BAB 3: Sesuatu

1K 198 138
                                    

Dia yang berdiri tegak sudah terbiasa dengan penolakan, namun tidak terbiasa dengan rasa sakitnya.

-13 years old

Sanji menaruh kue yang dibuat olehnya dimeja, dia memejamkan matanya dan menyatukan kedua tangannya

'Make a wish, sanji' gumam sanji disaat kedua tangannya mulai benar-benar merekat. Sanji berkata 'beri aku sedikit lebih banyak kebahagiaan', pria itu menikmati kue ulang tahunnya dengan senyuman.

Hari ini, tepatnya tanggal 2 Maret, sanji menginjak umurnya yang ke-13. Pria itu masih sama, dia yang tegar, dia yang kuat, dan dia yang rapuh

Sanji memiliki banyak saudara, dan mempunyai seorang ayah, namun tidak satupun dari mereka mengucapkan selamat ulang tahun kepadanya.

Pria dengan alis kriting dan ransel abu-abu  tersebut keluar dari kamarnya, dengan seragam sekolah dia bergegas pergi. Namun panggilan dari ayahnya menghentikan langkahnya

"Sanji" Panggil judge membuat sanji berhenti dan menoleh kearahnya, sanji menelan salivanya, pria itu terlihat takut menghadapi ayahnya

Judge menipiskan jarak antara dia dan putranya, "jangan buat masalah, itu merepotkan" sambung judge kemudian pergi meninggalkan sanji yang membeku ditempatnya.

Sanji memutar langkahnya, dia berlari sekuat tenaga menuju parkiran sepedanya. "Tidak apa-apa sanji, tidak apa-apa" Pria itu menenangkan dirinya dan segera mengayuh sepedanya menuju sekolah.

Anak remaja itu terkadang bertanya kepada mimpinya, sejak kapan ayahnya menjadi terlihat menakutkan dimatanya? Saat dia menolak sanji? Saat dia memukul sanji? Saat dia mengacuhkan sanji? Atau saat dia benar-benar menutup mata tentang keberadaan sanji?

Sanji memarkirkan sepedanya, pria itu turun setelah sepedanya berhenti disalah satu tempat, sanji melangkah menuju ruang kelasnya, namun

Langkah pria itu dipaksa beralih ke UKS. "Sensei, aku disini" Ujar sanji saat memasuki ruangan berbau obat itu, sanji menaruh tasnya disalah satu bankar dan tangannya kemudian beralih pada obat merah dikotak

Sanji dengan tenang mengoleskan obat ke kepalanya, namun wanita paruh baya yang tiba-tiba masuk menghentikan aktivitas nya

"Sanji!! Apalagi kali ini? Dibagian mana? Coba kulihat" Ivankov mengecek badan sanji dengan teliti, dia terdiam ketika punggung sanji biru dan kepalanya berdarah

Ivankov selaku penjaga UKS sering bertemu dengan sanji karena anak itu selalu berkunjung ke ruangan berbankar ini.

"Tidak apa-apa, ini hanya batu" Ujar sanji dengan tenang, dia melanjutkan mengoleskan obat ke lukanya

Wanita paruh baya itu menatapnya, "bagaimana itu bisa baik jika yang dilempar adalah batu" Jawab ivankov kemudian mengambil alih obat ditangan sanji dan dengan tenang mengobatinya

Ruangan itu hanya diisi dengan suara angin, sanji hanya diam ketika ivankov mengoleskan obat, itu tidak sesakit ketika ayahnya mengabaikannya

"Sensei" Nada lirih sanji membuat ivankov menatapnya, wanita itu meletakkan obat ditangannya dan fokus pada anak muridnya

"Hm?" Deheman ivankov dan tatapannya yang fokus kepada wajah sanji membuat pria itu mengalihkan pandangannya

"Tidak ada" Nada bergetar sanji membuat ivankov benar benar memegang kedua tangan muridnya, 13 tahun adalah waktu yang sangat membahagiakan untuk seorang remaja, namun pria 13 tahun ini di dalam kehidupannya malah harus memikirkan cara bertahan hidup

