15| AKU MERINDUKANMU

25 4 1
                                    

Aku selalu menyangkal bagaimana perasaanku padamu.
Tetapi, hati ini tahu bahwa sepenuhnya dia sudah jadi milikmu.

The Perfect Secret
by Arthar Puspita

***

“NON Shabiya, kuenya udah matang!” seru Bibi dari arah dapur. Shabiya yang sedang bermain bersama si kembar lantas menuju dapur. Dia menggunakan hand glove dan membuka oven. Kue yang ia buat sudah matang.

Selama liburan sekolah, Shabiya banyak belajar dari Bibi bagaimana cara memasak. Dia banyak belajar mengenai bumbu-bumbu dapur. Selain itu, Shabiya juga banyak belajar dari internet. Zaman sekarang, ingin membuat makanan apa saja sudah lebih mudah. Banyak video tutorial yang simple dengan bahan-bahan yang mudah dicari. Terkadang, Icha juga turut membagikan resep andalannya pada Shabiya.

Asya sendiri tidak tertarik memasak. Dia lebih banyak menghabiskan waktu untuk menonton drama di kamarnya. Selama liburan sekolah, Asya merasa sangat bosan karena jadwal latihannya juga libur. Untungnya, dia mendapatkan laptop baru. Asya jadi merasa tidak bosan-bosan amat dengan hadiah barunya itu.

“Mau Bibi bantuin nggak, Non?” tanya Bibi yang sudah selesai mencuci piring.

Shabiya menggeleng, “nggak usah, Bi. Ini tinggal ngehias kuenya aja kok. Makasih ya, Bi. Udah bantuin Biya.”

“Iya sama-sama, Non. Bibi ke belakang dulu ya, mau jemur baju,” ujar Bibi. Wanita tua itu pergi ke belakang rumah untuk menjemur pakaian. Meninggalkan Shabiya yang mulai kembali sibuk mencampur pewarna makanan ke dalam whipped cream.

Shabiya menghias kue bolu cokelat itu dengan warna biru laut, warna yang entah kenapa Shabiya pilih. Menurutnya, warna biru laut itu indah. Dengan hati-hati, Shabiya mengoles whipped cream ke atas kue hingga kue tersebut terselimuti. Shabiya merapikannya menggunakan pisau. Kemudian, menuliskan sesuatu di atas kue itu. Dia juga menambahkan beberapa hiasan hingga kue itu terlihat begitu cantik.

“Alhamdulillah, selesai juga.” Shabiya membungkus kue itu ke dalam kotak yang ia beli sebelumnya. Menaruhnya ke dalam kulkas sementara ia bersiap mandi.

Hari ini, Shabiya berniat mengutarakan perasaannya yang sebenarnya.

***

Beberapa hari sebelumnya...

Shabiya menemui Icha di dapur. Kala itu, Icha sedang menyiapkan susu untuk si kembar. Shabiya awalnya ragu, tetapi dia akhirnya tetap menemui Icha.

“Bunda,” panggilnya. Wanita yang masih terlihat cantik dan anggun di usia yang terbilang sudah tidak muda lagi itu menoleh.

“Lho, Biya. Belum tidur, Nak?”

“Belum.”

“Ini Bunda lagi bikin buat Arbani sama Aqilla. Mereka rewel banget, kayaknya lapar.”

“Bunda, ada yang mau Shabiya omongin. Boleh?” ujar Shabiya. Dia gugup sekali. Meski tahu, jika Icha selalu mendengarkannya. Meski itu tidak penting sekalipun.

[NUG's 7] The Perfect SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang