❝Ghost-09❞

3.5K 891 81
                                    

"WOY YOSHI!!"

Yoshi dan Yoonbin kompak mengalihkan pandangan mereka saat mendengar teriakan menggelegar milik Hyunsuk. Mendapati teman-temannya tengah berlari ke arahnya dengan raut wajah panik.

"Yosh, lu nggak papa kan? Itu kenapa Haruto bisa pingsan? Terus ini? Ini kenapa di leher lu ada tanda merah gini? Lu abis di cekik?" tanya Hyunsuk bertubi-tubi.

"itu tadi Haruto gue pukul kepalanya pake sapu" bukan Yoshi yang menjawab namun Yoonbin. Sesekali pemuda itu meringis sembari mengusap tengkuknya.

"astaga! Kenapa lu pukul kepalanya?! Nanti kalo insomnia gimana?!" pekik Jeongwoo mengambil ancang-ancang ingin menyakar Yoonbin namun di tahan oleh Junghwan.

"amnesia Woo, bukan insomnia" koreksi Mashiho seraya menggelengkan kepalanya.

"iya itu maksud gue. Kalo misalnya si Haruto amnesia. Lu harus tanggung jawab!"

"tanggung jawab gimana? Gue kan nggak ngehamilin dia" celetuk Yoonbin yang mendapat toyoran di kepalanya dari Yoshi.

"heh! Dari pada ribut mending bantuin gue nih ngangkat Haruto" ujar Jihoon. Dari tadi teman-temannya bukannya memapah Haruto dan membawanya pergi malah debat dan membiarkan Haruto yang jatuh pingsan terbaring tanpa ada niat menolongnya.

Dengan segera mereka membantu mengangkat tubuh jangkung pemuda Watanabe itu. Jihoon dan Junkyu yang bertugas memapah. Sedangkan yang lainnya berjaga-jaga takut tubuh Haruto jatuh.

"Sa, kenapa?" tanya Yoshi bingung. Pasalnya pemuda berwajah datar itu menatap ke arahnya dan Yoonbin.

Asahi menggeleng pelan. Lalu mengalihkan pandangannya. Bohong jika ia tidak melihat sesuatu. Padahal pada kenyataannya sendari tadi Asahi melihat banyak hal. Salah satunya pria bertubuh kekar nan tinggi dengan kepala yang hampir menyentuh langit-langit. Dengan kulit pucat dan mata merah melotot menatap sengit ke arah Yoonbin dan Yoshi.

Bukan hanya itu. Terlihat jelas dari kelas XII-A, ada banyak telapak tangan mengeluarkan darah menempel pada jendela. Serta beberapa pasang mata yang mengintip dari sana. Bau amis menyeruak begitu saja masuk ke indra penciumannya. Sekuat tenaga Asahi menahan rasa mualnya.

"ayo pulang, udah mau jam lima ini" ajak Hyunsuk sembari melirik jam tangan yang terpasang di tangan kirinya.

Mereka semua mengangguk. Lalu berjalan beriringan menuju parkiran. Tidak baik berlama-lama di sini. Takutnya ada suatu hal yang tidak di inginkan terjadi.

Namun baru saja mereka melewati koridor kelas XII. Sesuatu yang mengejutkan terjadi.

Mendadak tepat di jendela sebelah mereka sebuah kalimat berwarna merah pekat muncul begitu saja. Membuat ketiga belas pemuda itu terkejut bukan main.

"tinggalkan tempat ini, atau mati? EH MAKSUDNYA APA YA SETAN!!!" kesal Jihoon. Tanpa sengaja ia melepaskan papahannya pada Haruto yang membuat tubuh yang tengah pingsan itu terjatuh karena Junkyu mendadak kehilangan keseimbangan.

"bangsat!! Kaget boleh tapi jangan di lepas juga lah Jihoon!" amuk Junkyu menatap nyalang ke arah Jihoon yang malah cengengesan.

"maap, gue refleks tadi" Jihoon kembali mengangkat tubuh Haruto di bantu Junkyu dan Yedam.

Padahal Yedam nggak mau bantu. Karena masih terkejut dengan tulisan menyeramkan itu. Tapi karena tidak tega, yasudah ia bantu.

Kini pandangan kembali teralihkan pada tulisan di jendela itu. Sangat ketara jelas bahwa tulisan itu di buat dengan menggunakan darah. Bahkan bau amis tanpa permisi masuk ke indra penciuman mereka.

Dengan segera semuanya menutup hidung mereka. Mencegah bau amis yang semakin menusuk tercium.

"kita cepet pulang aja yuk. Kalo lama-lama di sini bisa muntah gue" ajak Jeongwoo.

Baru saja ketiga belas pemuda itu kembali melangkahkan kaki. Namun seseorang dari arah belakang memanggil mereka. Otomatis mereka berbalik. Awalnya ingin mengumpat karena baru mau melangkahkan kaki karena ingin cepat-cepat pergi sebab sudah sangat merinding terpaksa memberhentikan langkah mereka. Tapi tidak jadi saat tau siapa yang memanggil.

"kalian ngapain di situ?" tanya pak Hanbin. Guru bahasa yang biasa kerja lembur di sekolah. Entah mengerjakan apa, yang pasti. Guru itu bisa ada di sekolah sampai jam sembilan malam.

Nggak takut pak? Kalo ada yang terbang gimana?

"ini pak ada yang iseng nulis beginian di jendela" jawab Jaehyuk sambil menunjuk ke arah jendela.

Pak Hanbin menatap ke arah yang di tunjuk Jaehyuk. Lalu menautkan alisnya bingung, "saya nggak liat apa-apa tuh. Jendelanya bersih"

"tapi pak ini tu-" Hyunsuk memberhentikan ucapannya. Tulisan itu hilang, benar-benar hilang. Hanya ada jendela yang bersih tanpa ada noda sedikitpun.

Bahkan mereka baru menyadari bahwa bau amis yang awalnya sangat menusuk kini ikut menghilang. Sama sekali tidak tercium lagi.


























































































"eh, eh mau ke mana kalian?" tanya pak Hanbin saat ketiga belas pemuda itu bergegas pergi.

"mau pulang lah pak!" jawab Jaehyuk dengan nada sedikit berteriak karena jarak yang sudah cukup jauh.

"eh tunggu dulu!"

Dengan helaan nafas jengah, Hyunsuk berhenti di ikuti yang lain. Lalu mengisyaratkan pada Jihoon dan Junkyu untuk segera membawa Haruto ke mobil begitupun pada Yoonbin yang tengah memapah Yoshi yang masih sedikit lemas.

Asahi ikut pergi mengikuti kelima pemuda yang di suruh duluan pergi menuju parkiran. Sendari tadi ia tidak tahan dengan banyaknya tatapan yang mengarah padanya. Karena semakin lama, jumlahnya semakin banyak. Bahkan bau amis semakin ketara.

"apa lagi sih pak! Udah mau gelap ini, kita mau pulang" ujar Jeongwoo kesal.

"kalian nggak ninggalin temen di sini kan?" tanya pak Hanbin ragu.

Doyoung menautkan alisnya bingung, "temen? Nggak tuh pak, kita lengkap-lengkap aja"

"loh, itu siapa? Kasian loh di tinggal sendiri" pak Hanbin menunjuk ke arah sudut ruang kelas yang terbuka. Mereka sontak menoleh ke arah yang di tuju.

Dengan cepat Hyunsuk mengalihkan pandangannya. Sudah cukup miskah, jangan ada lagi.

"bapak aja yang temenin deh, kita mau pulang" cicit Junghwan. Ayolah, sendari tadi ia diam karena takut.

Di tambah lagi tepat di mana pak Hanbin tunjuk ada seorang ah lebih tepatnya mungkin bukan orang, murid perempuan tengah duduk dengan rambut di gerai lurus yang menutupi wajahnya. Bajunya lusuh rambutnya kusut dan kulitnya pucat pasi.

Sudah pasti itu memedi.

"bang, firasat gue nggak enak" bisik Mashiho pada Hyunsuk.

"lari aja udah lari" sahut Doyoung dengan nada berbisik.

"tapi kalo nanti nilai bahasa kita di kurangin terus di cap murid bandel gimana?" ujar Yedam.

"bodo amat nggak peduli gue" balas Jaehyuk.

Hihihihi~

Jeongwoo langsung ngibrit lari meninggalkan teman-temannya yang masih berdebat. Tentu saja dengan kompak teman-temannya ikut berlari mengikutinya.

"TUMAN!!! KENAPA DIA KETAWA SIH!!" teriak Hyunsuk kesal di tengah lariannya.

Ketujuh pemuda itu terus berlari tanpa menghiraukan pak Hanbin yang malah terkikik geli.

Ghost | Treasure✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang