16. Straight

9.2K 1.2K 474
                                    

Seoul University, 8.30 pagi

BUGH!

"Kau pantas mendapatkan bogem seperti itu, Kai"

Dibelakang salah satu gedung yang tidak terpakai, pukulan pukulan itu terus mendarat pada laki laki yang bernama lengkap Kai Kamal Huening. Sementara laki laki dibelakangnya—Soobin, menganggukkan kepalanya membenarkan ucapan Beomgyu yang baru saja melancarkan satu pukulan telak pada adik tingkat mereka itu.

Mau bagaimanapun juga, Soobin ingin seseorang menghajar Kai. Tidak oleh Yeonjun tentu saja. Bisa bisa riwayat adik tingkatnya itu benar benar berakhir jika Yeonjun yang melakukannya.

Soobin sendiri rasanya sudah gatal ingin ikut memberikan beberapa pukulan pada si bule itu. Tapi sepertinya itu malah akan semakin memperunyam suasana. Jadilah ia hanya menonton saat Beomgyu kembali melancarkan beberapa pukulan padanya.

Si manis memberitahukan hal ini pada sahabatnya itu sembari menunggu kedatangan Yeonjun kemarin. Beomgyu tersulut emosi, jelas. Siapa juga yang rela jika sahabat baiknya hampir dilecehkan oleh adik tingkat yang juga merupakan teman baiknya.

"Kau sadar apa yang kau lakukan hah?! Aku bersyukur karena Soobin sempat melarikan diri. Cih. Seharusnya aku tidak membantumu saat itu jika tahu penyebab kau hangover itu karena mabuk dan hendak melecehkan sahabatku sendiri!"

Ya. Beomgyu lah yang membuka kunci pintu kamar Soobin dipagi harinya dan betapa terkejutnya ia saat menemukan Hueningkai yang terkapar dilantai.

Beomgyu lantas membantunya, membantu Kai untuk meredakan mualnya. Tapi setelah Beomgyu kembali dari dapur dan hendak bertanya, si bule itu malah sudah menghilang dari rumah Soobin.

"Setelah menahan kekesalanku selama satu hari akhirnya aku puas juga" Beomgyu mendudukkan Kai yang sudah babak belur dan menyenderkannya pada dinding. "Kalian sudah bisa bicara sekarang"

Beomgyu menjauh dan kali ini Soobin yang beralih mendekat. Ia berjongkok, menyodorkan sebuah sapu tangan untuk menekan darah yang keluar dari sudut bibir yang lebih muda.

"Tidak perlu, Hyung" ucapnya serak dan diakhiri batuk beberapa kali. "Aku tidak memiliki muka untuk menerima apapun bantuan darimu. Bahkan sebenarnya aku pun tidak berhak untuk sekedar berbicara padamu. Tapi tetap saja. Aku ingin minta ma—AW!"

Hueningkai menjerit dan seketika mengangkat kepalanya saat tiba tiba, Soobin menekan lukanya menggunakan sapu tangan. "Diamlah. Obati dulu lukamu ini"

"Ta-tapi...... aku pantas mendapatkannya"

"Aku tahu" jawab Soobin cepat masih dengan telaten membersihkan wajah adik tingkatnya itu. "Karena itulah aku tidak melarang Beomgyu untuk menghajarmu barusan. Tapi tetap saja. Mau bagaimanapun juga, aku terlanjur menganggapmu seperti adikku sendiri. Aku tidak bisa membiarkanmu penuh luka seperti ini"

"Ta-tapi—"

"Sudahlah. Kau seharusnya masih bersyukur dia masih mau mengobatimu dan bukannya menjauhimu seumur hidupnya" timpal Beomgyu malas sembari memberikan jitakan pada kepala yang lebih muda.

Akhirnya setelah pembicaran yang cukup panjang dengan Beomgyu yang berkali kali tersulut emosi, mereka membuat semuanya clear dan sekarang Kai menunduk hormat pada keduanya dengan perasaan lega yang teramat sangat.

"Aku memaafkan mu kali ini. Tapi ingatlah, tidak untuk kedua kalinya, Kai Kamal Huening"

"BAIK, HYUNG!" ujarnya semangat dan ia pun undur diri dengan senyum merekah diwajahnya.

"Akhirnya masalah ini selesai" Beomgyu meregangkan badannya dan berkacak pinggang, menatap Soobin sebal. "Kau seharusnya juga memberi dia beberapa pukulan, Soobin"

Hei, Baby boy - yeonbinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang