Fams

3K 251 4
                                    

TAEHYUNG

Aku menyukai keluargaku,
karena dipenuhi dengan cinta
Aku membayangkan mereka seperti malaikat dari surga

Aku tahu mereka mencintaiku dan aku tahu mereka peduli
cinta yang kami miliki sangat besar

Aku tidak pernah sendirian,
Aku cinta keluargaku,
tapi apakah kami akan selalu bersama?

-----------------------------------

Aku tidak bisa membuka mataku, rasanya sangat silau bahkan ketika mataku tertutup, aku merasakan sentuhan pada tanganku, dari ukuran tangannya ini seperti tangan Ayah, besar dan kasar.

Ruangan ini tidak terasa sepi, ada bunyi pengahangat ruangan, suara denting jam, suara dengkuran lembut Kak Jimin dan Jungkook, dan yang paling menyakitiku, suara tangis Ayah beserta setiap kata keluar yang darinya.

Ayah berhenti, ini menyakitiku, jangan salahkan diri Ayah, ini bukan salah Ayah, ini salahku.

"..." Aku ingin bersuara, tapi tenggorokanku terasa tercekat, ah, pasti aku sempat gagal napas ketika kambuh, inilah kenapa mereka memasang selang intubasi masuk kedalam trakeaku.

Aku mengelus telapak Ayah pelan dengan ibu jariku.

"Tae? Kau sudah bangun? Ayah merindukanmu, kau tertidur lama sekali, hampir 2 hari kau tertidur sayang, mimpi apa hem?"

Aku? Tertidur selama itu? Bagaimana dengan operasinya?

"Apakah tidak nyaman? Maaf sayang, Ayah akan memanggil dokter menanyakan apa ini bisa dilepas, pasti Taehyung kesakitankan? Saat kambuh Taehyung sempat gagal napas, Ayah takut, mereka memutuskan melakukan intubasi endotrakeal, pasti sakit ya? Biar Ayah panggil dokter ya?"

Aku menggeleng pelan, takut selang intubasi melukaiku.

Ayah disini saja, minta Kak Jimin saja atau Jungkook, aku takut Yah.

"Atau biar dipanggilkan Kak Jimin saja?"

Aku ingin mengangguk tapi malah air mata yang keluar dari sudut mataku.

Tak lama setelah Ayah meminta Kak Jimin memanggil Dokter Yoongi, mereka masuk bersama 2 perawat wanita lain.

Mereka mulai berhati-hati melepas selang pada tenggorokanku, rasanya sakit sekali sampai tanganku yang tidak tertusuk jarum infus kugunakan untuk meremat erat tangan Kak Jimin yang memang berdiri disebelahku.

Ini bukan pertama kalinya mereka melakukan prosedur pemasangan intubasi, tapi aku tetap saja merasa takut, terakhir kali mereka melakukan prosedur ini ketika aku kambuh berat karena Mama meninggal, aku membenci prosedur ini, mereka menyakiti tenggorokanku, aku akan langsung tidak berselera makan karena rasa sakit pada tenggorokanku, wajahku bengkak, dan nyeri pada dadaku, semua itu membuatku tersiksa.

Mereka menggantikan selang intubasi dengan nasal canulla.

"Mau makan?"

Aku menggeleng atas jawaban Ayah.

"Taehyung istirahat dulu ya. Nanti jika obatnya sudah bereaksi dan setelah istirahat kamu bangun, kita tetap jalankan pemeriksaan. Keadaanmu, bisa dibilang cukup stabil, mungkin karena kamu tidur 2 hari lamanya." Dokter Yoongi tersenyum, ingin rasanya membalas ucapan Kak Yoongi dengan terimakasih, tapi wajahku serasa kaku, mungkin mulai membengkak lagi.

Tak lama setelah Dokter Yoongi pergi, rasa kantuk mulai menghampiriku. Aku mulai kehilangan kesadaran secara perhalan, lalu pemandangan terakhir yang aku lihat sebelum tertidur adalah, Ayah, Kak Jimin dan Jungkook yang tersenyum sambil melihatku, oh ada Mama disana? Mereka tersenyum melihatku.

Ma, apakah kami bisa menjalani ini? Rasanya berat sekali setelah Mama pergi, Ayah seperti kehilangan poros dan tumpuannya, tapi hebatnya kasih sayang yang diberikan tak beda, mereka sama rata, Jungkook tetap tumbuh penuh dengan perhatian dan kasih sayang, Kak JImin juga, meskipun tidak ada yang memeluknya ketika ia ketakutan saat aku sakit. Tapi itu membuatnya kuat seperti Ayah. Tidak apa-apa Ma, Kak Jimin masih lembut seperti Mama, meskipun dia kasar dan kuat, dia menangis ketika melihatku henti napas, mirip seperti Mama. Ma, aku tetap anakmu yang terkuat kan? Aku bisa bertahan kan Ma? Menemani Ayah, Kak Jimin dan Jungkook? Mama akan tetap berdiri disana kan? Menguatian kami ketika kami tumbang seperti sekarang?

Ini terasa berat Ma, tapi aku akan berusaha agar Ayah, Kakak dan Adikku tidak merasa kehilangan untuk kedua kalinya.

Mereka sumber kekuatanku Ma, mereka adalah keluargaku.

Aku masih sedikit tersadar, kenapa tak juga terlelap? Setelahnya aku mendengar Kak Jimin berteriak sambil menangis.

Ma, apa Mama serindu itu padaku? Rasanya sakit, tapi tak lebih sakit melihat mereka menangis seperti ini.

Ma, apa Mama serindu itu padaku? Rasanya sakit, tapi tak lebih sakit melihat mereka menangis seperti ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Semoga kalian tetep suka.

A Poem for the Small ThingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang