Jimin.

2K 172 19
                                    

NAMJOON

______________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

______________________

💜💜💜


Setelah sampai di Jerman semua berjalan sesuai rencana, awalnya. Satu bulan setelah itu.

"Ayah aku mau pulang saja."

"Tae, kau kan sudah janji sama Bunda dan Ayah."

"Tapi Bunda, aku sudah rindu Jimin."

"Sabar ya sayang, tunggu minimal 4-5 bulan lagi."

"Aku akan bertahan selama itu?"

Lalu Nam dan aku terdiam. Setelah sampai di Jerman dokter langsung bergegas memeriksa kondisi tubuh dan jantung Taehyung, kami semua optimis. 5 hari setelah operasi saat itu, dokter mengatakan, mereka tidak bisa berbuat banyak, tapi mereka akan terus mencoba. Tanpa disadari putraku (Taehyung) berdiri disamping pintu masuk. Dia menangis putus asa.

Aku tahu cukup berat untuk anak 17 tahun menerima ini, dia meminta waktu sendiri, tidak ingin dingganggu. Aku meninggalkannya tapi Jungkook berdiri diujung pintu.

"Kak Taehyung"

"Jungkook-ah..." Dia merentangkan tangannya, aku mengintip melalui jendela yang ada pada pintu ruang rawat.

"Apa yang akan terjadi?" Jungkook duduk di brankart kakaknya, dia menangis menatap Taehyung.

"Tidak akan terjadi apapun, bisa kan berjanji untuk jaga Ayah, Bunda, dan Kak Jimin?" Dia menangis, memutar tubuh Jungkook dan memeluknya dari belakang.

"Kakak berjanji tidak akan pergi kemana-mana."

Taehyung meletakan wajahnya di bahu Jungkook menangis sendu memeluk adiknya, rasanya hatiku sangat sakit melihat itu. Aku akan mengusahakan semuanya Tae, agar kamu bisa bertahan lebih lama dari Ayah.

"Anak-anak Ayah, maaf mengganggu, Taehyung bilang ingin pulang kan? Ayo bersiap, besok kita berangkat."

"Ayah tidak bohong?"

Bukan jawaban tapi air mata yang keluar, aku menangis menganggukkan kepalaku.

"Jungkook bisa tinggalkan aku dan Ayah sebentar?"

Jungkook berjalan keluar, Nam sudah menunggu didepan pintu dan menggandeng tangan Jungkook.

"Ayah, Ayah tidak perlu menangis, tidak perlu takut. Aku akan selalu berusaha untuk bertahan, Ayah tenang saja."

A Poem for the Small ThingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang