HOME

2.5K 208 2
                                    

TAEHYUNG

Rumah adalah Mama,
Begitu pula Ayah, Jimin, dan Jungkook
Mereka adalah rumah.
Rumah,
Bukan sebuah tempat,
Bukan pula sebuah orang,
Tapi disana terdapat rasa,
Aku merasakan kebahagiaan,
Aku merasa nyaman dan aman,
Ketika bersama mereka,
One sudden moment.
You lose half of yourself.

--------------------------------------

Aku terbangun, memegang dada kiriku, ada yang mengganjal disana, aku bangun dari tidurku, melepas infus pada tangaku, berjalan menuju kamar mandi dan membuka kemeja atas rumah sakitku.

Ah, sudah berlalu, kupikir aku akan berakhir diatas meja operasi.

Ada luka diatas dada kiriku, terdapat benjolan disana, aku merasa bodoh, kenapa malah memilih memasang bom waktu pada tubuhku.

Ya Tuhan, berkati pilahanku.

Operasi diundur 4 hari dari hari yang sudah ditentukan sebelumnya. Dokter Yoongi bilang kondisiku belum cukup stabil untuk melakukan operasi pembedahan, beruntung jantungku maish bisa bekerja sama.

Ini sudah dua hari sejak aku terbangun dari pemasangan pacemaker dengan kabel dalam tubuhku.

Dokter Yoongi mengatur pacemaker pada laju minimum, sehingga jika laju detak jantungku berada di bawah batas tadi, alat ini akan mengirim gelombang listrik pada jantung agar berkontraksi dan menghasilkan detak jantung.

Dokter Yoongi mengatakan akan ada beberapa efek samping dari operasi alat ini, tapi sejauh ini aku merasa baik-baik saja, dia juga mengatakan untuk tidak berdiri terlalu lama dan terlalu dekat dengan beberapa alat elektronik seperti microwave, dia juga memberitahuku untuk menghindari meletekan ponsel dan mendengarkan musik dekat pacemaker dalam tubuhku.

Sejauh ini aku paham.

Aku akan mencoba berhati-hati lagi dengan tindakanku. Aku tidak akan membiarkan satu momen bisa menghancurkan dan menghilangkan rumahku.

Rasanya sakit melihat Ayah menatap sendu ketika Dokter Yoongi mengatakan hal itu. Jimin juga terlihat murung ketika berdiri disana dan mendengarkan penjelasan Dokter Yoongi.

"Kenapa infusnya dilepas?"

"Oh, Jim."

"Kau tidak memanggilku dengan sebutan Kakak?"

"Aku hanya mencoba sedikit menghapuskan jarak antara kita, aku merasa nyaman memangilmu Jimin, rasanya benar seperti seorang teman dan seorang saudara kembar."

"Tentu, tak masalah, aku senang dengan itu. Tapi, apa ada yang sakit?"

"Tidak, hanya sedikit aneh saja."

"Kau akan terbiasa."

Ya benar, nantinya aku akan terbiasa.

Jimin berjalan mendekat kearahku, dia menangis dalam diam ketika membantuku mengancingkan baju kemejaku setelah menyentuh pelan luka operasiku yang ada dekat dengan tulang selangka.

Air matanya menetes pelan dari sudut mata sipitnya. Jangan menangis Jim, kau adalah rumahku, aku tidak bisa membiarkannya rusak dan rapuh, mana bisa aku tinggal disana jika rumah itu akan roboh? Itu bisa melukaiku.

"Jimin, aku mohon setelah ini, jangan menangis lagi ya. Kamu, Jungkook, Ayah dan Mama adalah rumahku, bagaimana bisa aku tinggal disana jika rumahku akan roboh? Itu bisa menyakitiku, jadi jika kau tidak ingin aku sakit tolong berhenti seperti ini. Kau bilang aku kuatkan? Kau bilang kita akan menikah dengan wanita kita dari hari yang sama? Jadi percaya padaku ya? Aku akan berjuang dan berusaha."

Aku menatapnya lembut, memegang tangan yang sedari tadi mencoba mengancingkan kemejaku, tangannya sedari tadi gemetar, aku memutuskan menurunkan tangan Jimin dan mengancingkan kemejaku sendiri.

"Astaga sejak kapan adikku menjadi sedewasa dan sebesar ini, bagaimana bisa dia lebih tinggi dariku padahal kita berada di umur yang sama."

Dia memelukku dan menenggelamkan wajahnya pada leherku.

Jimin, kau adalah alasan terbesar aku bertahan selain Ayah dan Jungkook, kau memiliki kontribusi besar atas perjuanganku. Karena kau adalah saudara kembarku, kita hidup bersama, tumbuh bersama, berbagi segala hal bersama. Terimakasih rumahku.

Aku merasakan dia terisak, dan mulai sulit mengatur tangis dan napasnya. Baiklah Kim Jimin, akan kumaafkan kau hari ini, tapi tidak jika kau melakukannya lagi.

"Sudah ya Jim, jangan menangis lagi, hari ini aku memafkanmu, jika kau melakukannya lagi. Aku akan menyadarkanmu dengan melayangkan tinjuku."

Dia terkekeh dan menangkat wajahnya.

Akhirnya tawa itu.

"Kau sudah berani bercanda dan berkelahi? Baik kita lihat saja nanti. Ayo, sebenarnya Ayah mencarimu, mungkin Ayah sedang mencoba mencuri dengar percakapan kita."

Dia menarik pelan tanganku dan membawaku keluar dari kamar mandi.

Terimakasih Jimin, sekali lagi terimakasih sudah menjadi salah satu rumah ternyaman untukku. Aku menyayangimu.

11:52 WIB

Masih 30-12-2019

Masih Selamat Ulang Tahun Taehyung. Semoga selalu sehat dan bahagia.



Kim Taehyung yang tidak sopan dengan ketampanan dan tatapannya.

A Poem for the Small ThingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang