BAB 7: Dr. Kureha

520 93 23
                                    

"Aku akan membencimu jika kau berfikir untuk melompat dari jendela itu sanji"

Sanji itu bodoh.

-17 years old-

Pelukan yang mengarah padanya membuat sanji diam, pria itu tetap menatap jendela tanpa mengatakan apapun. Wanita yang dengan tegarnya memeluknya itu terus menerus menepuk punggungnya, perlahan-lahan hingga sanji tenang

Hati wanita itu mengutuk satu persatu keluarga sanji, mereka gila, sangat gila. Mental sanji tak lagi sama, sanji tidak setegar itu untuk menahan semuanya selamanya

Nada rendah yang keluar dari mulut gadis dihadapannya, kata yang membuatnya berangsur-angsur tenang. Sanji menatap wajah y/n yang sibuk membersihkan luka ditangannya

"Apa itu sakit?" Tanya gadis itu, pria dihadapannya tersebut tidak berniat memberi jawaban

"Menangis saja sanji, jangan seperti ini, lebih baik jika kau menangis ya?" Sambungnya, tatapan pria itu kosong, wajahnya yang tanpa ekspresi membuat gadisnya mengkhawatirkan keadaan mental kekasihnya itu

Pintu kamar itu terbuka menampakkan seorang wanita dengan rambut pink dan gaun merahnya, mata y/n tertuju padanya membuat reiju yang baru masuk merasa tertekan dengan tatapan penuh kekesalan itu

Mata reiju beralih pada adik laki-lakinya tersebut, melihat sanji yang bahkan tidak menatapnya ketika memasuki ruangan membuat reiju merasa bersalah

Tatapan yang penuh kekosongan terlihat jelas dimatanya, perlahan reiju mendekat menepuk punggung gadis yang duduk disebelah sanji dengan wajah masam

Mata y/n menatap reiju, "aku harus bagaimana?" Ujar y/n, melihat kekasihnya yang bahkan tidak memberikan reaksi apapun terhadapnya membuatnya cukup terluka

Reiju memeluk gadis dihadapannya, "tidak apa-apa, tidak terjadi apa-apa, maafkan aku" ungkapnya sembari menepuk pelan punggung gadis tersebut

Sanji tetap sama bahkan ketika melihat wanitanya menangis, tatapan sanji seolah hanya mengikuti gerak gerik gadis itu, tapi wajahnya tetap tanpa ekspresi

Cukup lama waktu berlalu hingga akhirnya reiju memutuskan untuk pulang, wanita dengan gaun merah tersebut berkata bahwa dia masih memiliki beberapa pekerjaan hingga akhirnya kembali pergi dan menitipkan sanji pada y/n saat itu

Y/N membuka ponselnya dan menekan nomor telepon ayahnya, gadis itu berkata, "Ayah mungkin aku tidak akan pulang hari ini, dia terlihat seolah tidak bisa bertahan lagi, aku harus bagaimana?", Jawaban dari sang ayah menandakan dirinya boleh tidur disana, zeff menjawabnya dengan cukup menenangkan.

Kondisi sanji semakin menurun, awalnya itu baik-baik saja tapi setelah beberapa hari pria itu semakin melemah, dokter berkata bahwa mental pasien juga menjadi pendorong atas kesehatannya

Sanji yang selalu duduk diatas kasur dengan warna dominant putih dan ditemani selang infus disampingnya, pria itu hanya duduk dan memandang keluar jendela, tatapannya tidak berubah semenjak kemarin

Tetap dengan mata kosong dan wajah tanpa ekspresi, pria itu bahkan sudah dipertemukan dengan psikolog, namun tidak ada perubahan, mereka mengatakan semangat hidup sanji sangat tipis

Y/N mencoba mengajaknya berbicara setiap hari, entah tentang hal tidak berguna sekalipun gadis itu mencoba tetap mengajaknya mengobrol, setidaknya agar sanji memberi reaksi

Minggu pertama y/n datang dia membicarakan pohon beringin yang ada di pemakaman, minggu kedua dia berbicara tentang pot bunga didepan restoran, minggu ketiga gadis itu membawa baju untuk sanji, menceritakan betapa cocoknya sanji jika mengenakannya

MAKE A WISH, SANJITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang