𝟓𝟎→𝐓𝐄𝐋𝐀𝐓??

2.4K 328 188
                                    

Author's POV

"Pagi bang," ucap y/n dengan mata yang masih belum terbuka sepenuhnya walaupun sudah mandi dan keramas.

Shin hanya tersenyum kemudian menyambut adiknya yang manis itu. Y/n duduk dihadapan abangnya kemudian mengambil selembar roti dengan selai stroberi. Ia kemudian mengoleskannya secara merata menggunakan pisau selai sebelum memakannya dengan lahap.

Melihat adiknya yang begitu lemas di hari Senin ini, Shin pun bertanya, "Lo kenapa lemes banget dah hari ini? Begadang ya?" tanyanya.

Terdapat sedikit jeda sebelum akhirnya dibalas oleh y/n. "Hmm.. iyaa bangg," jawabnya sambil mengunyah. Y/n menelan roti yang sudah ia kunyah terlebih dahulu sebelum akhirnya menjelaskan ucapannya. "Semalem gue war toko biru ada promo 8.8 buat beli roti susu yang lagi viral yang harganya jadi cuman goceng, tapi sialnya si Oikawa itu make bot makanya dia yang dapet."

Shin pun tertawa mendengar adiknya yang menggurutu kesal itu. "Yaudahh.. Lagian lo kenapa ga pake bot jugaa nanya ke gua atau ke siapa kekk," tegur Shin pada adiknya.

Y/n langsung membuat muka melasnya. "Yaaa kan gua gatauu..."

Shin tertawa dan menghabiskan segelas susunya sebelum akhirnya beranjak dari kursi.

"Loh bang, cepet banget?" Tanya Y/n masih mengunyah potongan roti ke-18nya, masih ada 2 lagi yang harus ia makan.

Shin melihat jamnya sebelum menjawab pertanyaan adiknya. "Udah jam 7.45 lohh, gua ada urusan OSIS jam setengah 9 nanti makanya gak boleh telat" ucap Shin.

Y/n langsung membelalakan matanya dan melihat kearah jam dinding yang menempel tepat diatasnya untuk memastikan apakah ucapan abangnya benar atau tidak. Dan tentu saja, tidak mungkin seorang Shin berbohong.

"ASTAGA GUA TELAT, HARI INI UPACARA DIMULAI JAM 8" Teriak y/n yang kemudian segera beranjak dari kursinya dan mengambil tas ransel miliknya.

"Bangg tolong gua bangg.. Gua gamauu telatt.." pinta y/n pada abangnya.

"Gapapa nih gua ngebut?" tanya Shin memastikan.

"Iya bang, asli, kali ini gapapa asal jangan sampe gua telat pliss. Gua bisa dibakar idup-idup ama Om Andri.. maksudnya pak Andri," jelas y/n.

"Oke kalo lo bolehin gua ngebut, kuy naik."

Y/n akhirnya segera melompat ke tempat duduk penumpang dan melempar tas ranselnya ke jok bagian belakang. Mobil jeep milik Shin pun melaju membelah padatnya kota Jakarta.

Sepuluh menit telah berlaku, dan berkat dari setiran maut Shin, sekitar 400 meter lagi mereka akan sampai di sekolah y/n. Namun sayangnya, jalanan begitu padat dan mobil Shin sama sekali tidak bergerak sedangkan waktu hanya menyisakan lima menit lagi sebelum gerbang ditutup.

"Duhh, kok macetnya ga jalan-jalan siiiihhhh..." Y/n menggerutu sambil menggigit kuku jari telunjuknya yang mulai panjang.

Melihat perilaku adiknya, Shin pun menepis tangan kanan adiknya agar y/n tak lagi menggigiti kukunya yang tidak steril itu.

"Kayaknya di depan ada kecelakaan dehh, makanya ampe ditutup gituu jalannya," jelas Shin masih tenang. "Emang lo kenapa sih gamau telat? Padahal perasaan sebelumnya lo gak pernah telat dehh, telat sekali mah gapapa y/n," ucap Shin yang berusaha untuk menenangkan adiknya.

"Haduuhh, gabisaa bangg. Masalahnya satpam yang hari ini jaga tuh Om Andriii. Gua kapan hari kalah taruhan kann, terus katanya kalo gue ketangkep telat ama Om Andri harus bikin tiktok ciro ciro bareng dia masaa," jelas y/n sambil mengerutkan keningnya.

"Tiktok ciro ciro kan gampangg, sisa ginii sambil melet kesamping," ucap Shin dengan tangannya yang mengepal kecuali jari kelingking dan jempolnya sambil melakukan dc ciro ciro.

"Ihh, alay tauu bangg, gua kan cewek kull, ogah ahh," ucap y/n.

