7| ADA AKU DISINI

36 7 0
                                    

Kepada pemilik hatiku,
Kepada pemilik jiwaku,
Kepada pemilik napasku,
Bisakah Engkau berikan dia yang begitu sederhana untukku?

— THE PERFECT SECRET —

***

HUJAN mereda ketika Aryan mengajak Shabiya pulang setelah memastikan Shabiya benar-benar tenang. Meski ia tidak bicara apa-apa dan tetap diam karena Aryan tidak menjelaskan perkataannya yang jelas-jelas membuat Shabiya kebingungan.

Melihat Shabiya yang tidak berdaya benar-benar membuat Aryan terluka. Dia ingin menjaga Shabiya, melindungi Shabiya dengan kemampuannya. Tetapi, bayangan masa lalu mereka tidaklah baik sehingga Aryan ketakutan untuk kembali memulai. Ia takut membuat Shabiya semakin terluka dan justru membencinya.

Hari sudah gelap ketika mereka sampai di rumah.

Seperti yang Aryan duga, rumah sudah heboh karena berita Shabiya yang tak kunjung pulang. Aryan bolak-balik menelepon orang rumah memastikan Shabiya sudah pulang atau belum, dan tak memberi kabar setelah itu.

Kedua orang tuanya menunggu kedatangan mereka di depan pintu. Terlihat sang ibu yang mondar-mandir karena cemas. Berbeda dengan ayahnya yang nampak lebih tenang. Padahal, Aryan tahu jika ayahnya pun khawatir mengenai Shabiya.

Saat mereka melihat Aryan dan Shabiya yang pulang bersama, mereka buru-buru mendekat. Icha memeluk Shabiya dengan berlinang air mata. Ia begitu khawatir mendengar kabar dari Sus Rini jika Shabiya belum juga pulang. Dia menangkup wajah kecil Shabiya, memastikan anak itu tidak terluka.

“Sayang, kamu nggak apa-apa, 'kan? Ada yang sakit?” tanyanya, Shabiya menggeleng.

“Nggak kok, Bun. Biya baik-baik aja,” ucapnya.

Sementara itu, Abyan menatap Aryan meminta penjelasan.

“Nanti Ary jelasin, Yah. Sekarang biarin Shabiya masuk dulu. Seragam Ary juga basah, mau mandi,” ujarnya.

“Benar, Mas. Biar mereka bersih-bersih dulu,” bela Icha.

“Baik. Nanti Ayah tunggu di ruang kerja Ayah, Aryan.”

Aryan mengangguk. Ia sudah pasrah jika dimarahi.

“Yuk, sayang. Kita ke kamar. Bunda antar,” ajak Icha, masih setia merangkul Shabiya.

***

Asya yang baru saja sampai rumah langsung pergi menuju kamar Shabiya yang ada di sebelah kamarnya. Ada ibunya juga disana yang sedang membereskan buku-buku Shabiya. Sementara, Shabiya sedang beristirahat namun matanya masih terbuka. Mungkin, ia masih memikirkan kejadian tadi.

Asya menyesali perbuatannya yang mengizinkan Shabiya pulang naik taksi. Seharusnya, biar Shabiya yang dijemput sopir dan Asya saja yang pulang naik taksi. Jika terjadi apa-apa, Asya bisa membela dirinya sendiri sehingga tidak akan terjadi hal-hal yang di inginkan.

“Shabiya, kamu nggak apa-apa?”

Asya yang panik bahkan lupa untuk menaruh tas ranselnya terlebih dahulu.

“Asya, taro tas kamu dulu. Mandi, ganti baju,” perintah Icha yang melihat putrinya masih memakai seragam taekwondo.

“Bun, Asya panik banget tau! Takut Shabiya kenapa-kenapa. Emang tadi kamu nyasar dimana, Biya?!” tanya Asya, suaranya yang keras justru membuat Icha menjewer telinganya.

[NUG's 7] The Perfect SecretWhere stories live. Discover now