NON ACTIVE; SEQUEL ❌

887 95 12
                                    

words : 4428, sorry for the wrong type in the story 

Dengan begitu berat hati dan penuh rasa penyesalan, Seung Hyon mengabari kematian Asahi kepada orang tua kandungnya. Seung Hyon meminta karyawannya untuk membuat acara pemakaman kecil unttuk mengenang pasien pertama yang sangat dia sayangi. Namun ketika para tamu mulai datang dengan bunga dan pakaian hitam untuk berkabung, Seung Hyon tak terlihat menampakkan batang hidungnya.

----------


"Ini." Mashiho memberikan sebuah buku dan juga flashdisk kepada Seung Hyon, "Aku tak punya niat untuk menjelekkan putramu, tapi aku ingin dokter tahu semuanya."

Seung Hyon menatap buku dan flashdisk itu, terdapat inisial 'A' dan juga stiker robot disana. Tanpa bertanyapun, Seung Hyon tahu milik siapa barang - barang itu. Mashiho dengan setia berdiri di hadapan dokter itu yang sibuk membuka setiap halaman buku tebal itu.

Buku itu penuh coretan ide yang selalu dipikirkan Asahi untuk menolong Jaehyuk, mulai sejak SMP hingga kuliah, tak terkecuali dengan keterlibatan Jaehyuk yang sempat memakai narkotika. Juga terdapat beberapa selipan catatan harian pribadi yang sangat singkat. Entah itu kalimat yang menyuruhnya untuk bertahan ataupun kalimat penuh perasaan negatif.

Membaca hampir keseluruhannya, Seung Hyon merasa bersalah dan menyesal karena mempercayai sisi luar putranya. Jaehyuk tak pernah tampak murung barang sedikitpun meski penampilannya selalu berantakan. Tampaknya, membiarkan Jaehyuk memiliki Asahi sebagai keluarganya tak membantu menyembuhkan luka jiwa dan mentalnya, dan berakhir Asahi ikut merasakan sakitnya.

Ingin rasanya Seung Hyon mengeluarkan tangisnya, namun dia mencoba menahannya lantaran merasa tak pantas untuk menangis atas semua kelalaiannya.

"Apa kau akan ke pemakaman?" Tanya Seung Hyon.

"Kami (Haruto, Yoshi, Mashiho) semua akan datang," Jawab Mashiho, "Kami juga akan menghadiri pemakaman di Jepang, saya harap dokter mengizinkan."

"Pergilah." Seung Hyon tersenyum ketir, "Aku sudah tak pantas untuk mengatur pasien - pasienku, bagi ku kalian semua adalah anak asuhku."




"Kenapa kalian tak membiarkan aku masuk?!"

Jaehyuk terus saja mencoba untuk memasuki ruangan, namun dua pria bertubuh besar terus menahannya dan mengatakan jika dia tak diizinkan masuk. Haruto yang sudah berada di dalampun mendengar suara Jaehyuk, dirinya pun menghampirinya dengan kepalan tangan yang berusaha ia tahan. Tanpa aba - aba apapun, Haruto berdiri di belakang dua pria itu dan menahan kedua bahu mereka. Kedua pria itu menoleh dan memberi jarak, membiarkan Jaehyuk dan Haruto berhadapan.

Namun, tampaknya Haruto masih terlalu muda dan labil hingga tak dapat menahan amarahnya dengan baik. Haruto menendang perut Jaehyuk hingga terpental ke belakang dan terduduk kesakitan.

"Apa yang kau-"

"Kau pikir Asahi mau melihatmu di pemakamannya setelah semua yang kau lakukan?"

Hal itu membuat Jaehyuk bungkam untuk sesaat, namun bagaimanapun Jaehyuk masih ingin masuk ke ruang pemakaman itu untuk berkabung. "Ku bilang aku sungguh menyesal! Kenapa kalian tak membiarkanku masuk?!"

"Aku yang tak mengizinkanmu untuk masuk."

Semua menatap ke sumber suara itu kecuali Jaehyuk, tubuhnya seketika membeku kala mendengar suara yang sangat ia kenal. Dengan kaku Jaehyuk memutar tubuhnya, menatap Ayahnya dengan tatapan kaget, ketakutan dan ketidak percayaan.

JUST A RANDOM STORY ; [Jaesahi]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora