menuju jendela dan menatap semua perusahaan yang ada di depan. Semua perusahaan itu menampilkan gambar Ruha di papan iklan.

"Kok bisa?" Tanya Almara tidak percaya sambil menatap Ruha.

"Maksud gue, gimana semuanya bisa terjadi?"

"Ceritanya panjang. Sehari gak cukup buat ngasih tahu lo."

Almara mengerutkan keningnya. Sepanjang apa cerita Ruha sampai sehari tidak cukup untuk menceritakannya?

"Lo mati kapan?" Tanya Almara.

"300 tahun yang lalu."

"Bisa serius gak sih?"

"Lo kan udah gue seriusin. Buktinya sekarang lo udah jadi istri gue."

"Bukan itu maksud gue bego!"

Almara sangat kesal dengan Ruha. Padahal dia bertanya dengan baik-baik tapi Ruha menjawabnya dengan asal-asalan dan membuatnya geram.

"Gue serius mati 300 tahun yang lalu." Ucap Ruha dengan wajah yang serius.

"Kok lo gak menua kalau udah mati 300 tahun yang lalu?"

"Kan gue mau menua sama lo."

Bukk

"Dasar hantu bego!" Teriak Almara setelah memukul lengan Ruha dengan keras.

"Gue serius, Almara. Lo gak percaya?" Tanya Ruha sambil mengernyitkan dahinya.

"Enggak percayalah! Gue pikir buaya darat cuma ada di dunia manusia. Ternyata di dunia hantu juga ada."  Ucap Almara sambil menatap kesal Ruha.

Sedangkan Ruha hanya tertawa setelah mendengar ucapan Almara. Dia sudah banyak melihat dan mendengar pergaulan dari dunia manusia dan tanpa sadar terbawa ke dunia hantu. Dia hantu tapi bertingkah seperti manusia.

"Mending lo keluar sana. Gue mau tidur!"

"Kalau lo kangen sama gue, samperin aja ke kamar depan. Kamar gue tepat di depan kamar lo." Ucap Ruha sambil berjalan keluar dari kamar Almara.

"Mimpi aja deh!" Teriak Almara sebelum Ruha keluar dari kamarnya.

"Hantu gak ada akhlak memang. Bisa-bisanya dia ngebaperin manusia."

Pengantin Untuk Hantu ✅Where stories live. Discover now