𝟏𝟎 → 𝐓𝐄𝐑𝐔𝐒𝐇𝐈𝐌𝐀, 𝐒𝐈 𝐏𝐈𝐍𝐓𝐀𝐑

11.6K 1.5K 960
                                    

Your POV (Y/N)

"Pagi," sapa gue dengan suara mengantuk pada mama, ayah, dan abang.


"Pagi y/n, lo kok lemes banget sih gak kayak biasanya? Lo tidur malem?" tanya abang gue dengan nada khawatir.


" Ho'oh, handphone gue ting tung ting tung mulu semaleman, tapi akhirnya gua silent kok," jawab gue kemudian mengambil sepotong roti dan mengoleskan selai cokelat dan menaburkan kacang diatasnya. Kenapa roti enak banget sihh.


Seperti mayoritas keluarga di pagi hari, gue dan keluarga kecil gue bercakapan ringan sambil menyantap sarapan. Ayah semalem lembur sedangkan abang juga pulang malem. Jadi mereka baru sempet nanyain apa-apa terkait sekolah gua pagi ini.

Tentang anak-anak Mandalajati yang main ke rumah tadi malem pun, gue dan mama gak cerita karena ayah itu posesif, apalagi abang. Gila aja kalo misalnya gue langsung cerita hari pertama sekolah langsung bawa pulang 7 cowok, eh 8 deng ama Osamu.


Setelah selesai sarapan, gue akhirnya berangkat sekolah bareng ayah, sedangkan abang lebih milih buat naik motor ke sekolahnya karena ada urusan.


20 menit berlalu. Gue dan ayah sudah berada di depan gerbang sekolah KYUHAI. Gue pun salim ke ayah dan turun dari mobil, menyumbat telinga gue dengan earphone dan berjalan menyusuri lorong menuju kelas XI IPS 2.


Sesampainya disana, kelas masih gelap, ternyata gue adalah orang pertama yang sampai di kelas. Karena itu, gue pun menaruh tas gue di tempat duduk dan melirik kearah jam yang menggantung di tembok.


Jam masih menunjukkan pukul 6 yang berarti gue masih punya waktu setengah jam-an buat jalan-jalan sebelum akhirnya tanda bel masuk ke kelas berbunyi. Sekolah masih terlihat sepi, jadi menurut gue masih aman buat jalan-jalan di sekolah sendirian tanpa ada anak macem bimoli yang mengganggu.


Gue kembali berjalan menyusuri lorong untuk mengetahui letak ruangan-ruangan yang berada di sekolah ini, lebih tepatnya lagi agar gue gak perlu repot-repot nanya ke orang disaat darurat akan letak suatu ruangan, apalagi kalau ketemunya orang macem Tsukishima kemaren.


Ditengah perjalanan, mata gue tertuju pada satu ruangan yang sudah cukup terang. Pas gue baca, ternyata itu adalah ruang perpustakaan. Gue akhirnya memutuskan untuk mengintip terlebih dahulu, memastikan siapa saja yang berada didalam. Gue cermati satu persatu dan kelihatannya orang-orang yang berada di dalam perpustakaan terlihat seperti anak-anak ambis yang selalu belajar sebelum jam masuk sekolah.


Gue akhirnya melepas sepatu dan masuk kedalam. Sebenarnya, gue bukan tipe orang yang suka sama hal-hal yang berbau pelajaran, bahkan gue sendiri bingung sama orang-orang yang belajar sebelum sekolah. 8 jam kita habiskan duduk membatu mendengarkan ceramah pelajaran dan masih ada orang yang belajar di luar jam itu? Gue salut sih tapi kalo disuruh jadi mereka, no.


Gue berjalan melewati rak-rak buku sampai akhirnya mata gue tertuju pada satu novel yang berada di rak yang berada agak tinggi. 'Bulan' karya Tere Liye. Gue udah baca seri pertama yang berjudul 'Bumi' dan novel itu bener-bener seru! Setiap kali gue mau nyari seri berikutnya, stoknya selalu saja habis.


Gue pun berusaha untuk meraih novel tersebut dengan berjinjit, namun dengan tinggi gue yang segini, tentu saja gue kesusahan buat mengambilnya.


"Lo mau ngambil yang Bulan? Sini gua bantu," ucap seseorang dari belakang gue.


Tiba-tiba sebuah tangan menjulur dari belakang gue dan meraih novel yang ingin gue baca.


GENG MANDALAJATIOnde histórias criam vida. Descubra agora