Epilog

7.2K 720 93
                                    

Epilog

21 Juli 2021

Almara masuk ke dalam mobilnya yang ada di parkiran. Dia baru saja selesai bekerja di kantor yang sekarang sudah menjadi miliknya.

Almara menghidupkan mesin mobilnya dan segera menginjak gas mobil. Dia keluar dari parkiran dan melaju di jalan raya.

Dia mengetuk layar handphone 3 kali dan terlihatlah wallpapernya yang merupakan foto Ruha dan dirinya yang diedit. Dia menscrenshoot video yang ada di hp Ruha dan mengeditnya. Setidaknya hanya itu yang dimiliki Almara.

Sudah lewat 5 tahun, tapi Almara masih belum bisa melupakan Ruha. Hatinya tidak pernah beralih dari Ruha sama sekali. Dia sering menolak pria yang ingin mendekatinya dengan alasan sudah menikah.  Toh memang benar jika dia sudah menikah dengan Ruha. Cincin yang diberikan Ruha saja masih tersemat di jari manisnya selama 5 tahun.

Almara menatap layar handphonenya sekilas yang menampilkan waktu. Malam itu pukul 10 malam. Almara segera melajukan mobilnya agar segera pulang.

Tringgg

Handphone Almara yang ada di dashboard berdering menandakan ada telepon masuk. Dia mendapati nomor Damar yang menelponnya. Almara mengambilnya sambil tetap fokus ke jalanan meskipun saat itu sedang sepi.

"Halo.."

"Kakak lagi dimana?"

"Udah dijalan pulang. Kenapa?" Almara mengerutkan dahi bingung saat terdengar bisikan disana.

"Jangan bilang kamu lagi ngadain pesta di rumah?!"

"Ih, enggak! Aku lagi belajar kelompok sama temen kampus."

"Kamu tuh kebiasaan selalu pesta di rumah. Kamu pikir kakak cari uang buat pesta kamu? Berhenti ngambur-ngamburin uang cuma buat hal kayak gitu!"

Almara mengembuskan napasnya kasar. Damar memang sering mengadakan pesta di rumah mereka dengan mengundang banyak teman kampusnya. Dia tidak pernah suka dengan hal seperti itu. Almara akan memarahi Damar habis-habisan dan membuat Damar malu di depan teman-temannya.

Merasa kesal, Almara langsung mematikan hpnya dan meletakkannya kembali kr dahsboard mobil.

Di perempatan jalan, Almara melihat sepasang kakek nenek sedang menyebrang jalan. Hatinya perlahan menghangat.

"Kalau aja kamu gak ngilang waktu itu, pasti kita bakalan ngerasain tua sama-sama." Gumam Almara sambil tersenyum tipis.

Senyum Almara sirna saat melihat sebuah truk yang seperti lepas kendali dari belakang kakek nenek tersebut. Dengan cepat Almara melajukan mobilnya, lebih laju dari truk yang lepas kendali.

Brukkk

Mobil Almara lebih dulu menabrak truk tersebut dari sisi kanan sehingga truk tersebut miring. Kakek dan nenek yang tadinya menyebrang terlonjak kaget karena suara benturan yang begitu keras. Orang-orang mulai berkerumunan mendekati mobil Almara dan truk tersebut.

Di dalam mobil, Almara berusaha menggerakkan tangannya. Kepalanya sudah berlumuran darah karena terbentur ke setir mobil. Wajahnya juga banyak terluka karena pecahan kaca menghantam tepat ke wajahnya.

"Ayo cepat keluarkan dia!" Teriakan seorang pria setengah tua sambil membuka pintu mobil Almara.

Orang-orang mengangkat Almara dan membawanya keluar dari mobil. Tubuh Almara dibaringkan ke tepi jalan dan diberi pertolongan pertama oleh wanita berjilbab hitam. Dia membalutkan perban ke luka di kepala Almara dan menekannya pelan agar pendarahan di kepala Almara berhenti.

Almara menatap langit yang saat itu bertabur banyak bintang. Dalam keadaan seperti itu pun dia masih membayangkan wajah Ruha.

"Udah telpon ambulan belum?" Tanya wanita berjilbab hitam yang menekan luka di kepala Almara.

Pengantin Untuk Hantu ✅Where stories live. Discover now