3| TRAUMA

244 35 13
                                    

Aku ingin berpura-pura tidak melihatmu.
Namun, hatiku tetap tak bisa terus berpaling darimu.

— THE PERFECT SECRET —

***

ABYAN dan Icha sepakat akan memindahkan sekolah Shabiya ke sekolah yang sama dengan Aryan dan Asya. Icha sibuk mengurus surat-surat pindah Shabiya. Selain itu, dalam sekejap Icha juga sudah memasukkan nama Shabiya ke dalam Kartu Keluarga. Sehingga, mempermudah kepindahan sekolah Shabiya. Karena alasan kesehatan, Icha juga meminta agar Shabiya dimasukkan ke dalam kelas yang sama dengan Asya. Semuanya berjalan lancar hingga tak terasa hari ini Shabiya sudah bisa masuk sekolah.

Di hari pertamanya masuk sekolah, Shabiya tercengang dengan seragam sekolahnya yang sangat bagus. Berbeda sekali dengan seragam sekolah lamanya. Shabiya jadi penasaran, bagaimana dengan sekolahnya? Karena Icha tidak membawa Shabiya saat mendaftarkannya waktu itu. Katanya, biar nanti Asya yang memberi tahu seluk beluk sekolah agar Shabiya tidak tersesat. Sekaligus, membuat Shabiya dan Asya menjadi lebih dekat.

“Shabiya, udah selesai belum?” Asya mengetuk pintu kamar Shabiya. Dalam beberapa hari, Asya yang terkesan tomboi bisa langsung dekat dengan Shabiya yang malu-malu. Dia selalu berusaha bertanya tentang Shabiya. Mereka menjadi akrab, dalam waktu dekat.

Asya itu anak yang penurut. Jadi, ketika orang tuanya sudah membuat keputusan maka dia akan menghargai keputusan tersebut. Asya akan menganggap Shabiya juga saudaranya. Justru, ia senang karena Shabiya seperti temannya juga selama di rumah.

“Iya, udah selesai kok,” jawab Shabiya sambil membuka pintu kamar. Dia juga sudah membawa tas ranselnya. Sebelum berangkat ke sekolah, mereka akan sarapan terlebih dahulu. Mengingat ini hari senin, pastinya akan ada upacara. Asya tahunya Shabiya sering sakit, jadi ia akan menjaga Shabiya selama di sekolah.

“Pagi, Ayah! Pagi, Bunda!” sapa riang Asya yang disambut oleh Abyan dan Icha.

Shabiya ikut menyapa mereka.

Si kembar belum bangun. Semalam, Shabiya mendengar mereka masih terus bermain hingga larut malam.

Di sisi lain, ada Aryan yang duduk dengan cuek sambil memakan roti sandwich buatan Icha.

“Pagi, Kak!” Asya duduk di samping Aryan. Shabiya duduk di seberang, tepat di depan Aryan.

“Pagi,” sahut Aryan seadanya, membuat Asya cemberut karena biasanya Aryan itu jahil. Suka mencubit pipinya atau mengacak-acak kerudungnya. Namun, semenjak ada Shabiya di rumah ini, Aryan terkesan menjauhkan diri dari semua orang.

Tetapi, mengapa kakaknya itu sampai seperti itu?

“Ini bekal buat kalian. Punya Asya warna merah, punya Shabiya warna kuning. Isinya sama aja kok,” ujar Icha yang sudah menyiapkan bekal. Asya ada jadwal taekwondo hari ini. Biasanya, dia selalu minta dibawakan bekal. Jadi, sekalian saja Icha menyiapkan untuk Shabiya juga.

Aryan? Semenjak SMA, anak itu tidak pernah mau membawa bekal. Katanya, malu. Jika dibawakan, Aryan akan selalu menghilangkan Tupperware Icha, yang membuat Icha meradang.

[NUG's 7] The Perfect SecretWhere stories live. Discover now