Malam 10

718 157 73
                                    

Rosie kini sudah duduk manis diruangan berukuran 4x4. Suasana ruangan terasa lebih rapi dan bersih karna dindingnya berwarna putih sedangkan perabotan di dalam ruangan rata-rata berwarna biru langit dan putih. Aroma ruangan beraroma karbol lemon yang khas membuat siapa saja yang masuk ke ruangan ini pasti akan betah untuk bercengkrama.

Rosie menarik bantalan kursi didekatnya kemudian menempatkannya diatas pangkuannya.

Seorang wanita cantik berusia sekitar 35 tahunan menaruh secangkir teh hangat di hadapan Rosie. "Bagaimana? Apa yang ingin kamu sampaikan Rosie?"

Wanita berjas dokter dengan name tagnya yang terpasang bertuliskan dr. Kameron siap mendengar cerita dari pasien kesayangannya hari ini yang tidak lain adalah Rosie. Pertemuan pertama mereka tercipta saat wanita itu tidak sengaja bertemu Rosie di kampus, saat dokter Kameron sedang menjadi dosen tamu untuk kelas Rosie. Karna materi kasus yang dibawakan oleh dokter Kameron saat itu bisa dibilang cukup relate dengan apa yang Rosie alami, membuat Rosie ingin berkonsul lebih dalam pada dr. Kameron hingga akhirnya kini Rosie menjadi pasien tetap dari dokter Kameron untuk menangani trauma dan phobia yang ia miliki.

Dan seperti yang sudah Rosie katakan pada Jaehyun tempo hari bahwa ia mulai mengingat semua kenangan buruk itu dan bagaimana bisa ia mulai menanganinya dengan lebih tenang atau sudah tidak separah dulu, itu semua berkat dokter psikiaternya, dokter Kameron.

"Ternyata pria yang selama ini Jisoo cari ada di dekat kami..."

"Maksud kamu?"

"Iyaa, pria itu bernama Johnny. Dia adalah salah satu kerabat dekat, teman yang dekat denganku akhir-akhir ini. Jisoo kembali bertemu dengan Johnny setahuku baru pada saat teman-teman baruku itu memberikan ku surprise dirumahku tepatnya 3 hari yang lalu. Lalu selanjutnya, kemarin saat Jisoo ke toko tanaman langganannya. Ternyata Johnny bekerja disana, dan mereka akhirnya kembali bertemu. aku memiliki firasat bahwa mereka akan mulai dekat dalam waktu dekat ini. Tapi yang membuatku khawatir adalah--"

Rosie mulai bergidik ngeri matanya mulai memerah kemudian ia mulai menatap disekitarnya dengan takut-takut. Gejala phobianya kembali lagi. Tapi ini akan lebih parah dari biasanya. Berbagai kenangan buruk mulai melintas di pikiran Rosie. Gadis itu mulai bergumam tidak jelas, memanggil ibunya, menyebut ayahnya, gadis itu kini sudah bertekuk lutut karna tiba-tiba ketakutan.

"Rosie... it's okay, tarik nafas perlahan, dan coba rileks.." dr. Kameron menghampiri Rosie sambil mengusap-usap punggung Rosie yang kini sudah mulai menangis ketakutan. Ia mulai menutup telinganya sambil berkata ampun dan meminta maaf berkali-kali.

"JISOO KUMOHON!!!"

Rosie mulai tidak bisa mengembalikan dirinya, gadis itu kembali tidak bisa membedakan mana yang nyata dan yang mana yang hanya khayalan. Hal tersebut memang sudah pernah ia alami sebelumnya saat seluruh ingatannya kembali pulih, dan menyebabkannya harus mendapatkan perawatan khusus di rumah sakit jiwa Cambridge selama dua bulan lebih.

Demi menjaga privasi Rosie dan sesuai permintaan gadis itu agar tidak menceritakan apapun pada Jisoo. Tidak banyak yang dapat dokter Kameron katakan saat itu pada Jisoo selain memintanya untuk memahami kondisi adiknya yang kian memburuk dengan alasan phobianya semakin parah akibat pengaruh obat. Dan meskipun sempat marah pada dokter Kameron, Jisoo akhirnya memercayai Rosie sepenuhnya pada dokter cantik tersebut berkat tata cara bicara dan caranya bernegoisasi dengan dirinya.

Padahal selama dua bulan itu Rosie melalui masa-masa sulit yang disebut PTSD (post-traumatis stress disorder) dan membuatnya absen dengan kuliahnya. Puncak traumatis yang dialami Rosie terjadi pada titik dimana gadis itu bahkan tidak ingin mendengar nama Jisoo apalagi melihat saudari kandungnya itu muncul dihadapannya. Semua perasaan emosional Rosie berpusat menjadi satu mulai dari marah, sedih, kecewa bahkan ingin membunuh kakaknya itu setelah mengetahui apa yang terjadi sebenarnya.

M A L A M.Where stories live. Discover now