My Secrets

500 90 7
                                    


Jisung baru saja menutup pintu rumahnya setelah chenle sudah pulang, sungguh ia tidak menyangka akan apa yang di lakukan pujaannya itu selama ini.

Ia berpikir bahwa Chenle tersenyum setiap saat karena chenle hanya ingin mendapatkan banyak sorotan dan teman maupun guru, nyatanya itu di luar dugaannya, keyakinannya pun semakin besar untuk menuntun chenle agar kembali pada jati dirinya lagi, dimana chenle bisa hidup layaknya sifat dan karakter yang di berikan tuhan, bukan hidup di balik kepura-puraan yang justru membuat dirinya sendiri hancur dan yang tersisa hanyalah karakter buruknya.

Dretttt dretttt

Suara ponsel yang bergetar membuat jisung sadar lagi lamunannya.

Terlihat nama 'ibu' disana, membuat jisung menghela napas dan terpaksa untuk menjawab panggilan itu.

"Ada apa?!" Tanyanya.

"Mau sampai kapan jisung?"

"Sampai kalian bersikap adil"

"Apakah kau masih menganggap bahwa kami membanding bandingi mu dengan kakak dan adikmu?"

"Aku bukan menganggap nya, hanya saja memang begitu kenyataannya"

"Pulang lah nak"

"Tidak akan"

"Ibu merindukan mu"

"Aku juga merindukan ibu"

"Maka dari itu pulanglah"

"Ya aku memang merindukan ibu, tetapi aku tidak akan pulang"

"Mereka juga merindukan mu, mengerti lah jisung"

"Ibu benar, mereka merindukan ku, mereka rindu menindas ku, mereka juga rindu meremehkan ku, mereka rindu mengerjai ku setiap hari, bukankah begitu ibu?"

"......."

Ibu jisung terdiam di sebrang sana, ia tidak tahu harus berkata apa pun lagi sekarang, ia merindukan putranya namun ia juga tidak tega melihat jisung yang selalu di permainkan oleh saudaranya sendiri, membela jisung sudah selalu ia lakukan, namun tetap saja ia harus adil pada tiga anaknya itu, ia harus mengerti dengan keadaan hati para putra nya itu, namun mengerti akan keadaan jisung seperti nya sedikit sulit, apalagi ketika mengetahui bahwa mental jisung sudah terganggu sejak ia berusia 10 tahun, dan yang menimbulkan gangguan mental itu adalah keluarganya sendiri, itu membuat sang ibu putus asa, namun ia tak bisa berbuat apapun kecuali membiarkan Jisung melakukan apa yang ia mau.

"Apakah ibu masih di sana?"

"Ya ibu masih di sini, di sini. Ibu akan di sini sampai kau pulang nak"

"Sudahlah jangan pikirkan aku, aku hanyalah anak pembawa sial, itu kan yang di katakan ayah, ayah tidak menginginkan ku ibu, jadi berhentilah memaksaku untuk pulang, aku sudah terlalu nyaman di sini, aku bebas melakukan apa yang ku mau, aku tidak di tindas, hanya saja aku tidak mempunyai teman, dan itu bukan suatu masalah bagiku, sejak perginya aku dari neraka itu bukankah perusahaan ayah semakin memperoleh banyak keuntungan, aku mendengarnya dari paman Sehun, dan yang di katakan ayah memang benar, aku hanya lah anak yang tidak di inginkan"

"Maafkan ibu nak...hiks"

"Sudahlah ibu, mengapa ibu harus menangis, kakek membiayai semuanya, jadi ibu tidak perlu khawatir, jaga anak kesayangan ibu itu dengan baik, jangan biarkan dia bersikap seenaknya kepada orang lain, cukup padaku saja" ucap jisung lalu memutuskan sambungan telepon.

Kini ia menghela nafasnya lagi, sungguh ini melelahkan dan ini tentu sangat menyiksanya, namun ia bisa apa? Hanya bisa diam dan meratapi nasibnya, itu lah yang bisa ia lakukan untuk saat ini.

My secrets. (chenji/chensung)-!!Where stories live. Discover now