MIRROR

3.7K 291 6
                                    

JIMIN

Jangan berbohong.
Aku tahu kamu menginginkannya
Aku tahu kamu membutuhkannya
Kamu rusak, begitupun aku nantinya
Kamu adalah aku,
Aku adalah kamu,
Kita adalah cermin
You will be...

-----------------------------------------

Aku melihat Ayah membantu Taehyung keluar dari mobil, Ayah terlihat berusaha menggendong Taehyung pada punggungnya.

"Ayah!" Aku berteriak sambil berlari menghampiri Ayah yang masih berusaha menggendong Taehyung.

"Ada apa? Taehyung kenapa?"

Semuanya diam, hening sejenak, Taehyung hanya menatap Ayah dengan tatapan yang aneh, hingga Jungkook berdiri disampingku melihat dan memecahkan keheningan kami dengan sapaan ringan.

"Anu Kak-"

"Kau kambuh?" Aku memotong ucapan Taehyung menggantikan posisi Ayah dan Taehyung paham, ia mengalungkan tangannya pada leherku, aku berdiri perlahan, aku tahu, dia memperhatikanku.

"Aku tidak tahu Kak, tadi tiba-tiba saja kakiku lemas, aku tidak bisa menggerakannya, mungkin aku terlalu lelah karena tadi sempat olahraga mengelilingi tepi danau." Taehyung mencoba menenangkanku.

"Kau tahu kan Tae, aku percaya padamu, jangan sakit. Karena itu menyakitiku. Aku merasakan sakit ketika kau kesakitan, meskipun tak sesakit yang kau rasakan, tapi melihatmu kesakitan terasa lebih berat dari sakit yang pernah kualami."

Tidak banyak saudara kembar yang saling terhubung memang. Tapi aku dan Taehyung bisa dibilang salah satunya, waktu Taehyung koma selama 3 hari tubuhku benar-benar lemas, ketika dia mengerang kesakitan, aku merasakan hal yang sama, ada panas dalam tubuhku, rasanya sakit tak karuan dibagian dada dan ulu hatiku, tapi aku yakin, apa yang Taehyung rasakan lebih dari ini.

"Kak Taehyung, Kak Jimin, mau Jungkook bawakan susu pisang ke kamar tidak?"

"Thanks Jungoo, bisa tolong bawakan air putih saja untuk Kak Taehyungmu ini?"

"Tidak masalah."

Jungkook pergi meninggalkan kamar kami 一 kamarku dan Taehyung. Ayah tidak mengikuti kami ke kamar, mungkin membuatkan makan malam untuk Taehyung, yang memang membutuhkan banyak usaha untuk menyusun menunya, mengikuti nafsu makan Taehyung tapi tetap mempertimbangkan gizi dan kesehatannya.

"Apa kata dokter?"

"Kak, jika aku mengatakannya kau tidak akan marah kan?"

"Jika kau jujur Kakak tidak akan marah."

Taehyung menunduk dia terlihat menghela nafas ringan dan berdiri, berjalan pelan. Dia menolak ketika aku menawarkan bantuan untuk menuntunnya berjalan. Dia berjalan pelan menuju almari pakaiannya.

"Aku mau ganti baju dulu nanti kuberi tahu."

Sialan.

"Yakin tidak butuh bantuan?"

"Kak, aku belum cacat, aku masih bisa melakukan semuanya sendiri, jadi biarkan aku melakukannya."

Dia menatapku tajam. Taehyung memang cukup sensitif bila kami terlalu overprotektif kepadanya. Dia bahkan sempat jadi berandal sehari dengan meminum kopi dan berakhir di rumah sakit, dia melakukan itu karena kami terlalu mengawasi pergerakannya dan menganggapnya seperti gelas yang nyaris pecah. Dia mencoba menjadi berandal dengan bermain hujan-hujanan sambil mendrible bola basket lalu meminum kopi setelahnya. Kutanya ketika dia sadar, apa dia ingin menunjukan pada kami bahwa dia kuat sehingga melakukan itu. Tapi dengan selang oksigen yang menempel manis dibawah hidung bangirnya dia menjawab dengan penuh kesombongan dan nada datar, mengatakan ia melakukan itu agar lebih cepat rusak. Benar, akhirnya dia berakhir dirumah sakit, tak lama kemudian dia melakukan tes kesehatan dan menghasilkan laporan kesehatan yang sekarang dia letakan kasurku.

A Poem for the Small ThingsWhere stories live. Discover now