10| ADA CINTA UNTUKMU

25 7 3
                                    

Selain takut melihatmu terluka, aku juga takut kehilanganmu.
Meski aku bukan siapa-siapa.

— THE PERFECT SECRET —
by Arthar Puspita

***

“ABANG, Abang baik-baik aja kan selama ini?”

Selama ini, Aryan bukan tidak mau mengunjungi abangnya yang hidup sendirian di apartemen sejak SMA. Tetapi, dia masih belum menerima bahwa abangnya yang dulu begitu sempurna di matanya kini berubah. Dia begitu dingin dan tak tersentuh. Ace menjauh dari lingkungan keluarga dan mengurung dirinya sendiri di apartemen. Jika ingin tahu kabarnya, Aryan diam-diam bertanya pada Felix, sahabat Ace sejak kecil.

“Ya,” jawab Ace begitu singkat.

Meski tidak tahu alasannya mengapa, tetapi Aryan selalu yakin bahwa jauh di dalam lubuk hati Ace dia merindukan keluarganya juga.

“Di rumah kedatangan anggota baru. Namanya Shabiya. Apa Abang masih ingat?”

Dulu, Shabiya sering sekali main di rumahnya saat kecil. Aryan dan Ace mengajak Shabiya main bersama. Tapi, Aryan sering memonopoli Shabiya agar bermain dengannya saja. Ace pun mengalah dan tidak lagi bermain dengan Shabiya karena Aryan menangis jika Shabiya bermain dengan orang lain. Mengingat itu, Aryan tertawa sendiri. Jika waktu bisa diputar kembali, maka ia ingin sekali kembali ke masa-masa indah itu. Sebelum semuanya berantakan seperti sekarang.

“Pada akhirnya, Ayah dan Bunda mengadopsi Shabiya. Gue nggak tahu kalau dengan kedatangan Shabiya justru semakin memperparah kondisi hati gue,” ucap Aryan. Dia ingin berkeluh kesah. Meski Ace begitu dingin, tetapi tidak ada orang yang mau mendengarkan ceritanya. Orang tuanya pun sudah melarang Aryan untuk mendekati Shabiya. Jika bercerita pada teman-temannya, butuh waktu lama bagi Aryan bercerita.

“Kursi tempat Abang ditempatin sama Shabiya. Nggak apa-apa, kan? Bunda udah pesan kursi baru lagi kalau nanti Abang pulang ke rumah.”

“Tenang aja. Kamar Abang nggak dipakai kok. Shabiya nempatin kamarnya sendiri. Kamar waktu dia kecil, kamar kosong yang di sebelah Asya itu.”

Aryan tersenyum getir menatap Ace yang hanya diam menatapnya kosong. Dia bagai patung tak bernyawa. Namun, sebenarnya masih bisa berbicara.

“Kapan Abang pulang? Asya kangen sama Abang. Bunda apa lagi.”

“Nanti,” jawaban Ace sudah cukup untuk Aryan. Ketika sudah waktunya, Ace pasti akan pulang.

“Ayah nggak pernah absen untuk selalu kesini kan?”

“Ya.”

Aryan tersenyum mendengarnya, “syukurlah.”

“Gue pulang dulu ya, Bang. Jangan lupa di makan gue bawain pizza sama soda kesukaan lo.”

Aryan keluar dari apartemen Ace setelah itu. Dengan napas berat, ia melangkahkan kakinya menjauh dari tempat tinggal Ace. Meski tempat ini terbilang mewah dan nyaman, tetap saja rumah adalah tempat paling hangat.

[NUG's 7] The Perfect SecretWhere stories live. Discover now