"Tidak apa-apa sanji, kau boleh menangis, tidak apa-apa, apa ayahmu memukulmu lagi? Apakah yonji mengacaukan kamarmu? Apakah ichiji dan niji merusak kue buatanmu? Atau reiju mengabaikanmu lagi? Kenapa? Atau apa?" Jelas ivankov ketika menatap wajah sanji yang terlihat terpuruk

Sanji mengangkat wajahnya, "bukan, hari ini aku berulang tahun, apakah Sensei tidak mau mengucapkannya?" Kali ini ivankov berjongkok dihadapan anak itu, dia menepuk kepala sanji

"Happy birthday sanji..."

Mata sanji berbinar ketika suara ivankov mulai memasuki gendang telinganya, untuk pertama kalinya sanji mendengar ungkapan selamat

Didalam 13 tahun hidupnya sanji akhirnya mendengar kalimat itu dari mulut orang lain, sanji mendapatkan sesuatu yang membahagiakan hari ini

"Hey sanji, aku akan memarahi anak yang melempar batu kearahmu, beri tahu aku siapa itu?!" Ivankov menambah volume suaranya, sanji tertawa

Mata wanita paruh baya itu terpaku ketika melihat anak muridnya akhirnya tertawa, "namanya aku tidak tau, hahaha" Sanji mengatakannya setelah berfikir berberapa saat, hal itu membuat ivankov ikut tersenyum, ya wajar lagipula siapa yang mau mengingat orang jahat dalam hidupnya.

--------

Pelajaran hari ini berlalu begitu saja, tas dipunggung sanji siap dibawa pulang, langkah gembiranya berjalan kearah tempat parkir sepeda, sanji menuntun sepedanya sampai ke luar dari gerbang sekolah

Kaki remaja itu beralih mengayuh pedal agar si roda dua mau berjalan. Semilir angin menerpa wajah sanji yang menyusuri jalanan, rambutnya berterbangan karena sanji melajukan sepedanya sedikit lebih cepat

Sepeda itu berhenti didepan mansion besar, tidak seorangpun tau bahwa sanji adalah anak dari pebisnis sukses, namun sekaya apapun itu juga tidak berguna, sanji tidak dapat menikmatinya

Langkah sanji segera pergi kekamar setelah selesai memarkirkan sepedanya di garasi, lagi-lagi judge berserta kakaknya menghentikannya

"Ayah, sanji berkelahi disekolah tadi" Ungkap niji membuat ayahnya menatap tajam sanji

Judge hanya percaya begitu saja ketika melihat baju sanji yang kotor dan beberapa luka ditubuhnya, sudah jelas itu seperti berkelahi

Judge mendekatkan diri pada putranya, "aku sudah bilang kan...jangan membuat masalah!" Ujar judge, langkah pria tua itu mundur beberapa langkah untuk melihat reaksi putranya

Sanji hanya terdiam.

Remaja itu kini tau kenapa dia mengangap ayahnya menakutkan. Bahkan jika orang lain tidak mempercayainya itu tidak apa, tapi judge adalah ayahnya, dan dia tidak menanyakan pendapat sanji lalu seenaknya mencurigai sanji

Pria remaja itu kini diumur 13 tahunnya menyadari bahwa, 'ayahnya gila'. Ah bukan sanji menyadari bahwa jika dia melakukan kesalahan ayahnya akan memperhatikannya, karena itulah jika sanji memberontak maka ayahnya akan menyayanginya kan?

Setelah judge yang pergi meninggalkan sanji disana, pria itu segera melangkah pergi kekamarnya, "mama, ayah akan menyayangi sanji sebentar lagi, lihat saja" Ungkap sanji saat memegang kalung peninggalan ibunya.

.
.
.

Saya update gegara kesel sama artikel ini, gaada hubungannya sih ah sudahlah lupakan🚮

Saya update gegara kesel sama artikel ini, gaada hubungannya sih ah sudahlah lupakan🚮

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
MAKE A WISH, SANJIWhere stories live. Discover now