My Secrets

502 82 3
                                    

Helaan napas sendari tadi sudah jisung hembuskan berkali kali, mengingat bagaimana chenle dengan tidak tahu diri menertawakan nya karena harus berurusan dengan tetangga yang terbilang galak?.

Flashback?, Oke.

"Chenle kau harus mengembalikannya, jika tidak aku akan di semprot oleh nya" ucap jisung memohon.

"Kau saja sana, mendengarnya saja aku sudah takut, apalagi melakukannya" bantah chenle.

"Ini kan salah mu, mengapa jadi aku yang harus berkorban seperti ini"

"Ini salah mu karena tidak mau mengakui bahwa kau sebenarnya takut padaku, jika kau mengakuinya, aku pasti tidak akan melakukan itu juga"

Ntah lah kali ini sudah berapa kali jisung menghela napasnya, chenle memang sungguh merepotkan.

"Masih menjadi temannya saja aku sudah sefrustasi ini, bagaimana jika nantinya dia menjadi kekasihku? Apa dia akan menjadikanku babu nya? Atau pembantunya? Arghh mengapa aku menyukai orang yang berspesies langkah seperti ini"- oceh Jisung dalam hati.

"Sana kembali kan, jangan menatapku seperti itu" ucap chenle yang merasa di tatap sinis oleh pria jakung yang sedang bercak pinggang di dekat meja belajar itu.

Dengan rasa terpaksa, jisung pun melangkahkan kaki nya berniat untuk mengembalikan kain itu pada sang pemilik, hanya saja jisung tidak mau di tubuh sebagai maling jemuran ketika sang empunya tahu bahwa kain nya ada bersama dengan jisung.

"Nah bagus.... Aku akan memantau dari balkon" ucap chenle ketika melihat pergerakan jisung, dengan cepat ia langsung berlari ke balkon dan mengintip ke bawah, tepat ke arah rumah sang tetangga jisung.


Tok.... tok..... tok....

"Permisi bibi sin"

"Permisi"

Ceklek.

Pintu penghalang pun terbuka, menampakan wajah wanita paru baya yang nampak sangat sangar, di tambah lagi dengan dua salonpas koyo yang bertengger di pelipis kiri dan kanannya.

"Maaf bib-"

"Ada apa!!" Potong si bibi.

"Jadi begini, tadi...."

"Gunakan mulut mu sesuai fungsinya jisung, dengan membuang waktuku untuk hal tidak berguna seperti ini, menganggu orang saja" oceh bibi sin.

Chenle yang melihat dari atas balkon pun hanya bisa menahan tawa agar tidak ketahuan oleh tetangga jisung, jika tidak ia yang akan di telan hidup hidup oleh tetangga itu.

"Tadi teman ku meminjam kain bibi yang ada di jemuran" ucapnya sambil menunjukkan kain putih yang sudah ia bersihkan sebelumnya, mengingat bahwa chenle menuangkan saus tomat di sana, agar terlihat seperti darah.

"Teman? Kau punya teman?" Tanya bibi sin.

"Iya bi, dia pikir jemuran itu punyaku, ternyata dia salah mengambil jemurannya" eles jisung, takut jika bibi sin tahu yang sebenarnya.

"Teman mu lancang sekali" ucap bibi sin, dan itu mampu membuat jisung menelan salivanya, sungguh bibi sin ini sangat savege rupanya.

"Aku minta maaf atas perbuatan tidak sopan yang ia lakukan, sebagai gantinya bibi bisa menyuruh ku sesuka hati bibi, asal jangan..." Jedanya.

"Jangan apa?" Tanya bibi sin.

"Jangan memukul ku, ku mohonn bibiiiii......, Pukulan mu sangat menyakitkan..... Kau dulu pernah memukul ku karena aku tidak sengaja memecahkan pot bunga mu, dann itu sangat menyakitkan... Ku mohon jangan memukul untuk keduanya kalinya, cukup itu yang pertama dan juga yang terakhir..." Ucap jisung sambil menyatukan telapak tangannya, membuat pose memohon pada sang bibi agar mengampuni nya.

My secrets. (chenji/chensung)-!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang