Mimpi Nyata

3.1K 372 2
                                    

Part 18 | Mimpi Nyata

"Almara!"

Almara menghentikan langkah kakinya saat seorang wanita memanggilnya.

"Vaniya, kapan kamu datang?" Tanya Almara saat Vaniya tiba di depannya.

"Ah, aku baru saja datang. Tapi kenapa kamu sendirian? Dimana Ruha dan Mura?" Tanya Vaniya sambil menatap ke sekelilingnya.

Almara memundurkan langkah kakinya saat melihat beberapa pria bersenjata yang mengawasinya. Dia kembali menatap Vaniya.

"Van, pergilah ke tempat yang ramai sekarang." Ucap Almara yang seperti berbisik.

"Kenapa?" Tanya Vaniya sambil mengerutkan dahinya.

"Pergi saja. Aku akan menyusulmu nanti." Ucap Almara yang membuat Vaniya langsung menganggukkan kepalanya.

"Baiklah. Temui aku di tempat biasa!"

Setelah Vaniya menghilang dari pandangan Almara, dia langsung berlari dan para pria bersenjata mengejarnya.

Dor

"Arghh.." ringis Almara sambil menekan kaki kirinya yang tertembak.

Dia berlari dengan tertatih-tatih sambil menahan sakit di kakinya. Yang terpenting baginya sekarang adalah kabur dari para pria bersenjata tersebut.

Namun usahanya gagal saat tiba-tiba para pria bersenjata tersebut mengepungnya. Mereka semua mengarahkan senjata ke Almara yang berada tepat di tengah.

"Aku mohon, biarkan aku hidup." Ucap Almara.

"Ayahmu memberi perintah kepada kami untuk membunuhmu." Ucap salah satu pria tersebut.

Almara mengepalkan kedua tangannya setelah mendengar ucapan pria tersebut. Dia sangat marah kepada ayahnya.

"Baiklah. Tembak aku sekarang." Ucap Almara sambil menundukkan kepalanya.

"Tapi sebelum itu, ada sesuatu yang harus aku lakukan." Lanjut Almara sambil mengambil sesuatu di saku bajunya.

Para pria tersebut memperhatikan Almara tanpa sadar jika saat ini Almara sudah memegang senjata di tangannya.

Dor

Dor

Dor

Almara langsung menembak semua pria yang mengepungnya. Saat semua pria tersebut sudah tergeletak di tanah, Almara mengambil semua senjata mereka dan membuangnya di tempat sampah.

Almara merobek ujung bajunya dan mengikatkannya ke kaki kirinya yang tadi tertembak. Setelah itu dia langsung pergi untuk menemui Vaniya.

"Almara!"

***

"Alma!"

Almara langsung membuka matanya dan menatap ke sekelilingnya. Dia mengusap kasar wajahnya saat sadar jika yang dialaminya tadi hanyalah mimpi yang terasa sedikit nyata.

"Kenapa?" Tanya Almara saat mendapati Ruha yang duduk di sampingnya.

"Gue yang harusnya nanya. Kenapa lo bisa luka?" Tanya Ruha sambil mengusap pelan rambut Almara.

"Hah?" Almara mengerutkan dahinya.

"Kaki lo kena apa sampai luka kayak gitu?"

Almara langsung beranjak duduk dan menatap kaki kirinya yang saat ini sudah di perban.

"Kok bisa?" Tanya Almara sambil menatap Ruha.

"Kok lo nanya gue?" Tanya Ruha sambil mengerutkan dahinya.

Pengantin Untuk Hantu ✅Where stories live. Discover now