Father's Tears

3.2K 266 11
                                    

NAMJOON

Aku adalah seorang Pria
Aku adalah seorang Ayah
Dan aku menangis,
Aku menangis untuk banyak hal,
Banyak hal diusiaku sebagai seorang Ayah,
Aku menangis untuk istriku,
Aku menangis untuk anak-anakku,
Putraku,
Aku menangis melihat mereka terluka,
Aku menangis melihat mereka kesakitan,
Aku menangis melihat mereka menangis,
Aku menangis,
I am a man and I cry.

--------------------------------------

Aku berdiri melihat dari pintu kamar anakku yang terbuka, mereka bertiga berada diatas ranjang, dengan posisi Taehyung paling bawah dan Jungkook dan Jimin diatasnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Aku berdiri melihat dari pintu kamar anakku yang terbuka, mereka bertiga berada diatas ranjang, dengan posisi Taehyung paling bawah dan Jungkook dan Jimin diatasnya. Aku tahu Taehyung pasti berat menahan beban kedua saudaranya, dia kurus, Jimin berotot, dan Jungkook jelas memiliki tubuh yang lebih besar dari Taehyung.

Tapi bibirku mengulas senyum, tidak mencoba mengahncurkan momen kebersamaan mereka, aku senang melihat mereka tertawa lepas, selama ini aku selalu menangis sendirian dikamar, mengingat betapa ceroboh dan bodohnya aku, membiarkan Taehyung kesakitan, membiarkan Jimin ketakutan, dan membiarkan Jungkook tumbuh dengan tidak banyak kasih sayang.

"Ayah kenapa hanya berdiri disitu?" Suara Jungkook memecahkan lamunanku.

"Kalian bermain tanpa Ayah dan terlihat sangat bahagia, apa yang kalian mainkan?" Aku menghampiri putraku, duduk diranjang Taehyung.

"Jungkook menabrak tubuhku dan Taehyung sehingga kami jadi seperti tadi."

"Kalian tidak terluka kan?"

"Tentu tidak, kita diatas ranjang kok Yah, tidak masalah." Anak tengahku melempar senyum kepadaku.

Tersenyumlah terus Tae, tapi tolong katakan sakit jika kau sakit.

"Makan malam sudah siap, Taehyung sudah merasa baikan?"

"Sudah, sudah baik-baik saja kok Yah kakiku." Dia berdiri sambil menghentakan kakinya pelan. Aku tahu putraku pasti masih sedikit merasakan lemas pada kakinya terlihat dari kernyitan matanya saat menghentakan kaki.

"Kalau sudah baikan, kita makan dimeja makan bersama saja ya, selalu ada yang kurang jika tidak ada salah satu dari kita." Aku berjalan menuju meja belajar Jimin, mengambil nampan yang tadi aku minta Jungkook mengantarkannya, lalu membawanya kebawah, ke meja makan.

"Gogogo!" Jimin dan Jungkook berteriak bersamaan, mereka selalu seperti itu, balapan turun dan memperebutkan kursi yang paling dekat dengan televisi.

"Mereka lucu ya Yah, suruh hati-hati ya Yah, mereka turun tangga loh larinya, takut terjadi hal yang tidak diinginkan."

Aku mengangguk dan mengulas senyum sebagai jawaban, tingkah Taehyung begitu dewasa, mungkin dia berpikir seperti itu karena dia memang belum bisa berlarian seperti saudaranya yang lain, jika suatu saat nanti dia bisa, dia pasti akan jadi yang paling bandel dan susah diatur, lebih dari Jimin dan Jungkook.

"Terimakasih untuk makan malamnya."

"Tae, obatmu jangan lupa diminum ya." Aku mencoba mengingatkan putraku, dia selalu saja lupa meminum obatnya sehingga aku harus selalu meminta Jimin memastikan kembarannya minum obat.

"Ayah, dadaku-" Ucapannya terhenti aku panik bukan main, melihat dia memegang erat kaos bagian kirinya, memukul pelan sisi itu, dan meringis kesakitan.

"Astaga Tae, kamu kenapa?" Dia menggenggam erat tanganku, sebelum aku memasukan obat kedalam mulutnya, Taehyung sudah pingsan terlebih dulu, aku berteriak memanggil Jimin dan Jungkook dengan kesetanan. Jimin berlari dan dengan cepat menyiapkan mobil untuk membawa Taehyung ke rumah sakit, sedangkan Jungkook menelepon Yoongi, meminta Yoongi berjaga karena Taehyung akan segera dibawa kesana.

Sial.

Ayah menangis lagi Tae, maaf, kau kambuh tapi Ayah menangis lagi, maaf Ayah tidak bisa menggantikanmu, maaf Ayah tidak bisa menjagamu dengan baik dan membiarkanmu kesakitan, maaf Tae, Ayah menangis lagi.

Tak berselang lama, kami tiba dirumah sakit, Jimin terus menggenggam tangan Taehyung, dan Jungkook ketakutan, dia meremas ujung kaos hitamku. Tapi genggaman tangan Jimin harus terlepas setelah Taehyung dibawa keruang gawat darurat.

Kami duduk bersama diruang tunggu, menautkan tangan kami, sambil menunduk dan berdoa, segala hal yang baik untuk Taehyung. Tidak ada harapan lain, kami hanya ingin Taehyung bangun dalam keadaan baik-baik saja, sehingga jadwal operasi pemasangan implan tak perlu diundur menunggu kesehatan Taehyung stabil, agar anakku bisa sedikit mengurangi kesakitannya.

Aku mengambil dompetku terdapat lipatan kertas disana, kubuka kertas itu, foto Jimin, Taehyung, dan Jungkook, berdiri bertiga sambil bergaya didepan kamera, maaf nak, Ayah menangis, Ayah tak bisa menahan ini sendiri, rasanya rindu sekali dengan Mama, rasanya Ayah butuh dikuatkan oleh Mama.

Aku mengambil dompetku terdapat lipatan kertas disana, kubuka kertas itu, foto Jimin, Taehyung, dan Jungkook, berdiri bertiga sambil bergaya didepan kamera, maaf nak, Ayah menangis, Ayah tak bisa menahan ini sendiri, rasanya rindu sekali dengan Ma...

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Berhubung hari ini hari spesial saya kasih update lagi.

26 DESEMBER 2019

A Poem for the Small ThingsWhere stories live. Discover now