BAB 2: Mengemis

1.1K 225 30
                                    

Malam itu dikediaman besar vinsmoke untuk pertama kalinya dokter datang lagi setelah beberapa tahun.

-6 years old-

Sanji membuka matanya, langit-langit yang dia lihat berbeda dari kamarnya, terlihat sangat megah dan elegan, sanji melihat sekelilingnya disana terdapat sosok pria yang sedang sibuk berkutat dengan berkas dimejanya

"Ayah..." Panggil sanji ketika menyadari bahwa pria tersebut adalah ayahnya

Judge menoleh kearah putranya, dia menatap mata sanji yang sayu, wajah yang masih terlihat merah dan kelelahan, langkah judge bergerak mendekat kearah putranya

"Sanji, kemarin kemana kau pergi?!!" Kalimat penuh penekanan keluar dari mulut judge, hal itu membuat sanji memutar wajahnya sehingga judge tidak dapat melihatnya

Pria tua itu merasa kesal ketika putranya malah mengabaikannya, "SANJI!! Aku bertanya padamu, kemana kau pergi!!!?" Ujar judge dengan nada yang meninggi

"Ibu" Sahut sanji singkat, judge menarik paksa sanji hingga membuatnya terduduk, "APA YANG KAU LAKUKAN? BUKANKAH AKU BILANG BERHENTI MENGUNJUNGI IBUMU!" Kali ini suara judge terdengar meninggi dan penuh penekanan

Tubuh lemah sanji memerah karena kerah bajunya yang ditarik begitu keras, nafas sanji terengah-engah karena judge berkali-kali mengoyangkan tubuh kecilnya

"Ayah..." Panggil sanji namun ayahnya tidak berhenti berteriak

"SANJI DENGARKAN!! BERHENTI MENGUNJUNGI MAKAM IBUMU!!" Teriak judge dengan mencengkram pundak sanji begitu kuat

Sanji membelalakkan matanya, sanji tau ayahnya membenci ibunya tapi bukannya mengunjungi makam ibunya bukanlah kesalahan?

"AYAH!" kali ini sanji yang berteriak karena ayahnya tidak segera tenang, judge yang mendengarkan suara anaknya menjadi tinggi melepaskan cengkeramannya

Sanji mengatur nafasnya, tubuhnya yang terasa panas ah bukan hati sanji juga terasa sangat panas, "Ayah...berhenti mengabaikanku ya? tolong berhenti menganggapku tidak ada, jika tidak jangan melarangku menemui ibu" suara sanji merendah hingga bahkan judge harus benar-benar memasang telinganya untuk mendengar kalimat putranya itu

Dokter masuk di tengah suasana yang menegangkan, beliau bermaksud mengganti infus sanji, namun malah mendapatkan moment yang tidak menyenangkan

"Maaf saya akan kembali nanti" Dokter itu mengundurkan diri ketika melihat judge menatapnya dingin, beliau sempat melirik sebentar kearah pasiennya, anak malang yang lemas diatas tempat tidur, dari yg dilihat olehnya anak itu bisa tumbang lagi jika dibiarkan

Sanji memegang lengan judge, dia menghentikan langkah ayahnya, matanya berkaca-kaca, wajahnya menunduk dan kakinya bergetar karena tak kuasa menopang badannya

Pria tua dengan kacamata tersebut berbalik kearah putranya, "Ayah, peluk aku" Nada bergetar sanji membuat judge membungkukkan badannya

Mata sanji berbinar ketika tangan ayahnya terbuka bersiap untuk memeluknya, namun lagi lagi cahaya indah dimatanya ditutup genangan air mata, judge tidak memeluknya dia berbalik meninggalkan putra kecilnya yang terduduk dikarpet kamarnya.

Judge meremas tangannya, dia melakukannya lagi, 'sora, kenapa kau masih menyiksaku padahal bayanganmu bahkan tidak tertinggal dihatiku' gumam judge sebelum akhirnya keluar dari ruangannya

MAKE A WISH, SANJITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang