Freeyay

1.4K 135 21
                                    

TAEHYUNG

Seperti rencana sebelumnya, Ayah berjanji akan mengajak kami pergi jalan-jalan jika pekerjaan kantornya sudah beres.

Dan tepat sekali.

Hari ini adalah hari itu. Dengan sepenuh hati dan kejujuran aku mengatakan aku ingin pergi ke pantai. Tapi seperti biasa Jimin menolak keras, memang hanya Jungkook yang selalu mendukung keinginanku. Si Jimin tengil keras kepa itu ngotot ingin pergi berlibur di vila keluarga yang saat ini ditinggali kakek, katanya ingin menghirup udara segar.

“Padahal aku ingin sekali ke Pantai...” Kataku sambil berguling-guling di karpet bulu depan televisi.

“Lagian pantai itu panas, kamu bisa kelelahan sama cuaca disana, belum sempat main kamu malah tidur kecapean nanti.” Jimin menjawab monologku sambil mengemil potato chips di kursi depan televisi.

“Lagian kamu sama Jungkook ngapain sih goleran di karpet gitu. Ini tuh di injak-injak tahu tidak sih, banyak debunya ga baik buat paru-paru.” Katanya marah menunduk kebawah melihatku sambil memincingkan matanya.

“Kata Kak Taehyung ini bentuk protesnya. Dia mau tetap ke pantai meski harus liburan ke vila kakek dulu.” Jungkook yang juga goleran di sebelahku menimpali sambil melihat televisi.

“Kata siapa aku juga melakukan mogok bangun, ini semua karena Jimin, dia keras kepala sekali mau ke vila kakek dulu baru ke pantai, biar aku kecapean ya, harus banget pergi ke vila kakek dulu, biar ga bisa ke pantai kan, iya kan?! Jujur kamu Jimin kecil, iya kan?!”

“Jangan berteriak kenapa sih hah?! Aku tuh lebih tua 2 menit daripada kamu!”

Jimin malah balas membentak membuat Jungkook mendesah dan menutup telinganya sambil memejamkan mata.

“Ada apasih ini anak-anak Ayah, jadi mau liburan tidak, kok malah bertengkar dan ribut seperti ini.” Ayah datang dari arah dapur membawa kardus barang yang sudah menutupi wajah tampannya, dan...

“Astaga Ayah awas, Ayah hampir menginjak Jungkook.” Kak Jimin berteriak histeris lantaran Ayah hampir menendang dan menginjak kepala anaknya sendiri.

“Lagian ini kenapa sih goleran di karpet yang belum di vacuum gini. Kalau ga diteriakin Jimin, Jungkook udah keinjak itu, minggir lah, bangun, jangan tiduran di karpet kotor besok selagi pergi kita minta tolong Bunda buat antar ke laundry.”

Tidak ada yang berani menentang Ayah, Aku dan Jungkook lekas bangun dan pindah ke kursi. Duduk bersama Ayah dan Jimin yang masih mencoba menghabiskan potato chipsnya.

“Boleh minta sedikit kah?” Tanyaku, tapi Jimin malah menjauhkan potato chips nya dari jangkauan ku.

“Pelit, pelit, astaga sebal sekali, Jimin pelit. Bundaaaa...” Aku berlari menuju Bunda yang ada di dapur. Dan malah mendapat omelan dari Bunda.

“Astaga jangan teriak dan berlari seperti itu, nanti bisa tidak jadi berlibur. Duduk saja disitu, Bunda ambilkan obat dan setelahnya kita bersiap berangkat.”

Aku mendengus selalu saja seperti itu. Obat lagi, istirahat lagi, jangan lelah, inilah itulah. Tidak perlu dibahas aku tahu kok, kalau begini kan aku jadi bad mood.

“Kenapa sih minum obatnya harus sekarang? Nanti tidak bisa lihat pemandangan di jalan dong.”

“Biar nanti kalau sudah sampai di vila kakek bisa langsung bermain ke danau dekat bukit sambil lihat sepedaan lihat bunga. Lagian ini sudah jam minum obat Kak Taehyung kan.”

”Benar juga.” Aku langsung mengambil beberapa pil obat yang Bunda letakan didepanku.

Biar kuberi tahu Bunda memanggilku kakak karena aku akan mendapat adik baru. Setelah pesta ulang tahun Bunda, tepat setelah kami berpelukan Bunda mengeluarkan sesuatu dari tas jinjingnya, menangis menunjukan nya pada Ayah. Lalu Ayah tersenyum mengangkat Bunda, dan menciumi pipinya. Ewh, dia melakukan itu didepan kami.

A Poem for the Small ThingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang