❝Ghost-18❞

3K 838 119
                                    

"sekarang mau di nyanyiin lagu apa?"

"balon ku ada lima kak!"

"ih, burung kakek tua aja"

"nggak mau! Mau nya balon ku ada lima"

"burung kakek tua lagunya lebih bagus"

"tapi aku maunya balon ku ada lima"

"kakaknya nggak punya balon, jadi burung kakek tua aja"

"kakaknya juga nggak punya burung, jadi lagu balon ku ada lima saja"

"kakaknya punya burung kok"

"mana? Dia nggak bawa burung"

"itu ada di dalem ce-"

"udah lagu alamat palsu aja mas"

"ih tante kunkun ikutan aja!"

"tau, liat noh bang congcong aja diem dari tadi, harusnya tante kunkun diem aja. Ini bagian kita"

Yedam pusing, sungguh. Ia memijat pelipisnya pelan mendengar hantu random di depannya. Tenang saja, mereka penghuni asli sekolah yang pastinya ramah-ramah dan tidak suka mengganggu.

Emang ada hantu ramah? Adakan saja. Dunia orenji mah bebas.

Kalau tau akan seperti ini lebih baik Yedam ikut mencari Jeongwoo bersama yang lain. Dari pada pasrah di seret ke ruang musik dan berujung menjadi penonton acara debat yang membuat kepalanya pusing seperti ini.

"yaudah, kakak nyanyi lagu wayo aja ya?" tanya Yedam mencoba melerai perdebatan antara dua hantu anak kecil dan kuntil anak di depannya.

gatel banget ni tangan mau ngetik kutil:")

"nggak mau! Maunya balonku ada lima" tolak hantu anak kecil perempuan dengan baju putih lusuh dan kulit pucat pasi.

"burung kakek tua aja kak! Jangan balon lima" sahut kembarannya yang berjenis kelamin laki-laki.

"alamat palsu aja. Biar bisa nostalgia ke masa lalu" ujar mbak kunti ikut-ikutan.

Sedangkan siluman bantal guling yang berdiri di pojokan dengan wajah tertekan hanya diam seakan sudah terbiasa melihat perdebatan yang terjadi.

"kalo gini mending gue nyusul yang lain aja deh" ujar Yedam kesal lalu menaruh gitar yang sendari tadi ia pegang dan beranjak berdiri.

Hantu kuntil anak yang tadinya sedang berdebat dengan dua hantu anak kecil kembar itu tiba-tiba sudah berada di depan Yedam. Tentu saja Yedam memekik terkejut. Baru tau dia rasanya gimana kena jumpscare.

Kaget cuy. Jantungnya serasa sudah merosot sampai anus.

"jangan keluar, bahaya" peringat mbak Kunti seraya merentangkan tangannya. Jangan lupakan tubuhnya yang melayang membuat Yedam mengangguk takut-takut.

"emang kenapa?" tanya Yedam penasaran.

"di luar banyak om-om ama tante-tante serem kak. Mereka berdarah-darah terus galak bentuknya juga aneh" bukan mbak Kunti yang menjawab. Namun hantu anak kecil perempuan yang kini tengah memeluk kaki Yedam.

Yedam yang mendengarnya cukup terkejut. Baru kali ini ia tau ada hantu takut sama hantu. Pemuda itu berjongkok, menyamakan tinggi badannya dengan hantu anak kecil itu lalu menatapnya dengan tatapan bertanya namun sedikit lebih tenang, "emang mereka jahat sama kamu?"

"bukan cuma jahat. Mereka hampir mau ngusir kami dari sini. Padahal dari awal tempat ini udah jadi tempat tinggal kami" kini sang Pocong yang menjawab. Siluman bantal guling yang sendari tadi diam di pojokan kini mulai melompat mendekati Yedam.

Yaha siluman bantal guling:v

"ko bisa?" bingung Yedam, "gue kira semua hantu suruhan itu cuma pengen bikin sekolah ini di tutup. Ternyata kalian juga di usir"

"bukan cuma di usir, kami juga di ancam mau di musnahin ama tuan mereka" ujar mbak Kunti lesu. Ia tidak mau di musnahkan, nanti nggak bisa liat murid-murid ganteng termasuk yang sedang berada di depannya.

"tuan? Tunggu dulu. Kalian tau tuan mereka siapa?"

Mendengar pertanyaan Yedam. Hantu anak kecil laki-laki menarik ujung bajunya. Lalu memberi kode agar Yedam mendekat ke arahnya. Setelah itu ia membisikkan nama dalang yang merupakan tuan yang sudah menyuruh hantu-hantu itu menghantui sekolah dan menakut-nakuti murid yang ada di sini.

Seketika, kedua netra Yedam membola sempurna karena terkejut.

"jadi... dia masih hidup?!"










































































"gue nemu roti nih di ruang guru. Ada banyak, kalian makan aja dulu" ujar Yoshi menaruh beberapa roti yang ia bawa ke hadapan teman-temannya yang tengah lesehan di toilet laki-laki setelah selesai memecahkan cermin yang ada di sana.

Junghwan langsung mengambil dua bungkus roti dan langsung memakannya. Berbeda dengan yang lainnya yang menatap roti itu tak minat.

Yoshi menghela nafas lalu memasukkan roti-roti itu ke dalam tas. Beruntung saat sebelum Yedam menghilang, temannya itu memberikan tas milik Asahi yang di bawanya ke padanya. Jika tidak mungkin mereka sudah buntu tidak tau hendak melakukan apa.

Doyoung tengah mengobati luka di kaki Yoonbin dengan peralatan dan obat yang ada di kotak p3k yang ia temui di ruang guru. Jihoon dan Junkyu masih saling melempar tatapan tajam. Hyunsuk tengah memikirkan bagaimana keadaan temannya yang menghilang. Haruto sedang mencoba melawan rasa takutnya yang kian menjadi-jadi saat suara aneh terdengar di indra pendengarannya.

Melihat teman-temannya yang dalam kedaan tidak baik membuat Jaehyuk menghela nafas berat, "jangan pasrah dulu dong. Kita udah setengah jalan. Ayo semangat!" ujarnya menyemanngati. Namun yang lainnya hanya menatapnya dengan tatapan malas lalu mengalihkan pandangannya lagi.

"gimana mau semangat? Yang lain aja kita nggak tau kabar mereka gimana sekarang. Boro-boro mau semangat. Nyoba buat mikir positif aja gue nggak bisa" ujar Hyunsuk dengan nada intonasi kesal.

"kalo mau mereka baik-baik aja, harusnya kita gercep. Bukan overthinking kaya gini" ujar Yoonbin lalu beranjak berdiri mengabaikan rasa sakit di kakinya, "bukan malah diem dan ngabisin waktu. Yang ada mereka lebih leluasa nyalakain yang lain"

Ucapan Yoonbin membuat perhatian mereka semua beralih pada pemuda itu. Yoonbin ada benarnya juga.

Jihoon melirik jam tangannya. Astaga, ternyata sudah pukul 14.32, mereka tidak punya waktu banyak, "gue setuju ama Yoonbin. Kita harus cepet selesain ini dan keluar dari sekolah sebelum matahari terbenam"

"nggak ada cara lain gitu yang akurat. Biar kita bisa pancing dalangnya langsung dan nggak makan banyak waktu?" tanya Junkyu pada yang lain. Ia jengah melihat mahluk menyeramkan yang selalu mereka temui di sepanjang perjalanan.

Mereka semua nampak berfikir. Sayangnya tidak ada yang pintar dalam urusan ini. Mereka semua hanyalah manusia biasa yang tidak memiliki kemampuan seperti Asahi yang sudah biasa melihat hantu. Bahkan baru kali ini mereka merasa menjadi Asahi karena hantu-hantu itu sudah berani menampakkan diri mereka secara terang-terangan. Jadi mereka mampu melihat semuanya.

Yoonbin melirik sekilas ke arah luar, lalu pandangannya tertuju pada jendela yang di tutupi tirai hitam. Seketika memori ingatannya berkerja. Ia ingat sesuatu dan ia tau apa yang harus mereka lakukan sekarang.

"kita langsung ke lantai empat sekarang! Buka semua tirai hitam yang nutupin jendela di lantai itu. Kelemahan setan-setan itu cahaya matahari!!"

Ghost | Treasure✓Onde histórias criam vida. Descubra agora