BAB 2: Seseorang

1.5K 276 84
                                    

"Nampan dan roti ditangan sanji melayang entah kemana, pria itu tidak dapat melihat apa yang dia alami, matanya tertutup dengan genangan air mata, sekali lagi...Vinsmoke Judge menolak putra ketiganya."

-6 tahunnya-

Sanji membuka ovennya, dia menghias kuenya dengan bintik-bintik cokelat, pria kecil itu membawanya dengan hati-hati.

Setelah sampai didalam kamar sanji meletakkan kuenya dimeja, kemudian langkah kecilnya pergi keluar untuk mencari lilin, dia menuju gudang

"Happy birthday to you...happy birthday to you..." Lantunan lagu yang keluar dari mulut kecilnya, dia berlari dengan langkah gembira,  anak itu membongkar laci yang berada di gudang

Dengan mata berbinar-binar karena menemukan sebuah lilin kecil, sanji juga mencari korek untuk menghidupkan lilinya. Langkah sanji berbalik kearah kamarnya, dengan tangan kanan yang mengenggam lilin dan tangan kiri memegang korek api

Senyuman sanji pudar ketika melihat pintu kamarnya terbuka, matanya mulai diisi dengan air mata, seperti yang sanji duga kuenya rusak.

Dengan tenang sanji tetap menghidupkan lilinya, 'make a wish, sanji' gumamnya, tangannya mulai merekat, matanya terpejam, "sanji ingin ayah, dan sanji ingin bahagia" Ujar sanji didalam permohonannya.

Sanji tetap memakan kuenya yang rusak, bagi sanji membuang makanan itu tidak baik, apapun bentuknya jika itu tidak kotor maka sanji harus menghabiskannya.

Pria kecil dengan bunga ditangannya berjalan menuju makam ibunya, setiap hari ulang tahun sang ibu, anak itu selalu membawakan bunga, dia juga menyiapkan sepotong kue untuk dimakan bersama ibunya

Makam yang tidak jauh dari rumahnya, namun rasanya makam tersebut terasa lebih nyaman dibandingkan rumahnya. Sanji meletakkan sepotong kue dan bunga dimakam ibunya, anak itu tersenyum ketika membelai batu nisan milik sang ibu hingga akhirnya air matanya jatuh

"Mama..." Rintihnya, sanji menyatukan kedua kakinya dan melingkarkan tangannya hingga akhirnya dia menundukkan kepalanya

"Mama...aku juga mau dipeluk ayah, kenapa ayah tidak pernah memelukku" Ujar sanji, tidak ada jawaban disana hanya ada angin kencang yang menemani tangisannya

Setelah beberapa saat pundak sanji ditepuk oleh seseorang, hal itu membuat sanji menoleh kebelakang.

"Jangan menangis" Ujar y/n kemudian memeluk sanji yang menangis meraung-raung

Sanji terdiam dari raungannya beberapa saat setelah y/n memeluknya, mulut sanji hanya diam namun air matanya terus mengalir, anak sekecil sanji yang mempunyai banyak lebam dibadannya

Y/N terdiam melihat penampilan pria kecil itu ketika dia melepaskan pelukannya, seberat apa hidupnya hingga tangisannya tidak berhenti? Seberat apa masalahnya hingga badannya penuh luka?

Gadis kecil yang tidak lebih besar dari sanji, dia sama dengan sanji, namun y/n mendapatkan kasih sayang dari keluarganya.

Sanji terus menangis, "mama....mama...mama...." Gumamnya dalam tangisan, y/n tidak bisa mengatakan apapun, dia juga hanya seorang anak kecil yang bermaksud menenangkan pria kecil yang sedang bersedih

Y/N mengangkat tangannya dan menggenggam tangan kecil sanji, "lihat aku sudah bersamamu, jadi berhentilah menangis" Kata y/n, sanji terdiam. Anak itu merasakan kehangatan dari sang lawan bicara, tidak ada kebencian dan keinginan untuk menjatuhkannya

"Bagus seperti itu, jangan menangis oke? Lihat aku disini" Kata-kata yang sangat dewasa untuk dikeluarkan dari mulut seorang gadis kecil yg berusia 6 tahun

Sanji bersujud dimakam ibunya, dan y/n mengusap punggung sanji berkali-kali, tidak ada hal lain yang dapat dilakukan y/n kecuali menenangkannya.

Setelah sanji tenang y/n mulai bertanya, "siapa namamu?" Ujarnya, sanji segera membuka suaranya, "Sanji, namaku sanji" Jawabnya.

Y/N tersenyum ketika melihat sanji tenang, setelah dilihat lagi anak kecil itu...manis.

Y/N berdiri dari duduknya, "sanji, mulai sekarang aku temanmu, dan ayo bermain bersama suatu hari nanti, aku y/n. Dahh" Kata y/n sebelum akhirnya pergi meninggalkan sanji

Dan disaat itu senyum sanji mengembang, untuk pertama kalinya sanji tidak mengalami penolakan, untuk pertama kalinya seseorang mau memeluknya, dan untuk pertama kalinya sanji memiliki teman

Disepanjang jalan pulangnya, pria kecil itu menampilkan senyuman di wajahnya, "mama, aku punya teman" Gumamnya.

MAKE A WISH, SANJIWhere stories live. Discover now