"Yaa terus mau gimana lagiii, orang macet kayak giniii," balas Shin.

Y/n terdiam untuk berpikir sebentar sebelum akhirnya ia memutuskan untuk turun dari mobil dan berlari ke sekolah karena jaraknya yang sudah tidak terlalu jauh itu. Awalnya Shin ingin menghentikannya namun y/n bersikeras untuk turun sehingga akhirnya Shin pun mengiyakan idenya.

Y/n akhirnya berlari menelusuri jalan raya. 400 meter bukanlah jarak yang dekat dan tidak pula terlalu jauh, namun y/n yang hampir tidak pernah berolahraga itu menganggap 400 meter merupakan jarak yang sangatlah jauh. Matahari yang terik juga membuat y/n yang mudah merasa lelah menjadi jauh lebih lelah lagi. Energi dari 18 roti yang ia makan di pagi hari bahkan sudah tidak memiliki efek lagi.

Tinn.. tinn...

Terdengar suara klakson cempreng dari belakang y/n. Ia akhirnya menengok ke belakang dan mendapati Tooru dengan vespa metic ngejrengnya yang tidak terpengaruh oleh macetnya jalan di Jakarta.

"Kiw, cewek, kayaknya hari ini jadi ciro ciro ama om Andri deh?" ucap Tooru sambil menaik-turunkan alisnya seakan sambil menggodanya.

Y/n yang sudah kesal karena kalah war semalem dan kecapekan itu tentu menjadi kesal dan mengacuhkan Tooru.

"Apaansih, lo kalo mau ledekin gua mending pergi ajadeh!" Pinta y/n dengan ketus. "Gua kesel banget sama lo tauu."

Oikawa tertawa. "Jadi lo lebih milih ciro ciro daripada gua bonceng?"

Y/n yang tidak dapat berpikir jernih karena gengsinya yang setinggi gedung Twin Tower itu akhirnya menjawab "MENDING CIRO CIRO DARIPADA DI BONCENG KADAL KAYAK LO"

Oikawa pun tertawa, dan sebagai teman yang baik, akhirnya ia benar-benar meninggalkan y/n sendirian disana dan menyelamatkan diri terlebih dahulu.

"Okedee kalau itu yang lo mauu, gua tungguuu challenge nyaa wkak," ucap Oikawa sebelum meninggalkannya.

Baru beberapa detik Oikawa meninggalkannya, y/n sudah menyesali ucapannya karena menolak tawarannya. Namun mau bagaimana lagi, y/n akhirnya menguatkan tekad dan berusaha untuk berlari sekuat tenaga menuju ke sekolah.

Beberapa menit berlalu, dan kini y/n sudah dapat melihat gerbang sekolahnya yang besar dari kejauhan. Walaupun sudah tertutup setengah, y/n masih memiliki harapan sehingga ia pun terus berlari mendekati pintu gerbang itu.

Ketika sudah mendekati pintu, y/n dapat melihat murid-murid berusaha untuk lolos masuk kedalam gerbang sekolah. Dan dari kejauhan, y/n dapat melihat Om Andri yang sudah mencari mangsa.

Y/n pun mempercepat langkah kakinya dan tepat didepan gerbang, ia melihat Oikawa yang sedang bercakapan dengan Om Andri sambil mengikat tali sepatunya yang lepas. Namun anehnya, y/n tidak melihat motor milik Oikawa di dekat sana.

Berdasarkan raut wajahnya, seperti Oikawa sedang melakukan atau mengatakan hal yang membuat Om Andri tertawa sekaligus kesal. Namun karena y/n sedang di ambang kematian, ia pun tidak begitu peduli dan langsung masuk kedalam gerbang.

Tepat ketika y/n masuk, Oikawa juga ikut selesai mengikat tali sepatunya dan mengikutinya dari belakang. Gerbang pun akhirnya tertutup dan murid-murid yang ketinggalan beberapa langkah itu menjadi murid yang telat dan tidak diizinkan masuk. Y/n dan Oikawa berhasil menjadi orang terakhir yang tidak telat upacara pada hari itu.

"Eh ketemu lagii.. kayaknya kita jodo-"

Sebelum Oikawa dapat menyelesaikan ucapannya, y/n menarik topi abu-abunya sehingga menutupi pandangannya dan kabur.

Oikawa hanya tertawa melihatnya dan mengikuti 'temannya' yang masih kesal padanya itu dari belakang. Y/n tidak sadar bahwa Oikawa lah yang berusaha mengulur waktu dengan berbicara pada Om Andri agar ia tidak telat.


To be Continued...


Hai guys, muejeheh

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 24 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

GENG MANDALAJATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang