Summer Camp : Uji Nyali

322 54 18
                                    

Setelah semua anak masuk ke jalan setapak itu. Naomi sensei dan para kakak menuju garis finish melalui jalan pintas yang tentu saja sangat berbeda dengan jalan anak-anak.

"Nggak apa-apa nih kita biarin mereka jalan sendiri ?" Tanya Ria.

"Aku taruh kamera pengawas kok," Ucap Naomi sensei.

Hebatnya jalan pintas itu hanya butuh 5 menit untuk sampai. Sementara jalan setapak itu paling tidak butuh waktu 30-45 menit kalau hafal jalannya.

Kayaknya Naomi sensei memang lagi ingin menyiksa anak-anak. Lagipula nggak semuanya akan kesulitan. Mungkin kalau ada yang sadar, pembagian kelompok tadi terkesan kurang adil.

Setelah sampai, Naomi sensei membuka laptopnya untuk mengawasi anak-anak. Di gari finish itu ada pos, jadi bisa duduk dan santai.

"Ngomong-ngomong aku bawa cemilan buat nemenin nonton anak-anak," Ucap Naomi sensei sambil menunjukkan totebag yang ia bawa.

Ok sekarang mari sorot anak-anaknya.

---

"Hokke, centelnya kulang telang," Ucap Subaru sambil menepuk nepuk senter yang ia pegang.

"Cepeltinya habis batelai," Ucap Hokuto yang gantian menepuk-nepuk senternya.

"Bagaimana ini, kita balu jalan cebental," Makoto mulai khawatir.

Paling tidak baru 7 menit sejak mereka masuk ke jalan setapak. Jalan di depan sana pasti masih panjang. Masa senternya udah habis baterai aja.

"Mou~ hokke ndak bawa batelai cadangan?" Tanya Subaru.

"Ada di tas,"

"Centel cuma catu dan ndak ada batelai cadangan, jalan juga gelap," Ucap Makoto cemas.

"Cekalang gimana?"

"Ayo cali kayu!" Ucap Hokuto.

"Untuk apa?" Tanya Makoto.

"Aku pelnah baca tentang cala buat obol pakai kayu,"

"..."

"Hokke, cejak kapan kamu belajal peltahanan hidup?" Tanya Subaru.

Tolong ya, apa hubungannya dengan pelajaran pertahanan hidup. Toh, kalau mereka bertiga cuma diam disana juga masih bisa ditemukan oleh Naomi sensei.

Ya sudahlah

"Amagi membelitahuku,"

"Amagi yang mana?"

"Yang kecil,"

Ok lupakan, mari sorot yang lain.

---

"Chou uzai, belhenti memeluk tanganku,"

Kaoru, Chiaki, dan Izumi berjalan lebih dulu dari yang lain. Tentu saja di depan mereka tidak akan di temukan siapapun.

Kecuali kalau ada yang datang tiba-tiba sih.

Chiaki yang paling takut dengan sesuatu yang "ghaib" ini sejak awal masuk terus saja memegang tangan Izumi. Bahkan sebelumnya ia sempat meminta mundur.

"Calinya kemana nih?" Tanya Kaoru yang sedang mengarahkan senter ke beberapa arah.

"Belum ada penunjuk jalan kan?" Tanya Izumi.

"Belum,"

Kaoru terus mengarahkan senter itu ke beberapa arah, mungkin saja bisa menemukan sesuatu yang menjadi petunjuk atau lainnya.

Tapi yang kena sorot malah..

"GYAAAAAAA!!"

"Astaghfirullah apa ini?!"

"CHOU UZAI! MOLICAWA BELAT!"

Ya Kaoru tadi tiba-tiba menyoror sebuah rambut panjang yang menggelantung di atas pepohonan. Mana rambutnya berayun pelan, padahal nggak ada angin yang bertiup.

Kaoru teriak, Chiaki lompat ke tubuh Izumi dan bergelantungan di sana. Izumi yang belum paham kenapa mereka teriak cuma bisa kesal.

"Kenapa cih?"

"Itu dica-"

"Ha.... Ka.... Ze..."

Belum selesai ngomong sudah ada yang berbisik. Kaoru yang dengar seketika merinding dan langsung balik arah. Tapi yang ada malah menabrak 2 temannya itu

GUBRAK

Sudahlah

---

"Cepeltinya tadi ada teliakan," Ucap Hiiro yang kini tangannya tengah di genggam oleh 2 anggota kelompoknya itu.

"A-anoo Hiilo-kun, jalannya cepat dikit bial cepat campai," Ucap Aira.

"Tapi nanti ndak bica ketemu ama liontin dan plakatnya," Ucap Hiiro.

"Uuu... I-ini.. Macih ja.. Jauh?" Tanya Mayoi.

"Ndak tahu,"

Mereka bertiga jalannya lumayan pelan. Pertama karena Hiiro yang sedang digantungi 2 orang. Kedua pada dasarnya jalan Aira dan Mayoi lambat karena gemetaran.

Sebagai anak desa, lihat yang seperti ini sudah biasa bagi Hiiro. Makanya dia tidak begitu takut. Malah ia merasa sangat penasaran dengan jalan setapak ini.

Mayoi yang sering dikira seram karena wajahnya, justru yang paling takut. Antara karena masih kecil, atau mungkin memang karena karakternya yang pemalu.

Memang apa hubungannya?

Tiba-tiba langkah Hiiro terhenti. Mengundang tanya pada Mayoi dan Aira.

"Hi-Hiilo-kun kenapa belhenti ?"

"Sstt, cepeltinya ada yang datang," Ucap Hiiro dengan suara yang pelan.

Gara-gara omongan Hiiro, Mayoi dan Aira semakin mengeratkan genggaman mereka pada lengan Hiiro. Khawatirnya ada yang aneh-aneh lewat.

PAT

"HIYAAAAA !"

"GYAAAAA!"

"?!"

"WHOAA!"

"CIAPA?!"

"I-ini.. Aku.."

Senter yang dipegang Hiiro kini mengarah ke 3 orang yang berdiri di belakang mereka. Wajahnya sama seperti keadaan kelompok Hiiro, sama-sama kaget. Bedanya, ini Mayoi udah pingsan duluan saking kagetnya.

"Tatcumi-cenpai?"

Ya, yang datang adalah kelompoknya Tatsumi. Tentu saja ada HiMERU dan Kohaku yang bersamanya.

"Maaf mengagetkan kalian," Ucap Tatsumi dengan seulas senyum khasnya.

"Hi-Hiilo-kun, Ma-Mayo-can pingcan," Ucap Aira.

"Eh?!"

---

"Kayaknya aku tahu kelakuannya siapa," Ucap Naomi sensei saat melihat adegan kelompok Chiaki.

"Tapi mereka cepet banget bisa sampai barisan depan," Ucap Rin yang juga paham siapa yang gangguin kelompok Chiaki.

"Kayak nggak tau aja," Ucap Sakuya.

"Iya juga sih,"

---

Part 2 atau nggak nih?

𝐓𝐊 𝐄𝐧𝐒𝐭𝐚𝐫𝐬Donde viven las historias. Descúbrelo ahora